Laki-laki dengan Ninja merah membelah jalanan kota Bandung yang lenggang, di belakangnya ada gadis cantik yang setia memeluknya dan memasukkan tangannya ke dalam saku hoodie.
Reycal Ghanuarta Johnson atau laki-laki yang Radella panggil Ical itu adalah putra dari sahabat Erin, ibunda Radella. Itu sebabnya Radella diperbolehkan keluar malam, jika dengan Reycal orang tuanya tidak pernah melarang. Meskipun mereka selisih satu tahun dan berbeda sekolah, Reycal dan Radella hampir setiap harinya bermain bersama.
Reycal akan mengajak Radella ke cafe, nongkrong bersama ketiga sahabatnya – Sem, Calvin, dan Adit. Radella memang sering ikut bermain bersama mereka, karena Reycal tidak membiarkan Radella kesepian di rumah, orang tua gadis itu sibuk bekerja.
"Lo tau nggak Cal? Tadi di sekolah gue malu bangettt, masa iya kartu memori yang isinya foto Arkan, ada di tangan Arkan! Mana dia udah lihat isinya, kelihatan banget ya kalau gue nge-crush-in dia?"
Reycal yang mendengar itu bingung harus merespon bagaimana, Radella selalu menceritakan tentang laki-laki yang ia sukai tanpa memedulikan perasaan Reycal. Ya memang Reycal tidak pernah mengungkapkan secara jelas tentang perasaannya, tetapi tindakannya sudah menjelaskan itu semua.
Reycal tahu siapa Arkan yang sering Radella ceritakan, ia pernah beberapa kali bertemu saat pertandingan futsal.
"Malu banget pengin hindarin dia, apa gue keluar klub fotografi aja, ya, Cal?"
"Adel, ceritanya nanti ya, gue nggak bisa denger dengan jelas. Masih di jalan juga takut nggak fokus," jawab Reycal.
***
Di depan ruang fotografi, Radella tengah duduk sendirian sembari pura-pura sibuk dengan kameranya untuk mengalihkan pikirannya yang tengah berperang. Padahal sekarang jam istirahat, tetapi Radella tidak ada niatan untuk pergi ke kantin bersama sahabat-sahabatnya. Di depannya ada kotak bekal yang belum ia makan. Setelah jam istirahat nanti mereka akan berlanjut rapat klub.
"Nggak ada tempat lagi, jadi gue duduk sini."
Radella beralih dari kameranya menatap Arkan yang tiba-tiba duduk di depannya sembari membawa kotak bekal. Radella hanya mengangguk tak peduli, mungkin jika suasana hatinya sedang baik Radella akan senyum-senyum sendiri dan memanfaatkan kesempatan ini.
Percakapannya dengan orang tuanya tadi pagi terus terngiang di kepala Radella.
"Bahasa Jepang kamu dikuasai lagi, satu Minggu lagi kita akan menemui rekan kerja Ayah yang di Jepang," ucap Erin.
"Kenapa sih Nda Della harus ikut?" tanya Radella heran. Padahal di sana ia hanya dikenalkan dengan mereka, tetapi kenapa harus bisa bahasanya? Bukannya Bahasa Inggris saja sudah cukup? pikir Radella.
"Tidak ada alasan. Kurangi jam mainmu, apalagi dengan klub fotografi tidak jelasmu itu, tidak bermanfaat," kata Martin membuat Radella mencengkeram kameranya.
"Nggak makan?" tanya Arkan memecah lamunan Radella, gadis itu tersadar lantas menggeleng pelan.
"Gue nggak suka salad." Radella memang diberi bekal salad, ia lelah dengan orang tuanya yang mengatur hidupnya. Dari pola makan, bergaya saat jalan, pertemanan, bahkan berbicara pun diatur, Radella benar-benar seperti menjadi robot. Itu sebabnya saat di luar tanpa pengawasan orang tua Radella akan berubah menjadi apa yang ia inginkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tears Of Sincerity [END] ✓
Jugendliteratur|| FOLLOW SEBELUM MEMBACA || ⚠️ MOODY-AN ganti judul jadi TEARS OF SINCERITY ⚠️ "Setelah baca Tears Of Sincerity lanjut baca Happier or Sadder untuk sekuelnya" SIAPKAN TISU SEBANYAK MUNGKIN SEBELUM MEMBACA! *** Kaya raya? Menjadi gadis cantik? Famou...