Chapter 19 - Diculik atau Kabur?

416 58 6
                                    

Mengesampingkan kisah cintanya bersama Jungkook, Lalice kembali menyibukkan diri dengan kegiatannya mencari tahu keberadaan Rose. Jika memang yang dilihat Namjoon waktu itu benar, Lalice harus menemukan mereka secepatnya.

Terakhir kali, Namjoon mengatakan dia melihat Kang Daniel di sekitaran perumahannya. Jika tidak salah menebak, pasti Daniel juga tinggal di daerah yang sama.

"Nona, apa kau benar-benar yakin mau melakukannya sendirian?"

"Tidak apa-apa, Namjoon. Kau bantu Jungkook di kantor saja."

Dan sejujurnya, yang Namjoon khawatirkan adalah Lalice. Karena semua ini masih teka-teki. Kecurigaan mengenai Kang Daniel juga sama sekali belum ada bukti satu pun. Jika Lalice nanti benar-benar bertemu laki-laki itu, Lalice tidak akan tahu dia sedang berhadapan dengan siapa.

"Aman! Percayakan padaku."

Namjoon pada akhirnya hanya menghela napas dan pamit untuk kembali ke kantor. Meski tidak yakin untuk mempercayakan masalah itu padanya, Namjoon memberikan ruang dan memilih mengikuti alur yang Lalice buat.

"Jika ada sesuatu yang mendesak, segera hubungi saya."

"Aku mengerti."

Mengalihkan pandang dari punggung Namjoon yang perlahan menghilang, Lalice menarik napas dan masuk ke supermarket sekalian belanja bulanan. Sembari mengambil belanjaan, matanya tak bisa beralih mengawasi sekitar—baik di dalam mau pun di luar supermarket. Bahkan sesekali dia bergidik ngeri menyadari tingkah lakunya sendiri. Bisa-bisa dia dicurigai hendak mencuri jika tidak berhati-hati.

Dan selang beberapa menit—tepatnya begitu dia sedang membayar di meja kasir, seorang pria memakai kaos yang dibalut kemeja flanel dengan topi di kepala berjalan masuk dengan kepala menunduk. Awalnya Lalice tidak begitu tertarik, namun ketika awak tinggi itu berlalu di balik punggungnya, harum parfum familier tercium. Seketika dia membalik badan, menatap lebih jeli laki-laki itu yang sekarang berada di antara susunan minuman dingin dan makanan kalengan.

Sial!

Entah siapa saja pemilik parfum yang femilier ini, namun yang dia ingat hanya Kang Daniel saja.

Lalice kembali menghadap meja kasir dan menyelesaikan pembayaran. Dia cepat-cepat ingin keluar dan menunggu waktu yang pas untuk memastikan kalau itu Daniel atau bukan. Dia bahkan berharap laki-laki itu sedikit mengangkat wajahnya agar dia bisa memastikan dengan benar sebelum dia menarik laki-laki itu paksa.

Namun sebelum dia keluar untuk menunggu laki-laki itu di depan, setelah dia menyelesaikan pembayaran—tidak! Baru saja Lalice mengambil kantong berisi belanjaannya di meja kasir, laki-laki itu tiba-tiba sudah berdiri di sebelahnya—menunggu giliran. Dan secara tidak sadar Lalice menoleh, membuat laki-laki itu refleks menatapnya.

Lalice tahu, akan terlihat konyol saat dia menahan lengan laki-laki itu di saat mereka tampak bukan seperti seorang teman. Tapi yang dilakukan Lalice memang begitu saat dia melihat jelas bagaimana rupa wajah laki-laki bertopi di sebelahnya.

Sial! Kang Daniel!

Sembari menenteng belanjaannya, satu tangan Lalice mencengkeram kuat, sementara laki-laki itu dengan tenang mencoba melepaskan tangannya yang Lalice pegang. Bahkan dengan sebelah alis menukik ke atas, laki-laki itu menatap Lalice dengan gestur bertanya—apa?

"Bicara denganku!" Dan tanpa basa-basi Lalice berbisik, membuat laki-laki itu berdecak lalu menghela napas.

"Biarkan aku membayar ini dulu," Kang Daniel menyahut.

Masih dengan tenang, laki-laki itu menepis tangan Lalice dan mulai membayar. Gelagatnya sama sekali tidak terlihat mencurigakan. Kang Daniel hanya sedikit terkejut di awal ketika yang dilihatnya tadi adalah Lalice.

CANDUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang