e n a m

526 289 63
                                    

Selamat membaca, dan JANGAN LUPA UNTUK VOTE DAN COMMENT! jujur aku bolak balik buka wattpad untuk cek notifikasi, waktu ngeliat ada notif vote dan comment dari kalian, aku bahagia banget bahkan langsung ngelanjutin nulis ceritanya(⌒_⌒;)

Selamat membaca, dan JANGAN LUPA UNTUK VOTE DAN COMMENT! jujur aku bolak balik buka wattpad untuk cek notifikasi, waktu ngeliat ada notif vote dan comment dari kalian, aku bahagia banget bahkan langsung ngelanjutin nulis ceritanya(⌒_⌒;)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

KRIETTT

Aku mendorong pelan pintu ruangan Edelhard hingga berdecit. Ini waktu untuk makan malam bersama anggota keluarga. Tapi, Edelhard tidak menampakkan dirinya sedari pagi. Perlu melewati perdebatan panjang saat diruang makan menentukan siapa yang akan menjemput Edelhard. Ayah dan ibu sempat memaksa, namun segera ku jelaskan hal yang mewajibkan agar aku saja yang pergi ke kamar Edelhard. "Ayah, Ibu, biarkan aku saja yang pergi menjemput kakak. Kalian pasti tau bagaimana kacau nya kakak jika kalian terus memaksa menemuinya," kataku tadi sebelum akhirnya ayah dan ibu menangguk lemah.

Disana---kasur kingsize Edelhard---terlihat anak laki laki yang meringkuk dengan kepala di tenggelamkan di antara bantal berwarna ungu yang berkali kali lebih besar daripada kepala Edelhard. Aku merasa, bahwa sikap Edelhard lebih bijak daripada aku yang dulu sempat kabur dan berakhir dengan terjatuh diatas tumpukan jerami yang berada di belakang mansion. Sekarang, Edelhard hanya meraung tanpa membuat kericuhan, ini semua gara gara Selir Himeka dan Anne. Aku sangat murka dengan mereka berdua.

Dengan langkah pasti, aku mengusap rambut ungu Edelhard dengan sayang. Edelhard mendongakkan kepalanya, mengintip siapa yang mengusap surainya. Aku tersenyum menyambut lirikan mata Edelhard. "Kakak, ayo makan malam bersama," ajakku dengan nada memohon.

"Hanya denganmu saja, okey?" aku menggeleng mendengar perkataan Edelhard. Tidak mungkin hanya berdua, ayah, ibu, dan si rambut pink itu sudah menunggu kami, bahkan berjanji tidak akan makan sebelum aku dan Edelhard datang ke ruang makan.

"Makan bersama ayah dan ibu"

"TIDAK!" aku terlonjak mendengar teriakan Edelhard. Hei? Aku diteriaki oleh kakakku sendiri? Ingin menangis saja rasanya, tapi terlihat sekali jika aku cengeng. No. No. No. Violet adalah wanita paling tegar di Ranah Gomphrena.

"Kau harus! Kita harus mendengar penjalasan ayah dan ibu 'kan?" tegasku.

"Mereka pembohong! Ayah berselingkuh hingga memiliki anak lain, dan ibu tidak mengatakan apapun pada kita! Ibu pasti menderita, kasihan sekali nasib ibu, hiks" aku menatap nanar kearah Edelhard, perkataan Edelhard tidak sepenuhnya salah. Walaupun cinta ayah hanya pada ibu, tapi ayah memiliki hubungan terikat dengan wanita lain. Bahkan anak mereka hanya berbeda beberapa bulan dariku. Ibu pasti pernah merasa sedih atas kenyataan itu. Yang paling menyedihkan adalah, ketika nasib anaknya sama atau mungkin lebih parah darinya. Dahulu, aku dinomor tiga kan oleh Gerald. Prioritas Gerald adalah Anne, tahta, barulah aku. Bisa bisanya, dulu aku menerima nasib itu dengan lapang dada. Dan, jika dipikir pikir, sikap Viola adalah yang lebih wajar untuk sebuah reaksi dari penghianatan.

Tapi saat ini, bukan itu yang menjadi masalahnya. Edelhard pasti bisa mengerti situasi ini, mengingat Edelhard adalah orang dengan pikiran terbuka dan selalu berusaha menerima keadaan apapun itu. "Kakak, kita hanyalah anak kecil yang tidak mengerti permasalahan orang dewasa. Mari dengarkan dulu penjelasan ayah dan ibu. Walau ternyata ibu bukan satu satunya istri ayah, tapi kita tetap satu satunya yang ada di hati ibu dan ayah. Kau lihat bagaimana tadi ayah memandang si rambut merah muda itu kan? Ayah terlihat tidak menyukainya. Dibandingkan kan ayah yang melihatmu dengan bangga, si rambut merah muda itu bukan apa apa 'kan?"

Setelah mengucapkan kata kata manis yang entah dari mana tiba tiba terlontarkan dari mulut seorang Violet ini, akhirnya Edelhard setuju dengan syarat, aku akan menemaninya hingga terlelap. Bukan masalah yang sulit untuk diriku yang gemar begadang sambil menonton drama di handphone Azof saat menjadi Viola.

Edelhard memilih duduk di kursi kosong disampingku daripada kursi kosong disamping ayah. Sudah kuduga. Melihat kursi itu kosong, Anne langsung mengambil alih tempat duduk kesukaan Edelhard. Disitu sepertinya darah Edelhard mendidih. Aku tahu betul, Edelhard tidak suka berbagi jika itu menyangkut miliknya.

"Atas dasar apa kau duduk disitu?" bukan Edelhard yang bertanya, melainkan ayah.

"Kursi ini kosong, ayah. Aku juga ingin lebih dekat dengan ayahku." aku berdecih pelan. Namun, mampu membuat Edelhard, Anne, ayah dan ibu menoleh kearah ku. Eh? Bagaimana mungkin aku keceplosan berdecih pada Anne? Aku sudah membuat rencana untuk tidak bermasalah dengan Anne! Habislah aku!

"Aku tidak sudi! Kosongkan kursi itu! Itu hanyalah tempat duduk untuk anakku, Edelhard." untungnya ayah mau secara halus membelaku.

Perdebatan panjang sepertinya lebih mengambil alih jam makan malam kami hari ini. Aku hampir sampai di kamarku, sebelum satu suara memuakkan memanggil namaku.

"Ada apa?" tanyaku dengan malas.

"Kamarmu kini milikku." aku melotot kaget. Bagaimana bisa? Pergantian ruangan pribadi atau tempat tidur dianggap pelengseran kedudukan dan kehormatan di seluruh negeri. Apalagi jika aku dipindahkan diruangan yang lebih kecil dari kamarku saat ini. Bukan masalah yang besar sebenarnya, tapi tetap saja, aku menjadi lebih jauh dari jangkauan keluargaku.

"Tidak!" daripada harus menyentak dan terbakar amarah, aku lebih menanggapi ucapan Anne dengan tenang. Seorang ratu tidak boleh berkoar koar lebih lebih lagi dengan bawahannya 'kan?

Aku melanjutkan kegiatan masuk ke kamarku dan menutup pintu. Sebelumnya, aku sempat melihat Anne yang menangis dipaksakan dengan suara kencang agar mendapat perhatian anggota keluargaku. Biar saja, memangnya dia pikir, dia itu siapa? Tuan putri?! What the hell?! Hanya anak selir saja bangga, Hahaha.

Aku tertawa jahat dengan memandangi cermin. Jika seperti ini, aku seperti menjadi Queen Grimhilde dalam cerita Snow White. Darimana aku mendengar kisah Snow White? Hei jangan lupakan aku yang menjelajahi dua dimensi. Bersombong sombong lah aku, merasa paling modern di dimensi ini.

Aku melirik meja yang menopang cermin besar di hadapanku. Hah? Mengapa jam pasir ini ada disini? Seingatku, aku sudah menyuruh Quella untuk meletakkan jam pasir ini di almari kaca dipojok ruangan. Almari khusus benda benda penting dan istimewa yang ukurannya hanya sebatas pundakku.

Aku merasa bersyukur dengan adanya jam pasir ini. Tapi jika aku kembali ke masa lalu, itu artinya Ratu Glory seharusnya masih memiliki jam pasir ini 'kan? Lalu mengapa jam pasir ini tidak menghilang? Mengapa jam pasir ini tetap berada di tanganku? Apakah kalian juga bingung? Siapa seseorang yang bisa ku ajak berdiskusi denganku? Fairley?

Ya! Fairley memiliki buku tentang jam pasir ini, pasti Fairley sudah membaca isinya. Tapi tidak mungkin aku langsung bertanya, bisa bisa Fairley semakin tau banyak hal dan menganggap aku memanfaatkan nya, berakhir aku tidak bisa bertanya tentang jam pasir ini.

Aku harus bersikap baik padanya, hanya sementara. Sampai aku mengerti semua tentang jam pasir ini. Rencana yang bagus! Mari mendekati Fairley untuk mendapat hidup-bahagia-damai-dan-berumur-panjang. Aku harus memulainya besok, YA BESOK!

Maaf, kalau alurnya termasuk lambat, tapi aku pengen kalian bisa seakan akan selalu tau apa aja yang terjadi dengan Violet! Berteman dengan Violet yaa, dengan cara selalu ikutin kisahnya dicerita ini(◍•ᴗ•◍)❤

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Maaf, kalau alurnya termasuk lambat, tapi aku pengen kalian bisa seakan akan selalu tau apa aja yang terjadi dengan Violet! Berteman dengan Violet yaa, dengan cara selalu ikutin kisahnya dicerita ini(◍•ᴗ•◍)❤


Selesai ditulis pada : 3 Maret 2021
Dipublish pada : 6 Maret 2021

The Queen's Hourglass [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang