"Lo mau kan Fen?"
Semua menatap Fenly menunggu jawaban.
"Gak mau." Jawab Fenly membuat Ricky menghela nafas.
"Serius Rick, jangan ngada-ngada masa ngajak Fenly," Celetuk David.
Ricky tidak menjawab hanya mencari cara agar Fenly mau tampil dengannya.
"Terserah lo deh Rick, gue dukung lo solo sih. Suara lo udah mateng, besok mulai latihan aja bareng gue sama Gilang." Pungkas Fajri.
Ricky berjalan menuju kursinya, dia melirik Fenly yang pura-pura sibuk dengan buku catatan.
"Fen.."
Ricky duduk di sebelah Fenly."Ayo lah, lo mau kan duet sama gue?"
Fenly menoleh, "Gue gak bisa nyanyi, lo mau gue malu-maluin nanti?"
Ricky tersenyum masam, "Gak usah pura-pura Fen, lo jago sebenernya kan?"
Fenly terdiam, pikirannya menyudutkan Valenia yang tahu apa yang dia lakukan di jam istirahat. Namun gadis itu berjalan bersamanya saat menuju kelas, tidak ada waktu untuk mengatakan itu semua pada Ricky. Lagipula mereka sudah berjanji.
"Bukan dia Fen," Ucap Ricky membuyarkan lamunan Fenly.
"Bukan cewek kelas sepuluh itu yang bilang ke gue, tapi gue tahu sendiri." Ucap Ricky yakin bahwa Fenly memikirkan hal itu.
"Kok dia bisa tahu?" Fenly bergumam dalam hati, merasa aneh karena Ricky tahu semuanya.
"Pas pertama gue lihat lo, gue itu kaya gak asing. Tiba-tiba semalam gue mimpiin kita ketemu di hotel, terus gue baru sadar kalo hotel itu tempat dulu gue lomba nyanyi waktu kecil! Gue pernah ketemu sama lo Fen, lo inget?" Tutur Ricky antusias.
Fenly mengernyitkan kedua alisnya, lantas berusaha mengingat kejadian beberapa tahun silam. Beberapa menit kemudian Fenly menemukan sebuah memori di kepalanya.
"Nomor urut 40 Fen!" Ucap Ricky mengingatkan.
Ingatannya meluncur pada moment ketika keran air panas kamar hotel yang Fenly dan dua orang peserta tidak menyala, sedangkan mereka tiba di sana sangat malam dan sebaiknya mandi dengan air panas. Akhirnya Fenly dan Pak Firgo yang menemaninya di kamar mengantar dia ke kamar sebelah untuk menumpang mandi, di sana juga ada tiga peserta yang sudah rapi bersiap untuk tidur. Fenly yang sudah mandi terlebih dulu menunggu pak Firgon yang tengah membersihkan badannya, dia duduk di sebuah sofa kecil di samping tempat tidur.
"Besok tampil nomor urut berapa?" Seorang anak lelaki seusianya bertanya, anak itu berbaring di atas kasur dengan selimut yang hampir menutupi seluruh tubuhnya.
"Nomor 14," Jawab Fenly lantas tersenyum tipis.
"Wah masih awal ya, aku nomor urut 40." Timpal anak itu memasang wajah sedih.
"Gak apa-apa, kamu punya waktu luang,"
"Iya sih, tapi kelamaan. Makin banyak peserta yang aku lihat, aku makin degdegan."
"Semoga berhasil." Ucap Fenly memberi semangat.
*****
"Lo inget?" Ricky menarik kursinya lebih dekat ke tempat Fenly.
"Lo anak kecil yang nomor urut 40?" Tanya Fenly penasaran, kedua alisnya bertaut.
"Nah, itu lo inget!"
KAMU SEDANG MEMBACA
TERBUNUH SEPI (END) || UN1TY
FanficSetidaknya satu detik dalam hidup manusia pasti bertemu dengan kesendirian. Penantian menjadi hal yang wajar dalam kehidupan, dan kehilangan menjadi sebuah bumbu dalam pertemuan. Fenly, lelaki yang menganggap kesendirian adalah teman dan penantian...