28. Melting

1.7K 280 48
                                    

"Del, lo sakit?" tanya Felicia saat Radella baru duduk di kursinya.

Gadis berkucir kuda itu menggunakan cardigan rajut berwarna mint dengan wajah pucat membuat teman-temannya mengira bahwa Radella sedang sakit. Padahal Radella sudah memakai liptint untuk memerahkan bibirnya yang pucat, ia juga sudah melapisi memar bekas tamparan Celline menggunakan bedak.

"Cuman nggak enak badan," jawab Radella tidak sepenuhnya berbohong, karena sejak kejadian kemarin suhu badannya memang tidak normal. Alasan Radella menggunakan cardigan adalah untuk menutupi lukanya.

"Tadinya kalau kamu sakit nggak usah berangkat aja Del," ujar Kanaya yang duduk di depan Radella.

"Mau ke UKS?" tawar Kesya.

"Nggak Sya, masa iya gue baru berangkat langsung ke UKS," jawab Radella.

Sahabat-sahabatnya menatap Radella khawatir. "Gue baik-baik aja," jawabnya berusaha untuk meyakinkan.

"Lo udah minum obat?" tanya Felicia.

"Udah," bohongnya.

"Panggilan untuk seluruh klub fotografi berkumpul sekarang di ruang fotografi, dimohon untuk guru yang di dalam kelas untuk mengizinkan, terima kasih," ucap Arkan di speaker.

"Duh, pagi-pagi udah denger deep voice-nya Arkan. Enak banget tuh suaranya buat sleep call," celetuk Felicia yang mendapat tatapan tajam dari Radella.

Felicia tergelak. "Sana lo pergi, udah dipanggil Ayang juga."

***

Semuanya sudah berkumpul di ruang fotografi, termasuk anggota baru. Arkan segera melakukan rapat.

"Gue mau bicarain tentang dies natalies sekolah kita yang bakal dilaksanakan lusa. Kali ini OSIS ngadain banyak event, dan gue nggak mungkin tugasin semua ke anak bagian dokumentasi buat foto. Jadi kali ini kita semua harus terjun langsung, gue sama Dino udah bagi kelompoknya," tutur Arkan membacakan lembaran kertas.

Kabar gembiranya adalah Radella satu kelompok dengan Arkan.

"Gimana? Pada setuju, 'kan?" tanya Dino, Dhea mengangkat tangannya.

"Gue pengin sama Arkan," ucap Dhea.

Mereka merotasikan bola matanya malas, berulah lagi si ratu drama itu.

"Alasannya?" tanya Dino malas.

"Nggak perlu ada alasannya, kan? Gue cuman pengin sama Arkan. Tinggal tuker biar Della di kelompok gue," jawab Dhea.

Belum sempat Radella membalas Arkan sudah menyelanya. "Alasan lo nggak masuk akal, kelompok nggak ada yang perlu diubah. Rapat selesai, sekian dan terima kasih."

Dhea merenggut sebal, mereka keluar dari ruangan itu, saat Radella hendak bangkit dari sofa, Arkan menahannya.

"Lo sakit?"

"Cuman nggak enak badan."

Mata Arkan justru terfokus pada memar di pipi kanan Radella, meskipun sudah ditutupi bedak, tetap saja memar itu masih terlihat jika dari jarak yang dekat.

Radella memalingkan wajahnya saat menyadari bahwa Arkan menatap memarnya.

"Ke UKS, gue temenin."

"Enggak deh. Gue nggak apa-apa Ar, cuman sakit biasa," tolak Radella.

"Mau gue gendong atau jalan sendiri?" tawar Arkan, ia tidak butuh penolakan saat tadi mengajaknya ke UKS.

"Ar ...," rengek Radella.

Tears Of Sincerity [END] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang