25. Putus?

2.4K 322 42
                                    

"Jika berpikir logis, kesalahannya memang sulit dimaafkan."

🦋 Tears Of Sincerity 🦋

Sore ini Radella tengah duduk di kursi depan meja belajar, membaca buku novel yang waktu itu sempat dibelikan oleh Reycal.

Ponselnya berdering menampilkan panggilan dari Kanaya, dengan segera Radella mengangkat panggilan itu.

"Halo, Kan. Kenapa?"

"Nggak apa-apa Del, aku cuman mau nanya. Kata Bang Ezza kamu belum jenguk Kak Derren, emang bener?"

Radella mengernyitkan dahinya bingung, "Jenguk? Maksud lo, Kan?"

Tiba-tiba tangannya berubah menjadi sedingin es, jantungnya berdegup kencang. Respons tubuhnya selalu sama disaat mendengar kabar buruk seperti ini.

"Loh? Kamu belum tau, Del? Kak Derren kan di rawat di rumah sakit."

Tubuh Radella melemas. Padahal terakhir bertemu Derren masih baik-baik saja, tapi kenapa tiba-tiba Radella mendapat kabar buruk seperti ini?

***

Radella berlarian di koridor rumah sakit, persetan dengan orang-orang yang menatapnya dengan tatapan tidak suka. Yang ada dipikiran Radella sekarang hanya keadaan Derren.

Bahkan ia tidak sempat untuk sekadar menyisir rambut ataupun berganti pakaian.

Setelah sampai di depan pintu kamar rawat Derren. Tanpa berpikir panjang Radella langsung membuka pintu itu dengan napas yang tersengal-sengal.

Pintu terbuka, napas Radella langsung memelan dengan sendirinya setelah melihat pemandangan yang ada di depannya. Radella menelan ludahnya sendiri, kekhawatirannya hilang begitu saja, ia menyesal telah bergegas pergi.

Jika Radella memutuskan untuk pergi tidak terburu-buru mungkin ia tidak akan melihat Derren yang sedang disuapi oleh Diva. Pantas saja Derren tidak mengabari Radella bahwa dirinya sedang dirawat di rumah sakit, karena Derren tidak membutuhkan Radella, sudah ada Diva yang menggantikan itu.

Kedua orang yang sedang bermesraan itu menoleh menatap Radella. Radella tersenyum kecut, detik berikutnya ia langsung berlari dari ruangan itu membuat air matanya bergerak bebas.

Radella merasa menjadi orang bodoh sekarang. Sudah berlari-larian, mengendarai mobil dengan kecepatan penuh, tapi ini yang dilakukan Derren? Laki-laki itu justru sedang bermesraan dengan gadis lain.

Kakinya terus berlari hingga tiba di taman rumah sakit, ia menghentikan langkahnya.

"Del ...."

Radella menolehkan kepalanya ke belakang saat mendengar panggilan lirih itu. Derren dengan baju pasiennya berdiri di sana.

Radella berbalik badan sempurna menghadap Derren. "Kamu nganggep aku apa sih, Der?"

"Pa-pacar," jawab Derren terbata.

Radella tersenyum miris. "Ada ya, Der orang pacaran kayak kita? Kamu sibuk sama cewek lain, sedangkan aku sibuk nunggu kabar dari kamu?"

"Aku—"

"Aku mau kita putus," pungkas Radella memotong ucapan Derren, Radella tidak mau mendengar kebohongan lagi dari mulut laki-laki itu.

Derren menatap Radella tidak percaya jika kata-kata itu keluar dari mulut gadisnya. Ia menggeleng.

"Aku nggak mau putus sama kamu," bantah Derren menggenggam tangan Radella erat.

"Gue capek, Der! Gue udah ribuan kali bangun kepercayaan buat lo, tapi lo terus hancurin itu! Lo selalu bohongin gue, dan bodohnya gue tetap bertahan. Selama ini, gue cuman pura-pura percaya sama lo, karena ujung-ujungnya kalau gue bahas kebohongan lo, lo nggak akan pernah ngaku," terang Radella dengan bibir yang bergetar.

Tears Of Sincerity [END] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang