19. [ ANDHARA ]

394 33 6
                                    

"𝙰𝚔𝚞 𝚙𝚎𝚛𝚗𝚊𝚑 𝚖𝚎𝚗𝚢𝚎𝚋𝚞𝚝 𝚗𝚊𝚖𝚊 𝚜𝚎𝚜𝚎𝚘𝚛𝚊𝚗𝚐 𝚍𝚒 𝚍𝚊𝚕𝚊𝚖 𝚍𝚘𝚊 𝚔𝚞, 𝚙𝚊𝚍𝚊𝚑𝚊𝚕 𝚊𝚔𝚞 𝚝𝚊𝚑𝚞

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"𝙰𝚔𝚞 𝚙𝚎𝚛𝚗𝚊𝚑 𝚖𝚎𝚗𝚢𝚎𝚋𝚞𝚝 𝚗𝚊𝚖𝚊 𝚜𝚎𝚜𝚎𝚘𝚛𝚊𝚗𝚐 𝚍𝚒 𝚍𝚊𝚕𝚊𝚖 𝚍𝚘𝚊 𝚔𝚞, 𝚙𝚊𝚍𝚊𝚑𝚊𝚕 𝚊𝚔𝚞 𝚝𝚊𝚑𝚞... 𝙱𝚊𝚑𝚠𝚊𝚜𝚊𝚗𝚢𝚊 𝚘𝚛𝚊𝚗𝚐 𝚒𝚝𝚞 𝚝𝚊𝚔 𝚙𝚎𝚛𝚗𝚊𝚑 𝚖𝚎𝚗𝚊𝚝𝚊𝚙 𝚔𝚎 𝚊𝚛𝚊𝚑𝚔𝚞"

-𝙍𝙚𝙫𝙖𝙣𝙠𝙖-




𝙔𝙪𝙝𝙪.... 𝙎𝙞𝙖𝙥𝙖 𝙮𝙖𝙣𝙜 𝙣𝙪𝙣𝙜𝙜𝙪𝙞𝙣 𝘼𝙣𝙙𝙝𝙖𝙧𝙖 𝙐𝙥𝙙𝙖𝙩𝙚?

𝙎𝙚𝙡𝙖𝙢𝙖𝙩 𝙢𝙚𝙢𝙗𝙖𝙘𝙖 𝙨𝙚𝙢𝙪𝙖 𝙣𝙮𝙖....

𝙅𝙖𝙣𝙜𝙖𝙣 𝙡𝙪𝙥𝙖 𝙫𝙤𝙩𝙚 𝙙𝙖𝙣 𝙠𝙤𝙢𝙚𝙣 𝙮𝙖...


-----------------------------------------------

"Bang, semalam Mama telpon menanyakan keadaan gadis itu. Katanya Mama akan mempercepat kepulangannya." Amel membuka suara di tengah sarapan paginya, seraya menatap lurus sosok Hardin yang masih terdiam dengan raut datarnya. Gadis itu mengamati wajah kakak lelakinya secara intens, sepertinya abangnya itu tidak tidur semalaman terlihat dari sorot matanya yang tampak mengantuk, apalagi dengan lingkaran hitam yang terlihat samar di bawah matanya.

"Amel tidak tahu, gadis itu rupanya memiliki kedudukan yang tinggi juga. Hingga semua orang harus khawatir akan keadaan nya. Padahal dia tidak lebih dari gadis pembuat onar. Kebetulan saja almarhum Papa nya kaya raya." Amel menyuapkan sepotong roti pada mulutnya, sesekali menatap ke arah tangga untuk memastikan si gadis yang ia sebut pembuat onar itu tidak muncul.

"Amel, cepat selesai kan sarapan mu. Jangan sampai terlambat." Hardin beranjak, sesekali matanya melirik ke arah tangga. Ada hal yang sedikit mengganjal di dalam hatinya.

Sedangkan di lantai dua, di tengah kamar yang gelap Andhara meringkuk dalam selimutnya. Otaknya secara otomatis bekerja, mengingat kenangan lama tentang kebersamaan nya bersama Jonathan. Perlahan tubuhnya bangkit, menyingkap gorden yang ada di kamar itu. Ia dapat melihat mobil Amel sudah meninggalkan pekarangan rumah, begitupun dengan mobil Hardin yang tak terlihat. Belum ada satu bulan pernikahan Hardin dan Andahara, tapi Andhara merasa dirinya menjadi orang asing di tengah keluarga Hutama. Andhara merindukan Maminya, begitupun dengan almarhum Wijaya.

Gadis itu melangkahkan kakinya keluar, sedikit terpincang karena kakinya terasa sangat nyeri setelah semalam menginjak banyak pecahan kaca. Hardin membantunya mengobati luka itu, untuk pertama kalinya Andhara merasa Hardin sedikit memanusiakan dirinya.

A N D H A R ATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang