Memasang wajah kaku terus-menerus bukanlah hal yang mudah karena pada dasarnya Lalice bukan tipe perempuan seperti itu. Tapi kenyataan yang saat ini harus ia jalankan memaksanya untuk selalu mengatupkan bibir serta menajamkan pandangannya setiap kali suami bajingannya itu berada di hadapannya.
Rasa cinta tidak sekali pun pudar meski Jungkook memberikan kekecewaan dan luka melalui kesinisan tawanya. Masih sangat mencintainya meski pun pria itu meragukan fakta kalau ia istrinya.
Namun mau bagaimana lagi? Kekecewaan itu membuatnya muak di balik rasa cinta yang tidak pernah hilang. Jelasnya saja, Lalice benci Jungkook amnesia.
Dan lihatlah pria itu. Apa yang dia lakukan dengan berpura-pura sibuk pada ponselnya, padahal ibu jarinya hanya bolak-balik meng-scroll layar ponsel tersebut.
“Mau pesan apa, Tuan?”
Lalice tahu ia baru saja mengusik pikiran Jungkook. Terlihat respons cepat yang hampir serupa dengan keterkejutan ketika dia membuka kaca mata hitam, lalu mendongak menatap dirinya. Namun lagi dan lagi Jungkook memberikannya wajah angkuh. Dan mau tidak mau Lalice harus membalasnya dengan perlakuan yang sama.
Sial, Jeon Jungkook!!
“Menu terbaik di sini.”
Lalice rasanya ingin tertawa saat itu juga saat pupil coklat nyaris gelap itu membesar sepersekian detik di antara mereka.
“Baik. Silahkan tunggu dengan nyaman sementara kami mempersiapkan hidangan Anda.”
Secepat mungkin Lalice harus berbalik pergi atau amarah yang sudah bertahun-tahun ia pendam akan membeludak lalu berakhir dengan dirinya masuk penjara. Pergolakan batin, harapan besar akan kesadaran Jungkook dan rasa marah ketika tahu pria itu amnesia hingga buta perasaan—sialan!
Bajingan keparat!
Sabar, Lalice ... Sabar ...
Dengan masih memasang wajah keras namun tenang, Lalice keluar dari dapur setelah mengambil menu istimewa yang Jungkook minta. Dan dengan gerakan sopan pula ia menaruh piring saji serta minuman dingin bersoda ke meja, di hadapan Jungkook.
Pria itu menekuk bibirnya ke bawah dan mengangguk-angguk sembari menatap menu yang telah tersaji sempurna.
“Silahkan menikmati...,” ucap Lalice sembari memberikan senyum tipis.
Lalice kembali beranjak dan pergi ke toilet sebentar untuk mendinginkan kepalanya. Sepertinya bukan Jungkook yang harus diberi soda karena bukan pria itu yang merasakan kepalanya hampir meledak.
Dalam keterdiamannya yang sejatinya tengah mengumpati Jungkook, ponsel di saku apron miliknya bergetar. Begitu ia mengambil dan membuka notifikasi pesan, ia menghela napas.
Ryujin menangis, katanya mau makan. Bisa kau bawakan makanan untuk mereka berdua?
Lalice menatap pantulan dirinya di cermin. Memandang jauh ke dalam matanya sendiri lalu menggeleng pelan.
“Please, Lalice ... Kalau kau sibuk terus dengan suami amnesiamu itu, yang ada Hyujin dan Ryujin terlantar,” bisiknya pada diri sendiri.
Lalice segera berjalan keluar dari toilet dan menuju ruangan pribadi Mingyu karena kedua anaknya berada di sana.
Sudah bukan hal tabu lagi bagi pekerja di restoran itu melihat Lalice yang kadang terus keluar masuk dari ruangan atasan mereka. Karena mereka tahu, Mingyu menaruh rasa sementara Lalice sendiri masih pada kegalauannya untuk memutuskan pilihan. Dan mereka paham kalau Lalice belum bisa menerima pria hitam manis tersebut. Karena pada dasarnya, perempuan itu bukan tak lain adalah istri dari seorang trillionaire tampan bernama Jeon Jungkook.

KAMU SEDANG MEMBACA
CANDU
Romance"Buaya jantan saja kalau pasangannya mati lebih memilih sendiri sampai akhir. Kalau begitu kau termasuk dalam spesies yang mana? Kata pria yang melekat dalam dirimu itu patut untuk dipertanyakan." Apyeon [ CANDU ] 2