Brukk!!
"Aduh.." Titha meringis ketika tubuhnya tersungkur ke lantai, orang yang dia tabrak langsung berdiri lantas merapikan pakaian dengan tangannya.
"Titha, ngapain sih?"
Ucap Valenia pelan, dia yang merasa malu karena melihat kejadian itu membantu Titha berdiri. Titha mengangkat wajahnya melihat seorang lelaki yang sangat tidak asing, siapa lagi kalau bukan Farhan sang ketua Osis yang memergoki mereka ketika kabur mencari toilet.Titha yang selalu menghindarinya bahkan ketika rapat Osis sekalipun dia tidak berani melirik ke arahnya, namun sekarang tiba-tiba mereka harus dipertemukan dengan cara yang memalukan.
"Ma.. Maaf kak."
Ucap Titha terbata-bata, tangannya memegangi kencang lengan kiri Valenia yang sesekali memejamkan mata menahan rasa malu."Lo gak apa-apa kan? Sorry tadi gue jalan sambil mainin ponsel jadi gak lihat ada.."
"Gapapa kak!" Titha menyela, Valenia menoleh ke arah Titha yang gemetar.
"Kalau gitu kita pamit kak, sorry." Titha menarik lengan Valenia yang masih kebingungan dan berlari menjauh dari Farhan, ternyata Titha mengajaknya menuju Toilet.
"Aduh, aku kebelet banget!"
Titha melepaskan pegangannya dari lengan Valenia dan berlari masuk ke dalam toilet."Dih aneh banget, masa kebelet padahal masih pagi." Valenia bergumam sendiri, dia berjalan menuju wastafel dan berkaca sembari membenarkan rambutnya.
Tiba-tiba Valenia teringat sesuatu tentang Titha, gadis itu biasanya tiba-tiba kebelet ketika sedang grogi. Sebelum tampil di panggung atau ketika dia merasa nervous setidaknya dua sampai tiga kali dia akan pergi ke toilet, dan sekarang dia melakukan hal yang sama.
Beberapa menit kemudian Titha keluar dengan wajah yang memerah, Valenia yang siap menghujani pertanyaan berdiri seraya melipat tangan di depan dada.
"Kenapa?" Valenia pura-pura menyelidik.
"Gapapa," Jawab Titha berusaha santai, dia melangkah menuju wastafel dan mencuci tangannya.
"Biasanya kamu gak pernah kebelet pipis pagi-pagi gini." Ucap Valenia.
Titha menoleh, "Kamu juga pasti malu kan tadi? Nah itu penyakit nervous ku datang, makanya tiba-tiba kebelet." Tutur Titha.
"Belum juga aku nanya udah kamu jelasin aja," Ucap Valenia, lalu tertawa kecil.
"So, jangan berlebihan nyangka kalau aku itu grogi sama dia atau lebih lagi nyangka aku suka sama dia. Stop!" Tutur Titha sedikit berteriak.
"Dih, orang aku nggak ngomong apa-apa Tha. Justru sikapmu yang gini nunjukin kalau kamu.."
"Nggak!" Titha menyela.
"Tuh kan, nggak enak kalau dituduh suka sama orang padahal kita biasa aja. Jadi kamu jangan ngeledekin terus aku sama si jaket merah, nanti dia kegeeran." Ucap Valenia.
"Iya iya paham, sorry deh."
*****
Bel berbunyi, siswa yang menongkrong di halaman sekolah berlarian masuk ke dalam kelas. Sementara di kelas ada yang sibuk maraton menulis rangkuman yang harus dikumpulkan jam pertama, ada yang sibuk menyontek pekerjaan rumah, ada yang tidur menunggu guru masuk, dan ada juga yang duduk bergosip.
Fenly berjalan santai di tengah siswa yang berlarian masuk ke dalam kelas, di lawan arah Fajri juga berjalan santai bersama Gilang yang memasang airphone di telinganya.
Mereka berpapasan di depan pintu kelas, seperti biasa ketika melihat Fajri ingatan beberapa tahun silam kembali berenang di kepalanya. Keduanya melakukan hal yang sama, tidak berjalan dan tidak berbicara. Hanya mematung membuat Gilang kebingungan.
KAMU SEDANG MEMBACA
TERBUNUH SEPI (END) || UN1TY
FanfictionSetidaknya satu detik dalam hidup manusia pasti bertemu dengan kesendirian. Penantian menjadi hal yang wajar dalam kehidupan, dan kehilangan menjadi sebuah bumbu dalam pertemuan. Fenly, lelaki yang menganggap kesendirian adalah teman dan penantian...