l i m a

539 301 65
                                    

Aku menunggu VOTE dan COMMENT kalian loh di setiap chapter nya.

"KAKAK, kau tak apa?" tanyaku memecah keheningan diantara kami bertiga yang masih melangkah menaiki tangga satu persatu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"KAKAK, kau tak apa?" tanyaku memecah keheningan diantara kami bertiga yang masih melangkah menaiki tangga satu persatu. Aku mengkhawatirkan keadaan Edelhard, tidak biasanya dia bersikap seperti ini---menjadi pendiam seperti jiwanya berpindah kehidupan---jelas saja ada yang salah. Mungkin dia terkejut dengan fakta bahwa memiliki saudari tiri atau

Oh tidak!

Di kehidupan sebelumnya, Edelhard menjadi cinta mati pada Anne. Apakah Edelhard diam karena memikirkan kecantikan Anne?!

Apanya yang cantik? Menurutku Anne dengan surai merah muda dan netra permata ruby itu terlihat norak(?) Bukannya iri, aku merasa cantik dengan surai dan netra ungu ku.

Bergelut dengan pikiranku yang sangat absurd karena telah menjelajahi dua dimensi yang berbeda. Aku mulai memikirkan, bagaimana jika saat itu jiwaku tidak tertukar dengan Viola? Apakah akhirnya aku bersama dengan Azof menuntaskan hidup di dimensi modern?

"Violet, aku akan pergi ke kamarku dulu. Kau bisa berbincang dengan Fairley jika mau. Maaf, aku tidak bisa menjadi pasangan dansa mu. Countess Xinlaire akan kusuruh untuk pulang hari ini. Tentu karena tidak kondusifnya suasana mansion gara gara perusuh itu." setelah mengucapkan itu, Edelhard berlalu. Hufft, untuk apa aku berbincang dengan anak laki laki tidak dikenal ini? Lebih baik aku tidur atau melakukan hal yang kusuka.
Bagaimana jika mulai menyusun rencana-bertahan-hidup-lebih-lama-dan-damai akan lebih bermanfaat daripada berduaan dengan Fairley.

Aku cukup bangga dengan diriku, sudah cantik, pintar lagi! Kurang apa aku? Hingga semua orang malah berpaling ke Anne?

"Ya, kau cantik. Lebih cantik dari Anne, mungkin? Tapi siapa Anne?" aku melotot terkejut. Sudah kuduga! Fairley pasti membaca pikiranku. Sungguh tidak sopan!

"Hei! Berhenti membaca pikiranku!" seruku dengan wajah semerah tomat. Entahlah, aku malu dengan diriku sendiri yang terlalu narsis dengan mengatakan lebih segalanya daripada Anne. Walaupun kenyataannya begitu. Eh?

"Kenapa?" tanya Fairley dengan wajah bingung. Apakah dia tidak merasa berdosa telah mengganggu privasi ku? Bagaimana bisa ayah dan ibu memilihnya sebagai murid dari Haidar?! Tidak masuk akal!

"Kau membuatku tidak nyaman!"

"Apakah jika aku membuatmu merasa nyaman, kau mau dekat denganku?" apa katanya? dekat? aku tidak tau maksud dari kata 'dekat' yang terdengar abu-abu (baca: tidak jelas) itu. Maksudnya dekat dalam maknaan seperti apa?

"H-hei! Maksudku dekat untuk berteman"

"A-atau b-bersahabat?" lanjut Fairley dengan gugup dan pipi juga telinga yang memerah. Fairley sedang malu? Aku menggigit bibirku, menahan untuk tidak tertawa. Jika seperti ini, aku malah menganggap diriku pedofil yang gemas dengan anak kecil. Mau bagaimanapun, umur jiwaku adalah seumuran orang dewasa.

The Queen's Hourglass [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang