Kesempatan Menjadi Teman

1K 213 3
                                    

"Mendapat teman adalah kesempatan."

Semester baru setelah hari-hari penuh haru.

"Fen, lo kurusan ya?" Fenly menghentikan langkahnya, menoleh ke arah seorang gadis yang mengajaknya bicara.

"Iya." Jawab Fenly datar, lantas berjalan melewati gadis yang tengah bersandar di mading itu. Dia adalah Salsha, teman satu kelas Fenly saat SMP.

Salsha mengernyitkan alis, berdecak sebal melirik Fenly yang berjalan lurus seperti dalam komando. Salsha mengeluarkan kaca dari dalam saku jaketnya, kemudian mengoleskan lipstik di bibir tipisnya.

"Permisi," Suara lelaki menghentikan gerakan lengannya, Salsa terperanjat saat lelaki itu memperhatikan kaca pink yang dia pegang.

"Eh, gimana-gimana?"
Salsha berusaha tenang, walaupun pipinya panas menahan malu. Bisa-bisanya lelaki itu memergokinya saat sedang berdandan. Dia memasukan kaca dan lipstiknya ke dalam saku.

"Anu,"
Ricky menggaruk kepalanya yang tak gatal, sama-sama canggung karena dia juga tak sengaja melihat lipstik yang keluar dari garis bibir gadis yang belum dia kenali itu.

"Anak baru? Mau ke kantor?" Salsha bertanya cepat, Ricky menggeleng. Tangan Ricky menunjuk wajah Salsha yang membuat wajahnya memerah.

"Iya, sorry tadi gue.."

"Lipstik!" Ricky menyela, membuat Salsa terdiam.

"Belepotan." Lanjut Ricky seraya menggosok bibirnya sendiri, Salsha melotot lantas mengeluarkan kacanya kembali. Dengan cepat dia menghapus coretan lipstik yang keluar dari garis bibirnya.

"Aduh, malu deh gue!" Salsha merengek, lalu sekejap dia berubah tenang. "Mau apa tadi?" Katanya santai, seolah tidak terjadi apa-apa.

"Kantor, tadi udah tahu kan saya murid baru?" Ucap Ricky terlihat polos di mata Salsha.

"Formal banget sih, emangnya lagi praktik bahasa indonesia?" Salsha tertawa kecil, membuat Ricky sedikit menyunggingkan senyumnya.

"Sini gue antar!"
Ajak Salsha, kedua orang yang baru saja menjadi teman itu berjalan berdampingan melewati koridor sekolah.

"Tadi itu gue lagi nunggu pengumuman pembagian kelas di mading, tapi belum ada juga." Tutur Salsha santai, gadis itu memang ramah dan mudah bergaul dengan semua orang. Tak aneh keakraban darinya yang tiba-tiba membuat orang yang baru dia kenal merasa kikuk atau merasa aneh karena dia terlalu "cerewet".

" Oh iya, gue Salsha. Lo Ricky kan?"
Ucap Salsha, membuat Ricky semakin kikuk.

"Kan ada nametag di baju lo!" Salsha menyentuh pelan nametag yang menempel di seragam Ricky. Ricky kehabisan kata, gadis itu berhasil membuatnya diam seribu bahasa.

"Kamu kelas apa?" Ricky bersuara, walaupun merasa canggung.

"Sebelas IPA, kamu?" Salsha menoleh ke arah Ricky yang masih berusaha santai.

"Kebetulan, sama." Ricky tersenyum.

"Kenapa pindah kesini? Dari sekolah mana?"
Langkah mereka menjadi perlahan, Salsha terlalu bersemangat tentang teman barunya ini.

"SMA Negeri 45 Jaksel."

"Kok pindah ke swasta sih? Kalau aku sih pengen Negeri ya, tapi dipaksa orang tua sih. Bangunannya lebih bagusan mana sih? Katanya sekolah ini tuh terkenal bagus, tapi menurutku Negeri lebih bagus sih, iya gak?"
Ricky terbengong dihujani pertanyaan.

"Harus jawab yang mana dulu nih?"
Ricky tersenyum lebar, tangannya menggaruk kembali kepalanya yang tidak gatal sama sekali.

"Aduh sorry, gue banyak nanya ya."

"Gue jalur beasiswa, gue kesini karena di sekolah lama beasiswa gue dicabut."
Ucap Ricky perlahan, membuat suasana hening seketika.

"Hebat dong, lo pasti pinter ya?" Ucap Salsha bersemangat, matanya selalu berbinar.

"Lebih tepatnya sih memaksakan, biar sekolah gratis." Ucap Ricky pelan.

"Berarti kalau nilai lo turun, bakal pindah lagi?"

Ricky mengangguk.

"Untung aja lo nggak susah cari teman, kalo lo anaknya tertutup pasti berat sih."

Ricky tak menjawab, dia justru bingung kenapa dia bisa secepat itu mendapatkan seorang kenalan. Bahkan ketika dia belum menemui guru sama sekali, dia sudah bertemu seseorang yang menganggapnya teman.

****

Ricky berjalan keluar dari ruang kantor seraya memegangi kertas denah bangunan sekolah.

"Udah dapet kelas?" Ricky terkejut ketika Salsha berdiri di balik pintu, dia terlalu terkejut karena ternyata Salsha menunggunya hampir lima belas menit di luar.

"Kok lo masih di sini?" Ucap Ricky sedikit lebih santai.

"Lagi liatin mereka noh.." Salsha menunjuk ke arah lapangan dengan dagunya.

Pemandangan biasa ketika tahun ajaran baru, ketika adik kelas menjadi bawang putihnya anak-anak OSIS. Beruntung, Ricky tidak perlu ikut MOS seperti mereka walaupun dia anak baru.

"Kasihan juga, nanti lo kesusahan cari kelas. Soalnya bangunan di sini mirip-mirip. Catnya aja sama-sama biru kan?" Lanjut Salsha membuat Ricky terkesima.

"Kalau warna warni nanti dikira sekolah TK." Celetuk Ricky membuat Salsha tertawa kecil memperlihatkan gigi gingsulnya.

****

Fenly berjalan menghampiri kerumunan di depan mading, pukul sembilan kertas berisikan nama dan kelas setiap siswa ditempel di papan berukuran sedang berwarna cokelat itu.

"Gak usah berdesakkan lah."
Ucap Fenly dingin, membuat beberapa antrian paling belakang menoleh.

Bruk!!

"Aduh!" Beberapa siswi terjatuh bertebaran bak kertas yang tersapu angin.

"Siapa sih yang dorong-dorong!"
Teriak manja dari siswi berambut keriting, lalu berdiri membenarkan seragamnya.

"Gue udah bilang, gak perlu berdesakkan gini lah! Kayak anak TK." Ucap Fenly dingin, kedua tangannya masuk ke dalam saku jaket berwarna merah yang membuat kulit putihnya semakin menyala.

Sekejap semua pasang mata menuju pada Fenly, sementara yang ditatap dengan santai melangkah maju menepis keramaian saat yang lain tengah mematung memandanginya. Dilihatnya deretan nama-nama sampai akhirnya menemukan namanya sendiri di barisan kelas sebelas IPA 4, lantas dengan dinginnya lagi dia melangkah pergi meninggalkan keramaian yang siap mengumpatnya.

"Dih belagu bener!"

"Anak TK apanya, dia sendiri juga ikut-ikutan ke sini!"

"Untung cakep dah!"

"Orang kaya sombong!"

"Lo ngerasa dingin gak sih pas dia di sini?"

"Ganteng banget!"

Semuanya kembali riuh, berdesakkan mencari nama di papan mading. Salsha tertawa kecil melihat beberapa siswi yang membicarakan Fenly, sementara Ricky terbengong melihat puluhan siswa yang berdesakkan.

"Emang bener kayak anak TK sha."
Ucap Ricky pelan, Salsha terkekeh.

"Kalau gantian juga gak bakal ngehabisin waktu seharian kan? Kayak anak kecil banget sih mereka." Timpal Salsha, lantas menggelengkan kepalanya.

VOTE NYA DONG GAES!

TERBUNUH SEPI (END)  || UN1TYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang