6. [ ANDHARA ]

292 25 4
                                    

𝙺𝚎𝚋𝚊𝚗𝚢𝚊𝚔𝚊𝚗 𝚖𝚊𝚗𝚞𝚜𝚒𝚊 𝚑𝚊𝚗𝚢𝚊 𝚖𝚎𝚖𝚙𝚎𝚛𝚌𝚊𝚢𝚊𝚒 𝚊𝚙𝚊 𝚢𝚊𝚗𝚐 𝚒𝚗𝚐𝚒𝚗 𝚖𝚎𝚛𝚎𝚔𝚊 𝚙𝚎𝚛𝚌𝚊𝚢𝚊

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

𝙺𝚎𝚋𝚊𝚗𝚢𝚊𝚔𝚊𝚗 𝚖𝚊𝚗𝚞𝚜𝚒𝚊 𝚑𝚊𝚗𝚢𝚊 𝚖𝚎𝚖𝚙𝚎𝚛𝚌𝚊𝚢𝚊𝚒 𝚊𝚙𝚊 𝚢𝚊𝚗𝚐 𝚒𝚗𝚐𝚒𝚗 𝚖𝚎𝚛𝚎𝚔𝚊 𝚙𝚎𝚛𝚌𝚊𝚢𝚊. 𝙼𝚎𝚗𝚐𝚎𝚗𝚊𝚒 𝚑𝚊𝚕 𝚒𝚝𝚞 𝚜𝚊𝚕𝚊𝚑 𝚊𝚝𝚊𝚞 𝚝𝚒𝚍𝚊𝚔, 𝚖𝚎𝚛𝚎𝚔𝚊 𝚝𝚒𝚍𝚊𝚔 𝚖𝚊𝚞 𝚝𝚊𝚑𝚞. 𝙺𝚊𝚍𝚊𝚗𝚐 𝚖𝚊𝚗𝚞𝚜𝚒𝚊 𝚋𝚒𝚜𝚊 𝚜𝚎𝚎𝚐𝚘𝚒𝚜 𝚒𝚝𝚞.


Jangan lupa vote dan komen ya...
Selamat membaca...



-------------------------------------------------------------





"Lo pacaran sama dia?" Tanya Andhara tanpa basa-basi. "Kalau lo pacaran sama dia, kenapa lo gak nentang perjodohan ini?"

Keduanya masih saling menatap, meski bel masuk kelas sudah berbunyi sejak lima menit yang lalu. Hardin masih enggan membuka suara, mengenai hubungannya dengan Alice yang tengah dipertanyakan oleh Andhara.

"Harusnya lo lebih tau alasannya daripada gue." kata Hardin seraya meninggalkan Andhara yang tengah mengerutkan dahi. Ia tidak mengerti maksud ucapan sang ketua OSIS itu.

"Hardin!" Panggil Andhara saat tubuh pria tampan itu berada di ambang pintu. "Gue gak mau kebebasan gue hilang hanya karena berstatus sebagai istri lo nanti."

Hardin menoleh, tersenyum miring dengan menatap Andhara remeh. "Gue gak menaruh harapan besar pada lo Andhara. Sejak awal... lo bukan kriteria gue, lo cuma sampah sekolah yang mengganggu kehidupan banyak orang."

Andhara menganga tidak percaya, menatap jauh tubuh Hardin yang pergi setelah mengatakan kata-kata kejam seperti itu. Hardin tidak tahu bahwa Andhara adalah gadis gila liar, berani-beraninya pria itu meremehkannya dengan begitu rendah.

"Hardin Bangsat!!!" Teriak Andhara emosi. Perjodohan ini benar-benar salah, dua orang yang saling membenci dipaksa menjalani kehidupan bersama. Keduanya hanya akan saling menggigit hingga salah satunya mati tak berdaya. Tapi semua orang tahu, gadis seperti Andhara itu tidak mudah dikalahkan.

Andhara menarik nafas dalam, dirinya tidak boleh terbawa emosi. Semuanya harus direncanakan dengan baik jika ingin membalas pria dengan sejuta topeng itu. Kakinya melangkah keluar ruang osis, merasa malas untuk kembali ke kelasnya. Tujuannya kali ini adalah taman belakang sekolah, lumayan di sana dirinya bisa tidur nyenyak dengan angin sepoi-sepoi.

Sesuai dugaannya tempat itu benar-benar clear, tidak ada murid yang berisik. Ia akan tidur di bawah salah satu pohon yang rindang. Baru saja Andhara hendak menyandarkan tubuhnya, suara isak tangis membuatnya bergidik ngeri. Apa iya mbak Kunti lagi patah hati?

A N D H A R ATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang