Drrtt... Drrtt...
Ponsel Ricky bergetar, sebuah nomor tidak di kenal muncul di layar ponselnya."Hallo?" Ucap Ricky ragu.
Fenly menoleh, penasaran dengan siapa yang menelepon Ricky.
Beberapa detik setelah seseorang berbicara dari balik telepon, wajah Ricky berubah pucat.
"Rick?" Fenly mendekat memastikan apa yang terjadi.
"Hallo?" Suara panggilan dari seorang wanita dari balik telepon tidak Ricky hiraukan, dia hanya mematung terkejut dengan wajah pucat.
Fenly menarik ponsel dari tangan Ricky lalu menanyakan apa yang terjadi, wanita itu mengatakan kalau Ibu Ricky mengalami kecelakaan. Ibunya tertabrak ketika hendak mengantar pesanan sore tadi, ponselnya baru ditemukan beberapa menit lalu sehingga pihak rumah sakit baru menghubungi Ricky.
Fenly berteriak memanggil Pak Djo namun tidak ada jawaban, dia berlari ke halaman belakang rumah yang gelap juga tidak ada, dia mencari pak Djo ke semua tempat hingga akhirnya menemukan supirnya itu di sebelah kolam renang rumahnya.
Pak Djo mengantar Ricky dan Fenly ke rumah sakit, keduanya tenggelam dalam keheningan selama perjalanan. Air mata merembas keluar dari mata Ricky, lelaki itu mengingat percakapan mereka kemarin malam.
"Cerita sama ibu, mumpung masih ada waktu.."
Suaranya terngiang jelas di telinga Ricky.Fenly yang melihat wajah Ricky yang pucat dan ketakutan tidak bisa mengatakan apapun selain mengusap pundak temannya itu.
*****
"Benturan menyebabkan cedera berat di kepalanya, sebaiknya segera lengkapi administrasi agar kami secepatnya melakukan operasi."
Ucap dokter yang menangani Ibu Ricky."Ibu saya bisa selamat kan, dok?"
Mulut Ricky bergetar menahan tangis."Kami akan berusaha, walaupun kemungkinan Ibu Rifani sadar sangatlah kecil."
Ricky menutupi wajah dengan kedua tangannya, pundaknya mulai bergetar.
"Dok, lakukan operasi malam ini juga." Ucap Fenly, tangannya bergerak menepuk pundak Ricky untuk menguatkan.
****
Ricky memukul dinding berulang kali melepaskan kesedihannya, dia tidak tahu mendapatkan uang dari mana untuk biaya operasi ibunya.
"Gue bisa bantu, Rick."
Ucap Fenly menyodorkan sebuah kartu ATM miliknya.Ricky menoleh dengan tatapan sendu, "Fen.."
"Pake dulu, gue harap ini cukup."
Ucap Fenly lembut.Dua anak SMA yang dewasa sebelum waktunya itu berjalan menuju bagian administrasi.
*****
Malam itu operasi berjalan lancar, walaupun sangat kecil kemungkinan Ibu Ricky kembali sadar. Ricky memegangi tangan ibunya, menguatkan agar ibunya bisa kembali menatap wajah anak semata wayangnya itu.
"Kalau ibu bangun, Ricky langsung cerita semuanya sama ibu. Gak bakal ada yang Ricky sembunyiin dari ibu.." Ricky berbisik di dekat telinga ibunya.
"Ibu yang kuat, biar bisa dengerin cerita Ricky di sekolah." Lanjutnya, perlahan air mata keluar dari sudut matanya.
Ricky mengecup punggung tangan wanita yang sangat dia cintai itu, "Ibu harus lihat Ricky sekarang bu.."
"Tadi siang Ricky seneng banget bisa ke rumah Fenly sama Salsha, di sana banyak banget alat musik bu.. Tapi rumahnya sepi, mungkin orang tuanya di luar kota. Ibu bisa denger Ricky kan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
TERBUNUH SEPI (END) || UN1TY
FanfictionSetidaknya satu detik dalam hidup manusia pasti bertemu dengan kesendirian. Penantian menjadi hal yang wajar dalam kehidupan, dan kehilangan menjadi sebuah bumbu dalam pertemuan. Fenly, lelaki yang menganggap kesendirian adalah teman dan penantian...