Satu minggu sudah Valenia beradaptasi dengan sekolah barunya, SMA Bintang yang sudah menjadi impiannya sejak dahulu. Tiga puluh menit sudah Valenia duduk di kursi yang terletak di sisi lapangan utama, setelah kegiatan ekstrakurikuler kesenian Valenia menunggu Titha untuk pulang bersama. Kebetulan Titha juga ada rapat anggota OSIS baru di jam yang sama, namun walaupun waktu sudah hampir petang Titha juga belum muncul dari aula.
Valenia terus mengirimi pesan Whatsap kepada Titha yang belum juga membalas, sudah hampir gelap membuat Valenia sedikit gemetar ketakutan. Tidak ada siapapun di sana, selain dirinya dan penjaga sekolah yang tengah mengunci pintu kelas satu persatu.
Valenia beranjak menuju aula, dia sesegera mungkin harus menemukan seseorang agar dia tidak sendirian. Langkahnya berhenti di depan pintu aula yang tertutup rapat dengan gembok besar menggantung di sana, matanya membulat ketika tahu sudah tidak ada orang di sana.
Drrttt..
Ponselnya bergetar, panggilan dari Titha."Tithaaa! Kamu di mana sih?" Ucap Valenia sedikit merengek, kepalanya menoleh sana sini berharap ada orang yang mengenalinya.
"Aduh Valen, sorry banget tadi aku pulang duluan gak ngasih kabar.," Ucap Titha panik dari balik telepon.
"Titha! Kamu gak bercanda kan?" Bulu kuduk Valenia kembali berdiri.
"Iya, udah dari tadi jam empat Valen. Tadi aku lupa lagi nggak bilang ke kamu, aku malah ketiduran.. Maaf banget Valeeen!!" Titha merengek panik.
"Aduh, mau gimana lagi.. Mana udah gelap lagi, aku naik apa ya pulang? Angkot masih ada?" Tanya Valenia masih mematung di depan aula.
"Coba kamu ke.." Telepon tiba-tiba terputus.
"Titha?" Valenia mengecek ponselnya, dan ternyata gelap tak bernyawa.
"Kok lowbatt sih aduuh!" Valenia berjalan keluar dari daerah belakang sekolah menuju lapangan utama, penjaga sekolah sudah tidak terlihat di sana.
"Kalau tahu gini aku pulang dari tadi."
Valenia mengucek matanya yang berair, sifat cengengnya akhirnya keluar.Valenia adalah anak rumahan yang tidak pernah keluar rumah sendirian, Titha sepupunya itu yang selalu menjadi penunjuk arah dan lentera ketika berada di luar. Petang ini, dia harus sendirian.
Valenia keluar dari halaman sekolah dengan sedikit berlari, lampu gerbang sudah menyala. Tidak ada seorangpun di sana, membuatnya semakin ingin menangis. Dilangkahkan kakinya menuju sebuah halte yang terletak cukup jauh dari sekolahnya. Halte tempat biasa dia duduk menunggu angkutan umum dengan Titha.
"Semoga ada taksi!"
Valenia duduk dengan dahi penuh dengan keringat, dia berusaha menyalakan ponsel untuk menghubungi ayahnya."Kenapa pake mati sih nih HP!" Valenia sedikit berteriak, memukul layar ponselnya.
"Nanti kalau ada hantu gimana.." Dia merengek pelan, seraya matanya menoleh sana sini berharap ada yang mengenalinya.
"Titha juga tega banget ninggalin aku sendirian!" Valenia belum juga berhenti mengutuk keadaan.
*****
Fenly pamit keluar dari rumah penjaga sekolah setelah meminjam kunci kelas untuk mengambil ponselnya yang tertinggal, benda kecil yang mampu menjadi obat kesepian.
Kakinya berjalan pelan menuju halte, memasang earphone di telinga dan membuatnya tenggelam dalam alunan lagu. Langkahnya terhenti ketika melihat gadis yang tengah menunduk dengan tangan yang menutupi wajahnya. Semesta kembali mempertemukan mereka berdua, Fenly melangkah dan duduk hati-hati agar gadis itu tidak merasa terganggu.
KAMU SEDANG MEMBACA
TERBUNUH SEPI (END) || UN1TY
FanfictionSetidaknya satu detik dalam hidup manusia pasti bertemu dengan kesendirian. Penantian menjadi hal yang wajar dalam kehidupan, dan kehilangan menjadi sebuah bumbu dalam pertemuan. Fenly, lelaki yang menganggap kesendirian adalah teman dan penantian...