s e p u l u h

459 236 91
                                    

Haloo, bagaimana kabar kalian hari ini? Semoga baik baik saja ya.
JANGAN LUPA VOTE DAN COMMENT UNTUK KE CHAPTER BERIKUTNYA!

 JANGAN LUPA VOTE DAN COMMENT UNTUK KE CHAPTER BERIKUTNYA!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

AKU berjalan perlahan menuju kamarku. Buku berwarna cokelat dengan gambar tanda kutukan seperti milikku di sampulnya, kupeluk dengan erat. Aku juga sedikit meringis perih saat tak sengaja helaian rambutku bergesekan dengan tanda itu. Karena kamarku berada di ujung lorong, berdekatan dengan jendela besar yang menampilkan pesona alam luar, yang mengharuskan aku melintasi ruangan kerja Marquiss dan Marchioness yang tak lain adalah orang tua ku.

"Aku juga tidak mau seperti itu, tapi mau bagaimana lagi? "

"Sebenarnya para dewan itu ada dendam apa dengan kita?! Mengapa selalu saja ikut campur dengan keluarga kita?! "

"Aku tidak tahu, suka atau tidak, Anne akan selalu berada dibawah lindungan para dewan,"

"Aku tidak sudi apabila anakku memiliki teman belajar dengan anak selir!"

Suara ayah dan ibu mendominasi ruangan itu. Aku bisa menyimpulkan bahwa para dewan lagi dan lagi membuat keputusan sepihak demi citra mereka. Dan, ya. . . Lagi lagi aku yang harus berlapang dada dengan keadaan yang terbagi untuk kedua kalinya dalam hidup. Cepat atau lambat, kelebihan Anne yang dapat menyelesaikan kemarau panjang seperti mendiang ibunya, akan terungkap. Semakin naiklah nama Anne di masyarakat. Berbeda denganku, yang hanya pandai merajut. Terlalu biasa.

Aku memutuskan untuk masuk kedalam ruangan ayah dan ibu. Aku mengetuk pintu dan masuk saat mendapat sahutan dari ayah. Membungkuk hormat adalah kewajiban semua orang bergelar bangsawan, sama seperti yang kulakukan saat bertatap muka dengan kedua orang tuaku.

"Maaf, aku tidak sengaja mendengar percakapan kalian, ayah, ibu." ucapku. Ibu menutup mulutnya tanda terkejut.

"Kami tidak bermaksud menyamakan kedudukanmu dengan anak selir, Violet." ayah mendekat kearahku lalu mensejajarkan tubuh nya yang tinggi menjulang dengan tubuh mungilku. Lalu mengusap suraiku lembut.

"Tidak apa, ayah. Selama kalian tidak melupakanku atau berpilih kasih saat mengetahui kelebihan Anne. Aku akan selalu baik baik saja." menggenggam tangan ayah dan ibu, aku tersenyum menenangkan. Aku tidak sepenuhnya berbohong. Memang benar, jika keluargaku masih berada disisiku, mereka akan membelaku sebisa mungkin. Membantuku menjauh dari jalur kematian yang gerbangnya terbuka lebar menantiku.

~The Queen's Hourglass "

KINI aku telah berada di kamarku. Untuk sekadar merebahkan diri. Sebentar lagi jam makan malam, aku sedikit malas untuk itu. Selagi ada Anne di mansion ini, semangatku untuk bertahan hidup sedikit berkurang. Mau bagaimanapun, masih ada darah ayah yang mengalir di dalam tubuh Anne. Ayah masih memiliki tanggung jawab penuh untuk merawat Anne.

The Queen's Hourglass [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang