10°

1.3K 99 11
                                    

kurang baik apa aku? aku update lagiii😭

spam love hijau ayo!!💚💚💚

selamat membaca, semoga suka luv!

-♡

Petir turun dari motornya, membuka helm, menatap aneh motor yang terparkir di depan rumah gadisnya. Motor siapa?

Petir berjalan cepat menuju teras rumah Audrey, pintunya tidak ditutup dan mata Petir dapat langsung melihat ada cowok yang membelakanginya. Petir jadi semakin penasaran, siapa cowok itu sebenarnya.

"Drey?" panggilan dari Petir langsung membuat Audrey sontak berdiri lalu menghampiri Petir yang berdiri bersandar disamping pintu.

"Kok gak ngabarin kesini?" tanya Audrey bingung, biasanya Petir selalu menelfon lebih dulu, mengabari bahwa Petir akan menjemputnya.

Petir melipat kedua tangannya di depan dada, menatap Audrey dengan satu alis terangkat. "Kenapa? Kepergok sama aku kalau kamu lagi asik sama cowok lain?" Terdengar nada tak suka dari cara bicara Petir.

Audrey tertawa keras mendengar itu. "Itu Andre, teman lama yang gue bilang kemarin." beritahu Audrey.

"Terus? Ngapain mesti berduaan dirumah?" tanya Petir melipat kedua tangannya di depan dada.

Audrey menaikkan sebelah alisnya. "Kata siapa berduaan? Orang ada--"

"--Eh ada Petir, jemput Audrey ya? Ayo masuk dulu kita sarapan bareng." Audi tersenyum ramah pada Petir.

Petir mengangguk dengan senyum ramahnya. "Oh iya Tante boleh."

Petir menjawil hidung Audrey. "Lain kali kalau ada temen cowok, kabarin aku dulu. Hampir aku marah-marah ke kamu, untung aku bisa tahan."

Audrey merotasikan bola matanya. "Lo aja terlalu berlebihan. Ayo masuk, sarapan bareng 'kan?"

Petir terkekeh. "Iya sayang." Niat berjalan menyusul Audrey ke dalam, terpaksa terhenti saat ponselnya berdering.

Menatap nama Arin terpampang disana, Petir berjalan keluar lagi, memilih menerima telfon disana.

"Kenapa Arin?" tanya Petir langsung.

"Pulang sekolah nanti, kamu main kesini kan? Aku kangen.."

"Iya nanti aku kesana. Tapi jangan telfon aku duluan kayak gini ya, kamu tunggu aku yang telfon duluan."

"Kenapa emangnya? Salah ya kalau aku telfon kamu?"

Mendengar suara Arin yang sedikit bergetar, Petir menghela nafas. "Jangan nangis, aku minta maaf."

"Yaudah telfonnya aku tutup, kamu mesti sekolah kan?"

"Iyaa Arin, jangan lupa makan, sekalian obatnya juga."

"Iyaa. Bye!"

Sambungan terputus, Petir memasukkan ponselnya ke saku, lalu berbalik hendak kembali masuk, namun terkejut saat menemukan Audrey sedang berdiri tak jauh dari posisinya.

"Kok gak masuk-masuk? Telfonan sama siapa?"

Petir tersenyum. "Mama tadi nelfon, katanya pengen ketemu sama kamu."

Putus atau Terus [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang