"Lihat Carla?" Tanya Marco pada setiap orang yang ia temui.
Kebanyakan dari mereka menggeleng.
Pria itu mendesah kecil, dia sudah mencari ke semua tempat di Moby Dick yang ia kira ada Carla disana. Akhirnya pria itu memutuskan untuk pergi ke dapur, kebetulan ia belum makan.
"Thatch, tolong buatkan makanan dan kopi." Ucap Marco setelah duduk di meja pantry.
Sang koki menatapnya kesal lalu mengomel tentang Marco yang mulai sering telat makan.
"Aku tahu buah iblismu bisa membuatmu tidak terluka tapi kau harus tetap menjaga pola makanmu, Marco. Kau itu dokter jadi sudah pasti tahu hal ini, bukan? Lain kali kau telat makan lagi, aku akan membiarkanmu kelaparan seminggu." Omel Thatch sambil membuatkan sarapan untuk Marco. Setelahnya ia menaruh makan yang sudah siap ke hadapan Marco.
"Mana kopiku?" Tanya Marco menyadari ada yang kurang.
"Sepertinya habis. Sebentar, aku akan suruh Ace ambilkan di ruang persediaan dulu." Ucap Thatch. Dia lalu memanggil Ace dan menyuruhnya mengambil stok biji kopi di ruang penyimpanan.
Ace menggerutu sebelum beranjak pergi. Dia celingak-celinguk sebelum menikah botol berisi biji kopi yang terbiasa lantas secara tergesa-gesa kembali ke dapur.
Saking tergesa-gesanya, ia Samapi tidak memperhatikan jalan dan bertabrakan dengan Carla di sebuah perempatan.
"Aduh ...." Ringis keduanya.
Maklum, keduanya sama-sama berlari dengan kecepatan penuh. Kebayang kan sakitnya?
"Kalau jalan, pakai mata dong, Fire Face!" Maki Carla sambil menatap Ace garang.
Ace balas menatapnya tidak terima. "Hah?! Apa kau bilang?! Kau itu bodoh, ya?! Jalan itu pakai kaki, bukan mata!"
"Apa kau bilang?! Kau lah yang bodoh! Dasar serangga!"
"Hah?! Aku ini manusia! Selain bodoh, ternyata kau juga buta, ya!" Ledek Ace.
"Kau-!"
"ACE! MANA BIJI KOPINYA!" teriakan Thatch dari dapur yang menggelegar itu membuat Ace menghentikan aksi debatnya dan mengambil botol yang sempat terjatuh. Lantas melesat ke arah dapur.
"Ya ampun. Dia itu bodoh sekali." Maki Carla lalu mengambil botol yang sempat ia jatuhkan tadi dan melanjutkan perjalanan ke laboratoriumnya yang tertunda.
Sementara itu, Ace baru saja tiba di dapur dan memberikan botol berisi biji kopi kepada Thatch.
Thatch menerimanya tanpa mengucapkan terimakasih, membuat Ace mengomel dan langsung dihadiahi tinju cinta dari Marco.
Ace mengusap kepalanya yang benjol. "Kau menyebalkan sekali, Marco. Kuharap kau berubah menjadi kecil saja sepeti anak balita saja." Ucap Ace menyumpahi Marco.
"Dalam mimpimu, Ace. Dalam mimpimu." Balas Marco lalu meminum kopinya. Dia sedikit mengernyitkan dahi saat merasakan ada rasa aneh di kopinya.
"Thatch, apa kau mengganti kopinya?" Tanya Marco.
"Tidak, kenapa?" Balas Thatch tanpa membalikkan tubuh dari penggorengan.
"Entah kenapa rasanya .... Eh?" Cahaya biru melingkupi Marco, membuat Thatch berdecak kesal.
"Marco, jika mau beruang jangan di da ... pur ..." Ucapan Thatch menelan di akhir kalimat. Dia dan Ace kini terpaku pada sosok Marco.
1 menit ....
2 menit ....
3 menit ....
4 menit ....
5 menit ...."NANI?! APA YANG TERJADI PADAMU, MARCO?!" teriak Thatch membuat Carla, Alina, Shirohige, para Komandan, serta sebagian kru berbondong masuk ke dapur.
Ace masih shock di tempat melihat Marco yang berubah menjadi anak kecil seperti sumpahnya tadi.
"A ... apa ini kemampuan baru dari buah iblisku?" Ucap Ace dengan wajah shock tapi kemudian dia menyeringai melihat Marco yang mengecil.
Sementara Marco yang mengecil ke usia 5 tahun itu hanya menatapnya kesal.
"Gurararara. Sepertinya Marco mengecil, ya."
"Waaahhh. Marco menjadi balita!" Kata Haruta.
"Pfffttt. Hahahaha. Lucu juga kau, Marco." Kata Thatch yang sudah pulih dari shock nya.
Dan bergaransi tanggapan lainnya.
Carla dan Alina hanya bisa saling tatap sebelum memeriksa makanan dan minuman Marco.
"Oh, tidak." Ucap Alina.
Semua menatapnya.
"Satchy, kau salah memasukkan bahan. Yang kau masukkan tadi adalah hasil percobaan ku yang baru. Itu bisa membuat tubuh seseorang menyusut ke usia balita." Ucap Carla dengan wajah shock.
Thatch lalu memandang Ace sebagai pelaku utama. "Ace ...."
"I-itu ...."
"Apa ada penawarnya, Carly-yoi?" Tanya Marco dalam wujud balitanya.
Carla terdiam lalu menutup hidungnya yang nyaris mimisan melihat ke-kawaian Marco.
Marco berdecak kesal. "Jawab, Carly-yoi." Ucap Marco.
Carla berdehem beberapa kali sebelum menggelengkan kepala. "Sayangnya belum kutemukan. Efeknya baru akan berakhir 5 jam lagi."
Mata Ace bersinar cerah tapi bibirnya menyunggingkan senyum licik. Dia lalu mengangkat Marco kecil. "Dilihat-lihat, kau pantas juga menjadi anak kecil, Marco." Ucapnya.
Perempatan muncul di dahi Marco. "Diam kau, Ace. Turunkan aku-yoi." Ucapnya.
Sialan. Akan aku hajar dia nanti. Batin Marco kesal.
Ace tentu tidak peka dan malah mencium gemas pipi Marco. "Kau memang bayi yang imut, Marco." Ucapnya.
"Gurararara. Ini agak mengingatkanku saat kita pertama bertemu, Marco." Ucap Shirohige.
Tubuh Marco terangkan dan beralih ke pelukan Carla. "Ma-kun kawaii!" Ucap Carla gemas sambil mengusap-usapkan pipinya Dnegan pipi Marco.
"Hei! Aku juga mau memeluk Ma-kun!" Protes Alina.
Tapi Ace lebih dulu menyematkan Marco lantas melempar balita itu ke udara.
"Marco kecil milikku!" Seru Ace dengan tawa.
Alhasil, hari itu, selama 5 jam, Marco harus merasakan siksaan diangkut dan dilempar kesana-kemari oleh semua anggota bajak laut Shirohige terutama oleh Ace.
Marco bersumpah akan menghukum berat mereka nanti saat ia sudah kembali normal.
KAMU SEDANG MEMBACA
One Piece: Reincarnation of Another World
FantasyAku adalah anak normal yang dibenci oleh semua orang di bumi. Orang tuaku bilang tugasku hanya lahir agar mereka mendapatkan hak waris dari kakek dan nenek jadi seharusnya aku sudah mati. Guru-guru bilang aku merepotkan karena tidak ada yang bisa ak...