40. Penyesalan Derren

2.9K 258 40
                                    

"Mengulang kisah pada orang yang sama, itu sama saja seperti kamu menonton satu film yang terus diulang. Akan berawal dan berakhir sama."

🦋 Tears Of Sincerity 🦋

Pukul delapan malam Radella, Kesya, Felicia, dan Kanaya sedang duduk di kursi yang sudah dihias apik di rumah keluarga Kanaya. Ada acara peresmian Ezza melanjutkan bisnis ayahnya.

Tamu-tamu yang berdatangan terlihat bukan seperti orang yang biasa, mereka pasti dari kalangan atas seperti Kanaya. Makanan yang disediakan pun terlihat enak-enak.

"Gue mau ke toilet bentar," izin Radella bangkit dari kursi putih itu.

"Hati-hati Del, nyasar ntar," ledek Felicia mengundang gelak tawa Kesya dan Radella.

Mungkin jika satu atau dua kali masuk ke rumah Kanaya, mereka akan bingung karena rumahnya besar, pintunya juga banyak dengan warna dan bentuk yang sama.

Tidak lama kemudian Radella keluar dari toilet, saat melewati lorong rumah Kanaya, ia berpapasan dengan Ezza, laki-laki itu menggunakan jas formal berwarna merah maroon.

"Eh, hai Del," sapa Ezza.

"Widihh, selamat ya Bang, udah jadi pembisnis aja lo," ucap Radella sembari terkekeh.

Ezza tertawa. "Masih belajar. Eh, katanya lo udah putus ya sama Derren?"

Radella mengangguk. "Udah Bang."

"Kenapa?"

"Ya, lo tau sendirilah."

Ezza mengangguk-angguk mengerti. "Derren udah cerita alasan kenapa dia deket sama Diva?"

Radella menggeleng membuat Ezza menghela napas berat. "Nanti gue ceritain, lo duduk aja dulu, gue mau nemuin temen bokap gue bentar," ucap Ezza.

Radella mengangguk dan berjalan ke meja paling belakang alias meja paling depan dari gerbang. Tidak lama setelahnya Ezza datang membawakan dua gelas sirup berwarna merah.

"Thanks," jawab Radella saat cowok itu meletakan gelas berkaki panjang di hadapannya.

"Jadi, gimana?" tanya Radella penasaran.

"Sebenarnya gue nggak ada hak sih ceritain ini ke lo, tapi gue rasa kalau gue nggak cerita, Derren nggak akan pernah cerita. Lagian gue ceritain ini biar nama Derren nggak terlalu bejad-bejad amat di mata lo." Ezza mulai berbicara, Radella berusaha untuk menajamkan pendengarannya.

"Awalnya itu Derren ngajak gue ke bar waktu dia lagi ada masalah sama lo sama keluarganya juga, terus kita ketemu Diva lagi minum sendirian. Diva-kan temen lo, jadi Derren samperin, tapi tiba-tiba Diva langsung meluk Derren gitu aja sambil nangis."

"Derren juga kaget waktu itu, dia nyuruh Diva pulang, akhirnya Diva mau, dia dianterin sama Derren. Setelah sampai rumah, Diva cerita semuanya ke Derren kalau dia lagi ada masalah keluarga. Derren kasihan karena dia juga anak broken home jadi bisa ngerasain gimana jadi Diva. Derren nyuruh Diva jangan pernah minum atau ke tempat kayak gitu lagi."

"Tapi, justru gara-gara itu Diva gunain senjata buat ngancem Derren. Tiap Diva butuh apa kalau Derren nggak nurut dia selalu mau minum, makanya Derren selalu nurutin kemauan Diva, selain itu Derren aja kalau ada masalah keluarga butuh temen, sedangkan orang tua Diva semuanya sibuk kerja, jarang pulang, Derren jadi mikir pasti dia kesepian setiap hari, makanya hampir setiap hari Derren usahain buat nemenin tuh cewek. Apalagi mereka-kan satu sekolah tadinya."

"Itu sih yang Derren ceritain ke gue," lanjut Ezza.

Radella menghela napas mendengar itu, semuanya benar-benar diluar dugaanya.

Tears Of Sincerity [END] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang