s e b e l a s

433 220 87
                                    

Haii semuanyaa. . .
Jangan lupa tersenyum dan bersyukur hari ini.
Tinggalkan jejak berupa vote dan comment ya di chapter ini, selamat membaca!! ヾ(❀╹◡╹)ノ゙❀~

 Tinggalkan jejak berupa vote dan comment ya di chapter ini, selamat membaca!! ヾ(❀╹◡╹)ノ゙❀~

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

AKU mengerjapkan mataku, mencari setitik cahaya. Semalam, aku merasa bahwa Fairley membantuku untuk bertahan dari rasa sakit akibat kutukan ini. Apakah anak berumur delapan tahun mampu menyembuhkan orang lain? Oh mana mungkin jika itu manusia biasa. Sayangnya, Fairley adalah penyihir. Tidak ada yang tidak mungkin bagi penyihir, termasuk menggunakan sihir kehancuran.

Mataku menjelajahi satu persatu perabotan diruangan ini. Kamarku. Ruangan bernuansa ungu, putih, dan sedikit warna perak ini adalah kamar tidurku. Fairley memindahkan ku? dengan teleportasinya? Hebat sekali!

Jadi, apakah aku harus mulai bersikap baik pada Fairley? Tapi bagaimana dengan Anne? Ah masa bodoh! Anne itu hanya penganggu. Aku bahkan tidak mengetahui guna dari lahirnya Anne. Apakah menuntunku pada gerbang kematian?

Senyuman sinis tersungging di bibirku kala melihat kedua orang tuaku dan Edelhard mengunjungi ku. Apalagi tujuan mereka setelah membuat suasana hatiku sedih?

"Violet, maafkan ayahmu yang jahat ini, ya" aku hampir saja tergelak saat ibu menghina ayah dengan kata jahat.

"Maafkan ayah, Violet. Ayah benar benar tidak bermaksud untuk membuatmu sedih."

"Lalu?" ucapku menanggapi perkataan ayah dengan malas.

"Kau tau? Ayah sengaja melakukan itu, agar Anne tidak merebut calon tunangan mu nantinya. Apakah kau ingat saat ayah mengatakan, jika sudah selesai debutante, kau akan bertunangan dan menikah dengan putra mahkota Hazelton," penjelasan ayah membuatku termenung. Bahkan ayah sudah meminimalisir adanya kekacauan dalam hubungan ku dengan Gerald dimasa depan. Bodoh sekali aku ini.

Tanpa berkata kata lagi, aku memeluk ayah dengan erat. Tanpa sadar, air mataku mengalir dengan deras. Berulang kali mulutku menggumamkan kata "maaf" karena telah berprasangka buruk pada ayah.

Ayah membalas pelukanku sembari mengusap punggungku menenangkan. Ibu meletakkan tangannya di surai ungu ku bersamaan dengan senyum yang terlihat dengan manis.

Adegan seperti inilah yang sangat kusayang kan dimasa sekarang. Mengapa di kehidupanku yang dulu, aku terlalu tidak memperdulikan mereka, seakan bisa hidup sendiri dengan bahagia.

~The Queen's Hourglass~

AGENDA hari ini sangat sibuk. Ulang tahunku akan dirayakan besok. Aku juga sudah cukup berlapang dada bila acaraku terbagi dengan Anne. Aku akan membuat Anne membayar beberapa dosanya di masa lalu.

Para pelayan berjalanan kesana-kemari dengan banyaknya benda benda ditangannya. Mereka saling membagi tugas, mulai dari menyusun ruangan pesta, membuat kue dan hidangan hidangan lezat, hingga menyebarkan surat kepada semua bangsawan yang menjalin hubungan baik dengan keluarga ku.

The Queen's Hourglass [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang