"Terkadang kita harus rela meninggalkan satu hal, untuk menjaga dan memperbaiki hal lain."
Perlahan cerita dari mulut Fenly mengalir, menceritakan apa yang terjadi dengan Ricky berikut masalahnya dengan Fajri.
"Gue gak tahu apa-apa, tapi gue yang ribet." Pungkas Fenly di akhir cerita.
Shandy mengangguk paham, sifat tengilnya mendadak hilang setelah mendengarkan cerita adik kelasnya itu.
"Dari awal Ricky emang ngajak lo perform bareng kan?"
"Iya, Ricky bilang?"
"Nggak, biasalah ada banyak kang ghibah di ekskul musik."
"Gue pikir Ricky emang cuma butuh waktu sebentar buat nenangin dirinya, tapi ternyata sampe ngundurin diri." Tutur Fenly pelan
"Lo nyerah buat bujuk Ricky?"
"Kalau besok jawabannya masih nggak, gue nyerah aja. Acara ini dari awal juga bukan urusan gue, gue ikut campur cuma karena Fajri nyuruh gue tanggung jawab soal Ricky."
Shandy mengangguk-anggukan kepalanya, "Kenapa Fajri nyuruh lo tanggung jawab?"
"Karena gue bilang Ricky pasti ikut perform buat ngeyakinin Fajri, itu sih salah gue.." Fenly menghela nafas, lantas menundukkan kepalanya.
"Kalau Ricky nyerah, kenapa gak lo aja yang berjuang sampai akhir? Lagi pula lo keliatannya temen yang baik."
Fenly mengangkat wajahnya, "Gue udah berjuang bujuk Ricky, tapi gak ada hasil."
"Kenapa gak lo aja yang mencapai hasil?" Lagi-lagi pernyataan bertopeng pertanyaan Shandy tuturkan.
Fenly mengernyitkan alis, "Gue?"
Shandy mengangguk pelan.
"Ya kali, gak bisa lah." Fenly mengelak
"Gue gak bakal ngomong gini ke sembarang orang loh, gue emang lihat sesuatu yang beda dalam diri lo."
Fenly menggeleng, "Emang ngada-ngada nih."
"Kalau Ricky nyerah di tengah jalan, sebagai teman yang baik lo harus bantu dia mencapai hasil."
Fenly menggeleng-gelengkan kepalanya berulang kali, agar Shandy berhenti menuturkan nasihatnya.
"Gue gak bisa."
Ucap Fenly, kemudian berdiri dan melangkah meninggalkan Shandy sendirian.******
Fenly masuk ke ruangan aula, beberapa orang tengah membenahi beberapa gaun dan kain-kain penutup meja.
Beberapa pasang mata melirik ke arahnya, wajar saja karena di sana hanya ada siswa perempuan. Matanya menyapu setiap sudut, namun tidak menemukan Salsha.
"Cari siapa, Fen?"
Tanya Friska dari balik jajaran kursi, beberapa pasang mata menyorot padanya setelah pertanyaan itu dikumandangkan."Salsha dimana?"
Dia kembali menoleh sana sini, namun tak menemukan Salsha."Dia lagi pergi sama Bu Mentari, gak tahu mau beli apa." Jawab Friska
"Lama?"
Friska mengangkat bahu. "Tunggu aja."
Fenly berbalik dan berjalan tanpa tujuan, kenapa mendadak sekali Salsha sulit ditemui. Padahal dia ingin menceritakan apa yang sudah terjadi, namun gadis itu disembunyikan semesta.
"Kak Fenly?"
Valenia berdiri tegak di bawah lampu taman yang temaram, wajah mungilnya terpapar cahaya membuatnya terlihat bersinar.Fenly mengangkat wajah, dan sontak tersenyum ketika mendapati Valenia melambaikan tangan ke arahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
TERBUNUH SEPI (END) || UN1TY
Hayran KurguSetidaknya satu detik dalam hidup manusia pasti bertemu dengan kesendirian. Penantian menjadi hal yang wajar dalam kehidupan, dan kehilangan menjadi sebuah bumbu dalam pertemuan. Fenly, lelaki yang menganggap kesendirian adalah teman dan penantian...