1.7K 128 11
                                    

Selamat membaca, semoga suka!

-♡

Audrey berjengit kaget saat menemukan Petir sedang duduk diatas brankar dengan senyumnya.

"Keras kepala banget disuruh ke UKS sama Bu Inggrit tapi malah sok nolak." Petir mencubit pipi Audrey gemas.

Audrey menetralkan keterkejutannya barusan, lalu menatap Petir malas. "Ngapain ikut-ikutan kesini? Sana masuk kelas!"

Petir menggeleng. "Aku kesini sengaja mau temenin kamu, mau bantuin kamu kerjain kuis juga. Kamu tidur aja Drey, kepalanya pusing 'kan?"

Audrey menggeleng. "Nanti ketauan, udah sana balik ke kelas lo! Gak ada bolos-bolos!"

Petir menggeleng lagi. Menarik kertas kuis yang ada ditangan Audrey lalu menyembunyikan dibelakang punggungnya.

"Tidur Drey, kali ini jangan keras kepala."

Audrey menghela nafas kasar. "Ok fine." final Audrey memilih mengalah.

Petir turun dari brankar lalu membiarkan Audrey merebahkan dirinya disana. Duduk dikursi samping brankar Petir mengusap surai Audrey lembut. "Tidur yang nyenyak, nanti aku beliin poster Shawn Mendes lagi."

Audrey menatap Petir penuh binar. "Serius?"

"Hm."

"Oke." Audrey dengan cepat memejamkan matanya.

Petir terkekeh, Audrey sangat menggemaskan dimatanya. Menatap kertas kuis milik Audrey, Petir mulai membaca dan mengerjakannya. Untung saja dia terbilang pintar, jadi tidak akan membuat nilai Audrey jelek karenannya.

***

Duduk disalah satu bangku kantin, Audrey menunggu Petir yang sedang memesankan bubur untuknya. Niatnya tadi ingin ikut bersama Petir sama-sama mengantri, tapi cowok itu melarangnya.

Membuka ponselnya, lalu memilih membaca wattpad. Matanya memanas kala membaca alur cerita dengan ending menyedihkan. Sial, matanya sudah berkaca-kaca, rasanya semakin sesak.

"Bubur spesial untuk orang yang sangat spesial!"

Audrey mengusap air matanya kasar. Melihat pipi Audrey yang basah, mata Petir terbelalak. "Hei Drey? Kok nangis?"

Audrey berdiri, mendekap Petir. "Sedih banget alur ceritanya, sialan banget cowoknya masa selingkuhin ceweknya dengan ratusan cewek lain. Nyesek gak sih?!"

Petir menepuk jidatnya. Seharusnya dia sudah bisa menebak ini dari awal. Audrey menangis lagi dan membuat Petir cemas lagi hanya karena wattpad.

Audrey memang terkesan seperti cewek bar-bar yang tidak menye-menye, tapi nyatanya dia hanya seorang cewek yang hatinya lembut dan mudah tersentuh.

"Iya sayang sedih. Udah ya jangan nangis." Jujur, tidak sedih sama sekali bagi Petir, hanya saja Audrey terkadang memarahinya ketika Petir mengatakan bahwa Audrey sangatlah lebay.

Audrey melepas pelukan mereka dengan cepat saat menyadari hampir seluruh pandangan tertuju pada mereka.

"Ish gue malu dilihatin!" Audrey kembali duduk dengan wajah kesal.

Putus atau Terus [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang