Percakapan Abstrak

952 189 2
                                    

Valenia, gadis berkulit putih itu melangkah seraya mengikat rambutnya. Wajahnya bersungut-sungut mengumpat kakak kelas yang baru saja menguhukumnya jalan jongkok sepuluh putaran, yang membuat lututnya hampir berpisah dengan kakinya.

"Titha, temenin ke toilet!" Valenia menarik lengan temannya, lantas berlari menuju sembarang arah.

"Kamu ini sok tahu, emang bener ini arah toilet?" Titha menggaruk kepalanya yang terasa gatal di tengah terik matahari.

'Kalau dari denah sih di sekitaran sini,  Ta.."

Kedua gadis itu perlahan melangkah seraya mata mereka mencari letak toilet.

"Tanya orang itu aja!" Titha menunjuk siswa berjaket merah yang tengah berjalan sendirian.

"Malu lah, mana keliatan galak lagi tuh orang. Kalau anak OSIS gimana? Nanti gue dihukum lagi karena gak izin dulu ke toilet."
Kedua orang itu hanya menggertakan kakinya berulang kali, kebingungan.

"Nggak mungkin anak OSIS deh, dia pakai jaket di sekolah."
Mata Titha menyelidik, tiba-tiba siswa yang mereka pandangi menoleh membuat mereka kikuk dan pura-pura tak melihat.

"Aduh serem, matanya sinis gitu dong!"
Titha merengek, menarik tangan Valenia agar kembali ke lapangan utama.

"Tapi aku kebelet banget Tha! Kebayang dong gue jongkok lama banget tadi,"

"Hey ngapain kalian!"
Teriak seorang siswa lelaki yang tiba-tiba muncul, membuat kedua gadis itu lari berpencar.

"Aduh, mati aku!"
Valenia menyembunyikan tubuhnya di balik pintu sebuah ruangan.

"Kenapa pake lari sih Valen? Aduh, kalau ketahuan harus jalan jongkok lagi. Bisa-bisa rematik sebelum waktunya!" Dia bergumam sendiri.
Sementara Titha berhasil kembali ke lapangan tanpa ketahuan.

*****

Valenia mengintip ke arah luar dari jendela, beberapa siswa berlalu lalang. Dia menghindari kak Farhan, anak OSIS yang memergokinya dan Titha.

Valenia berbalik memperhatikan ruangan yang sepi itu, beberapa barang di sana berdebu seperti lama tidak terjamah.

Tiba-tiba ada suara gitar mengalun pelan, membuat langkahnya sontak mengikuti arah suara itu. Lebih dalam di ruangan itu, ternyata seseorang tengah duduk di pojok seraya menatap jendela yang berseberangan dengan taman belakang sekolah.

"Oh, si jaket merah tadi?" Dia berbisik pada dirinya sendiri.

Alunan gitar itu berhenti, lelaki itu memeluk erat gitarnya cukup lama. Membuat Valenia penasaran, apa yang tengah lelaki itu lakukan.

"Permisi."
Dengan takut Valenia berjalan menghampiri lelaki itu, tak ada jawaban.

"Kak toilet sebelah mana?" Ucap Valenia, padahal sebenarnya dia penasaran dengan keadaan lelaki itu.

Lelaki itu mengangkat wajahnya, terlihat lebih pucat dari sebelumnya saat mereka bertemu di luar.

Valenia mematung, menatap wajah datar dari lelaki itu.

"Anu.."
Suasana hening.
"Tadi aku mau ke toilet terus.."

"Masuk ke sini, ngumpet dari anak OSIS." Bukan pertanyaan, tapi pernyataan dari mulut lelaki itu. Siapa lagi kalau bukan Fenly? Si raja dingin SMA Bintang.

"Kok, bisa tahu? Dari tadi aku nggak ngomong apa-apa. Terus aku baru lihat kamu.."

"Telinga seseorang yang biasa sendirian itu lebih tajam." Fenly menyela, membuat mulut Valenia terkatup rapat.

TERBUNUH SEPI (END)  || UN1TYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang