11. [ ANDHARA ]

320 29 4
                                    

𝙷𝚊𝚛𝚒 𝚒𝚗𝚒 𝚊𝚔𝚞 𝚋𝚎𝚐𝚒𝚝𝚞 𝚖𝚎𝚖𝚋𝚎𝚗𝚌𝚒 𝚖𝚞, 𝚝𝚊𝚙𝚒 𝚓𝚒𝚔𝚊 𝚑𝚊𝚛𝚒 𝚎𝚜𝚘𝚔 𝚊𝚔𝚞 𝚖𝚞𝚕𝚊𝚒 𝚖𝚎𝚗𝚌𝚒𝚗𝚝𝚊𝚒𝚖𝚞

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

𝙷𝚊𝚛𝚒 𝚒𝚗𝚒 𝚊𝚔𝚞 𝚋𝚎𝚐𝚒𝚝𝚞 𝚖𝚎𝚖𝚋𝚎𝚗𝚌𝚒 𝚖𝚞, 𝚝𝚊𝚙𝚒 𝚓𝚒𝚔𝚊 𝚑𝚊𝚛𝚒 𝚎𝚜𝚘𝚔 𝚊𝚔𝚞 𝚖𝚞𝚕𝚊𝚒 𝚖𝚎𝚗𝚌𝚒𝚗𝚝𝚊𝚒𝚖𝚞. 𝙿𝚎𝚛𝚌𝚊𝚢𝚊𝚕𝚊𝚑, 𝚒𝚝𝚞 𝚜𝚎𝚖𝚞𝚊 𝚍𝚒 𝚕𝚞𝚊𝚛 𝚔𝚎𝚗𝚍𝚊𝚕𝚒𝚔𝚞.

Gais aku sebenernya agak bimbang nih, mau lanjut gak yah cerita ini?

Menurut kalian gimana?

Kadang kalau mood lagi down bener-bener blank mau nulis. Capek aja rasanya, jadi malah lama update.

Komen di bawah ya.. cerita ini kurang apa menurut kalian

Selamat membaca...

Jangan lupa vote dan komen ya...

Tandai kalau ada typo..
----------------------------------------------------------------

"Andhara!!!"

Pagi di hari Minggu, Maya sudah harus merasakan sakit tenggorokan karena sejak tadi memanggil putrinya dari lantai bawah. Putri semata wayangnya itu memang sering dijuluki putri tidur oleh mending suaminya, karena saat terlelap gadis itu pasti akan sulit sekali dibangunkan.

"Astaga Hardin, Andhara itu memang sangat sulit di bangunkan. Besok kalau sudah menikah dengan mu siram saja pakai air seember untuk membangunkannya." Maya mengomel dengan tangannya yang sibuk menyiapkan sarapan bersama Bik Siti.

Pagi ini Hardin sudah berada di rumah Andhara, Miya memintanya untuk mengajak Andhara pergi ke makam Wijaya. Sebagai bentuk rasa hormat dan meminta ijin untuk menikahi putrinya.

"Hardin, tolong kamu ke atas bangunkan Andhara. Kamarnya di atas, paling pojok." Maya segera beralih ke dapur, ada beberapa masakan yang harus segera disiapkan.

Mau tak mau, Hardin bangkit dari duduknya. Berjalan menapaki tangga dengan mata meneliti setiap interior rumah itu. Dirinya mengetuk beberapa kali kamar yang disebutkan Maya, tapi tak ada balasan apapun. Akhirnya dia memilih untuk langsung masuk mengingat pintunya tidak terkunci.

Mulutnya menganga menatap penampakan kamar Andhara yang tidak seperti kamar gadis pada umumnya. Seolah ruangan ini baru saja  terserang angin tornado. Pertama-tama pria itu membuka tirai, membiarkan cahaya matahari mengusik tidur gadis itu. Namun sepersekian detik kemudian, dirinya menyesali keputusannya untuk membuka tirai. Cahaya matahari masuk ke dalam ruangan yang berantakan itu, sehingga Hardin bisa melihat dengan jelas kekacauan yang ada.

A N D H A R ATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang