Jangan Takut Kesepian

642 124 19
                                    

(AUTHOR MENGUCAPKAN MOHON MAAF APABILA ADA KESAMAAN TOKOH YANG TIDAK DIINGINKAN, JUJUR AUTHOR SUDAH MENGETIK CHAPTER INI SEBELUM ADANYA MASALAH PADA PEMILIK NAMA YANG MEMILIKI KESAMAAN. JIKA TIDAK SUKA MENGENAI NAMA PEMERAN TOLONG ABAIKAN SAJA, KARENA PEMERAN BERINISIAL C SUDAH AUTHOR MASUKAN DI BEBERAPA CHAPTER SEBELUM INI BAHKAN SEBELUM ADANYA BERITA YANG TIDAK MENYENANGKAN BELAKANGAN INI. TERIMA KASIH DAN MAAF.)

Fenly tiba di kelas dengan keringat deras di dahinya.
Benar, dia melewatkan hal itu. Dia membuka resleting tas dan membalikannya hingga  semua benda yang ada di dalamnya berjatuhan. Dia menemukan buku itu dan langsung membuka halaman terakhir, benar di sana hanya tertulis beberapa rangkaian huruf yang tebal.

Terima kasih sudah menyelesaikannya hingga akhir. Selamat tinggal, oh bukan. Mungkin sampai jumpa, ILY🤍

Soekarno-Hatta, 09.00

"Fen, ada apa?"
Fajri tiba di kelas, lantas cemas melihat wajah Fenly yang pucat.

Fenly menoleh sembari mematung memegangi buku itu, dia menatap Fajri tanpa arti.

"Apa?!" Fajri berteriak, kemudian merebut buku itu dari tangan Fenly.

Matanya dengan cepat membaca tulisan tebal itu, "Fen, ini apa?"

"Berapa lama waktu yang gue punya Ji?" Fenly bertanya dengan tatapan kosong.

Fajri melirik kembali buku di tangannya, lalu menoleh ke arah dinding untuk melihat jam yang menempel di sana.

"Setengah jam lagi Fen." Ucap Fajri, "Tapi gue gak yakin itu cukup dari sini ke Bandara."

Fenly mengangguk, "Gue yang yakin."
Dia menarik jaket dan beranjak keluar dari kelas, suasana lorong kelas sepi menyisakan sebuah debu abu-abu yang mengiringi langkahnya.

"Fen, lo mau kemana?"
Fajri mencegah langkah Fenly.

"Gue mau ke sana Ji, lo gak bakal paham." Ucap Fenly dengan rahang yang tegas, dia menepis lengan Fajri dan kembali melangkah.

Fajri menatap punggung Fenly sebentar, lantas berlari masuk ke dalam kelas untuk mengambil jaket dan kunci motornya.

"Fen!"
Fajri berlari lebih kencang mengejar Fenly.
Beberapa peserta upacara menoleh mendengar teriakan itu, tak terkecuali pembina upacara yang ikut melirik tajam ke arah suara.

"Gue antar lo." Ucap Fajri sembari menyamai langkah Fenly.

"Gak perlu, gue naik taksi."

"Gak usah, lo sama gue."

"Gak perlu, Ji!"
Fenly menghentikan langkahnya. "Apa sih yang lo tahu? Gue bisa sendiri."

"Lo bisa sendiri? Ini yang lo maksud bisa sendiri?" Fajri tersenyum simpul.

"Lo hilang arah Fen, dari tadi pagi lo itu kosong!  Emang lo bisa dapet taksi secepat itu? Belum lagi macet."

Fenly menggeleng, dia kembali melangkahkan kakinya.

"Terserah lo Fen, sekarang lo ikut gue!"
Fajri lebih dulu berlari menuju parkiran, dan melajukan motornya.

Fenly memejamkan matanya sebentar, merasakan matanya yang mulai hangat. Dalam bayangannya dia sudah sampai di bandara dan menemui Valenia, namun kenyatannya dia hanya berjalan seolah telapak kakinya tak menyentuh alas apapun. Dia benar benar kacau, hari ini dia begitu hampa.
Suara motor Fajri terdengar, Fenly membuka matanya perlahan.

"Fen, percaya sama gue."
Fajri menganggukan kepalanya,  menatap tajam ke arah Fenly yang sudah hilang arah.
Akhirnya Fenly mau melangkahkan kakinya dan menaiki motor Fajri.

TERBUNUH SEPI (END)  || UN1TYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang