PROLOG

7.1K 468 25
                                    


Waktu begitu cepat berlalu untuk menuju tahun ke dua, dimana Lalice menjadi seorang wanita setia yang menunggu sang suami sadarkan diri dari komanya. Menjadi istri sekaligus ibu dari dua anak kembarnya, menanti barakhirnya sebuah harapan besar dengan kecemasaman. Takut kalau harapan itu sirna begitu dokter yang merawat suaminya bilang; suami Anda tidak bisa diselamatkan.

Sial.

Lalice tidak bisa membayangkan seperti apa hidupnya nanti, saat orang yang dianggapnya sebagai cinta terakhir nyatanya harus pergi lebih dulu. Mengingkari janjinya sendiri untuk terus bersama hidup dan mati.

Namun saat ini, apa yang didengarnya justru lebih membahayakan kesehatan jantungnya. Penantian panjangnya memiliki ujung kepastian.

“Tuan Jungkook sudah sadarkan diri, Nona.”

Dan apa yang harus ia katakan untuk mengekspresikan perasaannya ketika Namjoon datang tergopoh-gopoh lalu memberinya kabar gembira?

Seketika itu pula Lalice berlari memasuki kamar inap Jungkook. Membuka pintu dengan membawa senyum haru dan pandangan kabur akan air mata. Ia berhambur memeluk tubuh Jungkook yang tengah duduk lemah di ranjang. Terisak begitu lirih yang terlihat mengharu biru ketika Namjoon datang membawa kedua anaknya.

“Siapa kalian?”

Suara berat dan lemah yang tiba-tiba keluar dari mukut Jungkook membuat kedua mata Lalice yang terpejam perlahan terbuka. Dalam aksinya memeluk Jungkook, ia mendongak. Memindai setiap ekspresi suaminya yang sama sekali tak menunjukkan reaksi apap pun selain kerutan tajam di dahinya.

Apa? Apa yang terjadi?

“Maaf. Bisa jauhkan diri Anda dari tubuh saya?”

Lalice benar menurut. Menjauh perlahan dengan tidak rela. Menatap Namjoon khawatir setelah mengusap air matanya.

Di ruangan itu, terjadi pergolakan batin yang membuat detakan jantungnya berpacu lebih cepat. Bahkan lebih keras dibandingkan ketika ia mengetahui Jungkook telah keluar dari komanya. Atau mungkin, ia harus mengecek pendengarannya untuk memastikan yang ia dengar dari dokter?

“Suami Anda mengalami gejala amnesia setelah koma. Itu wajar. Tapi kalau satu atau dua hari ke depan belum ada perubahan, hanya waktu yang bisa membantu mengembalikan ingatan suami Anda.”

Ternyata penantiannya belum selesai, dan mungkin tidak akan semudah ia membalikkan kedua telapak tangan. Ini juga bukan akhir dari perjuangannya, melainkan awal dari kisah hidup miliknya yang entah kapan akan mencapai akhir titik kebahagiaan.

***

Maaf kalau cerita ini lagi dan lagi harus di unpub. Bahkan kali ini Selin bener-bener rombak ulang. Nyari feel yang pas aja

CANDUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang