Mata Yang Berbicara

585 145 7
                                    

Ricky mengunci mulutnya, kemudian berlari meninggalkan taman yang suasananya sangat mencekam.

"Rick!"
Salsha berteriak, namun Ricky tak menghiraukannya.

"Fen, lo harusnya ngertiin Ricky dong."
Salsha berucap pelan.

"Gue harus ngertiin gimana lagi, Sha?"

"Ricky kan emang lagi banyak masalah, kamu jangan merumitkan masalah yang nggak seharusnya dibahas."

Fenly mengernyitkan alis, "Emangnya gue gak boleh tersinggung?"

Salsha menghela nafas, bingung harus mengatakan apa lagi. Dia kemudian pergi mengejar Ricky yang sudah menghilang dari sudut mata mereka.

Fenly mematung tak percaya, perasaan bersalah bergemuruh di hatinya. Namun pikirannya berkecamuk dengan kekesalan, tentang apa yang selalu mereka simpulkan tentang hidupnya yang sesungguhnya tidak baik-baik saja.

Sebuah tangan menepuk bahu Fenly, dia berbalik.

Fenly menghela nafas setelah mendapati Valenia ternyata berdiri di dekatnya, gadis itu lagi yang selalu melihatnya di kala terluka.

"Lagi?"
Fenly berguman pelan, kakinya melangkah hendak meninggalkan gadis itu. Namun dengan cepat Valenia mencegah lengan Fenly, membuat lelaki itu berhenti tak berkutik.

"Emangnya salah kalau kamu terlihat gak baik-baik aja?" Ucap Valenia, matanya menatap Fenly yang sedari tadi menghindari tatapannya.

Fenly tak menjawab, hanya saja nafasnya tetap tidak beraturan. Nampaknya emosi masih memperdaya tubuhnya, Valenia menarik lengan Fenly agar duduk di kursi. Dengan malas Fenly menurut, hingga mereka duduk bersebelahan memandang rerumputan yang sedari tadi membisu dan jadi saksi pertengkaran dua teman itu.

"Tunggu sebentar."
Pinta Valenia, kemudian dia berlari ke arah belakang. Karena malas Fenly hanya menunggu saja tidak melihat kemana perginya gadis itu, hatinya sudah terlanjur merasa bersalah dan terluka karena kejadian beberapa menit lalu.


****



"Ricky."
Salsha berhasil menemukan Ricky yang duduk di tangga, tak peduli hilir mudik para siswa kelas sebelas dia duduk mendekap wajah dengan telapak tangannya.

"Rick, jangan gitu dong."
Salsha duduk di samping Ricky, menghalangi penuh satu anak tangga itu.

"Gue yakin Fenly juga gak bermaksud nyalahin lo, dia cuma ngasih saran aja. Tapi mungkin caranya aja yang salah.." Tutur Salsha tenang.

Ricky masih terdiam, tangan Salsha bergerak mengusap pelan bahu Ricky membuat Ricky sedikit membeku - gugup.

"Gue dukung apapun keputusan lo, asal.."
Salsha menghentikan ucapannya, matanya melihat ke arah Ricky yang mengangkat wajahnya karena penasaran apa yang akan diucapkan Salsha.

"Asal keputusan itu baik buat lo."
Ucap Salsha diiringi senyuman manis yang membuat Ricky lagi-lagi terpesona.

"Thanks, Sha."
Ucap Ricky, hatinya mulai tenang.

"Tapi.." Suara Ricky tertahan.

"Gue sedikit kecewa sama Fenly, dia gak ngerti gimana bingungnya di posisi gue. Apapun keputusan gue pasti bakal salah di mata orang lain, dan gue yakin Fenly juga bakal nyalahin gue."

"Enggak, Rick."
Salsha menjawab dengan tenang.

"Gue yakin, Fenly itu baik bahkan dia itu udah pengen terbuka sama lo. Lo tahu sendiri kan gimana sikap dia diawal kita berteman, mungkin dia cuma bingung aja gimana nanggepin situasi tadi.."

TERBUNUH SEPI (END)  || UN1TYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang