Chapter 17-With Kiddos

906 108 9
                                        


Sedikit momen >>

Sebenarnya, jika dikatakan indah-ini bisa jauh lebih indah dari yang Jungkook bayangkan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sebenarnya, jika dikatakan indah-ini bisa jauh lebih indah dari yang Jungkook bayangkan. Ah, tidak! Sebelumnya Jungkook tidak ingat pernah membayangkan masa-masa seperti ini. Di mana ketika dia berjalan keluar rumah, beberapa detik setelah itu ada dua anak manis yang bergelayut di masing-masing kakinya. Atau ketika kedua anak itu saling panik hanya untuk memperebutkan siapa yang akan digendong.

Wah!

Padahal, Jungkook memikirkan punya anak saja tidak. Tapi dengan dua anak kembar yang sekarang ini sedang menangis karena minta digendong, hatinya entah kenapa terasa berdebar. Dadanya juga kembang kempis dengan sudut bibir yang tidak mau turun untuk menormalkan wajahnya. Jungkook yakin, saat ini dirinya pasti terlihat seperti pria bodoh di hadapan Lalice. Apalagi wanita itu memperhatikan dirinya sembari menyembunyikan tawa-tawa kecilnya.

"Ayolah, Lalice. Atasi yang satunya," Jungkook merengek cemas begitu tangis Hyujin semakin terdengar keras karena dia yang memilih meraih Ryujin untuk digendong. Sementara anak perempuannya sudah tenang dan justru menatap Hyujin dengan pandangan kosong-khas sekali anak balita yang suka melamun.

Dengan meledakkan tawa, Lalice akhirnya merayu Hyujin hingga anak itu mau dia gendong. Meski awalnya menolak keras, bahkan Hyujin selalu menyingkirkan tangan Lalice yang hendak meraihnya. Namun dengan iming-iming es krim kesukaannya, Hyujin terdiam dan memeluk leher Lalice-minta digendong.

Jungkook dan Lalice pun saling melempar tawa sebelum memasuki mobil.

Siang ini, mereka akan menghabiskan waktu bersama seperti yang Jungkook katakan sebelumnya. Lalice tidak menolak keras atau pun menerima dengan mudah, dia hanya beberapa kali memastikan apakah Jungkook serius ingin mengajak mereka keluar atau tidak. Karena menurutnya, Jungkook yang sekarang ini duduk di sebelahnya bukan seperti pria yang mudah ditebak.

"Aku rasa akan lebih baik kalau kita ajak Gouri," katanya yang baru saja melihat Jungkook sering membenarkan posisi duduk Ryujin di pangkuannya.

"Tidak usah. Aku bisa mengatasinya," namun Jungkook menolak. Padahal Lalice bisa melihat bagaimana dia kesulitan memegang kemudinya saat sesekali Ryujin berdiri.

"Dengarkan ayah dan duduk dengan benar, Ryujin," Jungkook berbisik pelan.

Ketika Lalice ingin melihat interaksi mereka, senyumnya tak bisa surut begitu Ryujin menuruti perkataan Jungkook. Gadis kecil itu duduk kembali di pangkuan Jungkook dengan hati-hati.

Ada kehangatan yang bisa Lalice rasakan dari pancaran mata Jungkook. Ketika mendengar pria itu menyebut dirinya sendiri dengan panggilan ayah saja, hal kecil itu sudah membuat hati Lalice berbunga.

"Nah ... pintar!" Puji Jungkook sembari mencium kepala Ryujin.

Sepanjang perjalanan, mereka berempat saling melempar canda dan tawa dengan diiringi lagu anak yang Jungkook nyalakan. Bahkan sering sekali Hyujin dan Ryujin menyanyi kompak ketika mengenal lagunya-meski pun dengan suara dan kosa kata yang Jungkook dan Lalice tak bisa terjemahkan. Setidaknya, mereka bersenandung mengikuti irama sehingga membuat suasana di dalam mobil menjadi lebih riang.

CANDUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang