28°

1.2K 90 18
                                    

maaf baru bisa update, kepala aku pusing banget tapi gabisa tidur hahaha jadi ngetik deh:)

selamat membaca, semoga suka!

-♡

Audrey keluar dari toilet, gadis itu merasa mengantuk dikelas sehingga memilih untuk membasuh wajahnya. Setelah selesai, Audrey segera berjalan menelusuri lorong sekolah menuju kelasnya.

Audrey berhenti berjalan saat melihat lorong koridor kelas XI MIPA 3 ramai oleh cowok-cowok yang duduk selonjoran dilorong.

Audrey berdecak, jujur saja dia malas melewati kelompok cowok-cowok itu, apalagi disana ada Petir.

Jam pelajaran selanjutnya memang belum dimulai, karena guru yang mengajar belum tiba dikelas Audrey, mungkin kelas XI MIPA 3 pun mengalami hal yang sama.

Audrey menghembuskan nafas kasar, tidak ada pilihan lain, dia memang harus melewati kelas XI MIPA 3, daripada harus memutar jalan yang membutuhkan waktu lama dan tenaga yang tak sedikit, lebih baik Audrey pasrah saja.

"Uhuy Audrey cantik kok sendirian?" tanya Niko, salah satu anak kelas XI MIPA 3, yang hanya Audrey tahu sebatas nama.

"Sini Abang Hans temenin," celetuk Hans.

"Diem lo pada!" Chiko menatap Niko dan Hans bergantian.

"Silahkan lewat Drey," ujar Chiko dengan senyum termanisnya. Dia yakin, Audrey pasti merasa risih dengan godaan teman cowoknya itu.

Audrey tersenyum tipis pada Chiko. Sempat melirik sekilas pada Petir, cowok itu dengan terang-terangan memperhatikan Audrey. Tak mau berlama-lama, Audrey segera berjalan cepat melewati lorong XI MIPA 3.

***

"Duh gerah banget sih, ini AC nyala apa kagak sih?" teriak Zeva sebal.

Ketiganya sedang berada di PMM Cafe. Siang ini, panas matahari memang sedang terik-teriknya.

"Duh maaf Zeva, AC nya sedang rusak." ujar Mama muda sembari menghidangkan minuman dimeja mereka.

"Cepetan service Mam. Gerah banget nih gak kuat." Irene ikut menggerutu.

"Iyaa siap, Pap sudah panggilkan tukang service-nya kok." ujar Jessi--Mama muda.

"Baguslah, btw donat aku udah selesai Mam? Laper tauu!" keluh Zeva lagi.

Jessi terkekeh, mengacak gemas rambut Zeva. "Kamu pasti lagi galau ya?" tebak Rena.

"Kok Mam tau?" Bukan Zeva yang menyahut, tapi Audrey.

Jessi tertawa. "Orang galau memang suka uring-uringan sendiri, sebentar ya sayang donatnya lagi otw kesini, lihat tuh dianter sama anak Mam sendiri, ganteng tau!"

Ketiga gadis itu menoleh ke arah yang ditunjuk Jessi. "Chiko?!" ketiganya tersentak kaget.

"Astaga ganteng sih ganteng, tapi lihat dong Mam anak Mam itu suka tebar pesona dan terlebih godain hampir semua pelanggan cewek," cibir Irene.

Jessi tertawa lagi. Memanggil Chiko untuk segera menghampiri meja Audrey dan yang lain.

"Oh ini pelanggan yang dari tadi menggerutu ke Bunda gue," cibir Chiko melihat Zeva dan Irene sinis sedangkan pada Audrey, cowok itu hanya tersenyum tipis.

"Dih Bunda lo? Ini Mam gue!" sinis Zeva.

Chiko menaikkan sebelah alisnya. "Lah? Sejak kapan Bunda Jessi jadi Mam lo? Mam Mam apaan lagi, Bunda Jessi itu Bunda sah gue!" sewot Chiko.

Putus atau Terus [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang