29°

1.3K 94 17
                                    

selamat membaca, semoga suka!

-♡

Petir menelusuri lorong kelas, mencari keberadaan Audrey, dari awal masuk sampai hingga jam pulang tiba, Petir tidak melihat sosok Audrey, jujur saja sejak tadi pagi ada perasaan mengganjal dalam hatinya.

Walau setiap bertemu terkesan menghindar, tapi sejujurnya dalam hati Petir selalu ada perasaan lega walau hanya melihat wajah Audrey. Dari lubuk hatinya, Petir begitu merindukan Audrey.

Petir akhirnya sampai diruangan khusus anak Olimpiade berkumpul, menyapu pandangan mencari keberadaan Audrey tapi nihil dia tak menemukan keberadaan gadis itu.

Petir menghentikan satu siswi yang hendak keluar dari ruangan. "Audrey kemana?"

Siswi itu menaikkan sebelah alisnya. "Lo pacarnya, harusnya lo tau dong kalau dia udah undurin diri dari tim Olimpiade dan pindah dari sekolah ini?"

Petir menggeleng kaku, terdiam membeku ditempatnya, berusaha mencerna dengan baik perkataan siswi di depannya ini. Audrey...keluar dari tim Olimpiade dan apa katanya? Audrey pindah?

"Pindah kemana?" tanya Petir setelah berusaha cepat-cepat sadar dari keterkejutannya.

"Gue gak tau tapi denger-denger sih ke luar negeri, coba lo tanya Zeva atau Irene, mereka hari ini izin karena ngantar Audrey ke Bandara. Gue pergi ya," pamit siswi itu lalu segera beranjak pergi.

Petir mengangguk. "Thanks."

Berusaha bersikap tenang, Petir meraih ponsel dari sakunya, yang pertama kali dia telfon adalah Audrey. Dia tau mustahil diangkat, tapi dia ingin mencoba.

Dan ya, dugaannya memang benar, panggilannya tidak diangkat oleh Audrey. Beralih mencari kontak Irene, Petir langsung menekan simbol call.

Tetap tak diangkat.

Apa mereka kompak tak ingin memberi tahu Petir?

Petir bimbang, perlu kah dia menelfon Zeva? Bahkan gadis itu masih mempertahankan aura permusuhan padanya.

Notifikasi instagram masuk diponselnya.

irenechlsta baru saja menambahkan cerita.

Dengan cepat Petir menekan notifikasi itu

Foto Bandara dengan tulisan kecil 'take care babe! @audreyyy_ Petir cepat memasukkan ponselnya ke saku lalu berlari cepat menuju motornya, dia mengenal Bandara itu, itu Bandara tempat dimana Petir dan Audrey mengantarkan Andre.

Petir mengendarai motornya dengan kecepatan diatas rata-rata, mengabaikan umpatan pengendara lain, lampu merah pun diterobosnya hingga polisi lalu lintas yang menjaga, ada yang mengejarnya.

Petir tidak peduli, yang lebih penting kali ini dia harus bertemu Audrey dan mencegah gadis itu untuk pergi meninggalkannya. Petir tidak mau berpisah dengan Audrey. Katakan saja dia plinplan dan egois.

"Hei berhenti kamu!" teriakan polisi yang berusaha menyeimbangkan motornya dengan motor Petir.

Petir melirik sekilas, menancap gas lebih cepat dari sebelumnya hingga akhirnya sampai di Bandara.

Putus atau Terus [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang