Semakin hari hubungan Radella dan Arkan semakin dekat, bahkan kini Radella benar-benar yakin bahwa Arkan memang mencintainya, dilihat dari sikapnya saat memperlakukannya dengan orang lain jelas berbeda, ia merasa di spesial-kan. Mereka kini juga sering bertukar pesan ataupun foto bersama membuat orang-orang yang mencintai Arkan ataupun Radella menjadi iri.
Kini angkatan kelas sebelas pergi ke pekan raya, di sana ada banyak pameran buku, wahana permainan, makanan tradisional, planetarium minimalis, dan museum-museum kecil lainnya.
"Kalian mau beli buku apa?" tanya Kanaya.
"Buku? Kagaklah, gue ke sini mau naik bianglala," jawab Felicia.
"Kamu Sya?"
Kesya mengibaskan tangannya. "Buku gue di rumah udah banyak aja pada berdebu, Kan, ngapain gue beli buku lagi. Gue sih ke sini tertarik sama rumah hantunya," jawab Kesya.
Radella tidak terkejut mendengar jawaban mereka, toh kedua orang itu memang seperti anti buku.
"Ayo cepet beli tiket." Kesya menarik Radella, Felicia, dan Kanaya sekaligus ke depan antrian tiket masuk ke rumah hantu, di depannya terlihat banyak orang yang masih satu sekolah dengannya.
"Sya, aku nggak usah ikut, ya. Aku takut," ucap Kanaya.
"Udah Kan tenang aja, nanti setannya biar gue tonjok kalau gangguin lo," jawab Kesya, ya tidak heran. Jika ada hantu yang menampakkan diri ke Kesya itu artinya memang ingin mati dua kali. Belum tahu saja Kesya ini sudah beberapa kali memenangkan piala bela diri.
"Eh, gue nggak ikut ya, gue pengin beli novel aja," kata Radella, jujur ia sedikit takut.
"Nanti setelah dari rumah hantu gue anter lo ke stand novel-novel, ayo masuk!" paksa Kesya setelah mendapat empat tiket.
Bangunan besar ini berbentuk kepala pecah yang menyeramkan, mulutnya terbuka lebar sebagai pintu masuk, lidahnya menjulur seakan menyambut kedatangan mereka.
Keempat gadis itu saling bergandengan dengan posisi Felicia, Kesya, Kanaya, dan Radella. Saat masuk ke dalam mereka disambut dengan suara-suara lolongan anjing, tempatnya gelap, hanya ada cahaya lampu kuno yang bersumber dari minyak tanah, api kecil itu dilindungi dengan kaca yang berbentuk bulat memanjang ke atas.
Saat melihat ke samping banyak kain putih dipenuhi darah, aroma kemenyan tercium ke hidung Radella, suara tawa perempuan yang melengking, ditambah dengan teriakkan orang-orang ketakutan dan meminta tolong membuat bulu kuduk Radella meremang.
Mereka tetap berjalan dengan pelan, pegangannya saling dikuatkan. "Sya, aku takut, ayo keluar," cicit Kanaya seperti hendak menangis.
"Nggak ada apa-apa Kan, mereka itu juga manusia."
Tiba-tiba Kesya merasa kakinya dipegang oleh tangan seseorang, Kesya langsung mengangkat kakinya dan menginjak tangan itu tanpa rasa takut. Namun, ia tetap diam. Beruntung hantu itu tidak memegang salah satu kaki sahabatnya.
"Aku pengin pipis," isak Kanaya.
"Astaga Kan! Bisa ditahan dulu nggak? Di sini nggak ada toilet, tenang okey berdoa aja. Lo harus inget mereka semua itu manusia yang lagi ker-"
"AAAAKKKKKHHH!"
Keempat gadis itu sontak berlari saat tiba-tiba kursi roda dinaiki perempuan yang bajunya dipenuhi darah berjalan sendiri ke arah mereka, rambut perempuan itu acak-acakan seperti tidak pernah dirawat. Tanpa disadari Radella berlari berbeda arah dengan yang lainnya.
"Kesya," panggilnya lirih, Radella sendiri tidak tahu di mana jalan keluarnya, ia hanya berjalan tak tentu arah.
"Feli."
KAMU SEDANG MEMBACA
Tears Of Sincerity [END] ✓
Ficção Adolescente|| FOLLOW SEBELUM MEMBACA || ⚠️ MOODY-AN ganti judul jadi TEARS OF SINCERITY ⚠️ "Setelah baca Tears Of Sincerity lanjut baca Happier or Sadder untuk sekuelnya" SIAPKAN TISU SEBANYAK MUNGKIN SEBELUM MEMBACA! *** Kaya raya? Menjadi gadis cantik? Famou...