Chapter 2 - Mulai Meragu

2.7K 442 14
                                        

Sesuatu yang dibilang mustahil, tidak akan pernah masuk akal. Seperti misalnya cerita spiritual yang menggambarkan sosok Iblis menikahi manusia. Atau ribuan peri cantik yang takut akan roh jahat. Sama seperti seorang ibu muda yang berlari dengan meneriakkan kata; aku istrimu.

Sial!

Jungkook benar-benar muak jika mengingat kejadian itu yang terus saja berputar di kepalanya.

Sangat diluar nalarnya ketika perempuan itu sekarang justru memasang wajah angkuh yang penuh kebencian. Belum lagi ketika dia berbisik kejam dengan tujuan menjatuhkan harga dirinya.

Oh, shit! Perempuan itu telah berhasil melukai harga diri seorang Jeon Jungkook.

“Buaya jantan saja kalau pasangannya mati  lebih memilih sendiri sampai akhir. Kalau begitu kau termasuk dalam spesies yang mana? Kata pria yang melekat dalam dirimu itu patut untuk dipertanyakan.”

Sangat sialan sekali. Sosok perempuan benalu yang coba memanfaatkan kelemahannya karena baru saja sadar dari komanya.

Jungkook memang amnesia. Tapi meski benalu itu sudah menunjukkan semua bukti serta surat-surat pernikahan mereka, tetap tidak ada perasaan apa-apa yang bisa membuat Jungkook meragukan keyakinannya.

Tidak! Tidak mungkin perempuan itu istrinya.

“Kenapa Anda tidak percaya jika dia istri Anda, Tuan? Dia dan kedua anaknya adalah kehidupan Anda.”

Kedua mata Jungkook yang memejam terbuka dan langsung melirik Namjoon dengan tajam. Siku yang bertumpu pada pahanya menekuk, dan ia meremas jari-jari tangannya sembari mendesis.

“Semuanya mudah untuk dikatakan, bahwa aku menerima dia seperti yang kau katakan tadi ...,” Ucapnya dengan rahang mengeras.

Kim Namjoon menipiskan bibirnya dan menunduk jengah. Sampai kapan Tuan Mudanya itu mendapatkan kembali ingatannya? Ia kasihan pada Lalice yang sekarang tidur tenang pun tidak bisa.

“Tapi aku bukan pria yang bisa mengorbankan perasaan untuk terjebak dalam pernikahan palsu itu, Namjoon. Tidak ada cinta, bahkan merasakan tanda-tanda bahwa aku tertarik pun tidak sama sekali.”

Namjoon mendorong naik kaca mata yang bertengger di hidungnya dengan merunduk. Menghindari tatapan Jungkook yang sekarang kembali mengintai tajam.

“Aku bisa menerima kalau aku ini putra dari Jeon Daewoong. Iya ... Buktinya aku ada di sini, menjadi pewaris tunggal dari Jeon Enterprise. Aku bahkan mempercayakan Jeon Group pada orang yang dipilihkan mereka demi duduk di kursi ini. Tapi untuk masalah perempuan itu ...,”
Jungkook menggeleng dengan menarik senyum di kedua sudut bibirnya. “Tidak ada yang namanya pernikahan.”

Kim Namjoon tercekat. Wajahnya mendongak berbarengan dengan Jungkook yang berdiri dari duduknya.

Sepersekian detik mereka saling beradu pandang. Jungkook yang dengan santai memasukkan kedua tangan ke dalam saku, sementara Namjoon tetap berdiri tegap di hadapannya.

Lalu detik berikutnya Jungkook beranjak keluar. Meninggalkan Namjoon yang sekarang menatap punggungnya dengan miris sedang bibirnya berbisik pelan.

“Harusnya Anda meragukan diri Anda sendiri karena amnesia yang Anda derita.”

***

Jungkook memasang kaca mata hitam setelah keluar dari kantor pusat yang sekarang diembannya. Memasuki mobil mewah miliknya lalu melajukannya tanpa tahu tujuan pasti.

Pikirannya sibuk karena terpecah belah. Memikirkan tindakannya yang sampai sekarang selalu dipandang jengah oleh Namjoon atau kedua pasangan paruh baya yang menyebut mereka sebagai orang tuanya. Bahkan tatapan benci telah menjadi ingatan yang tidak bisa ia lupakan setelah kejadian malam itu. Dimana perempuan benalu bernama Lalice menjatuhkan harga dirinya sebagai seorang lelaki.

“Harusnya Anda meragukan diri Anda sendiri karena amnesia yang Anda derita.”

Dan bisikan Namjoon tadi di balik punggungnya terlintas. Asisten pribadinya itu mungkin tidak berani berkata langsung saat mereka behadapan, namun pendengarannya masih cukup tajam untuk mencuri bisikan hati-hati Namjoon tersebut.
Apakah benar jika perempuan itu istrinya? Sementara dia adalah sosok suami yang egois karena percaya pada pikiran di tangah amnesianya bahwa Lalice bukan istrinya?

Brengsek!

Sekarang Jungkook menjadi meragukan dirinya karena ucapan Namjoon.

“Mana mungkin? Seorang Ibu yang merawat dua anak kembarnya tanpa suami, pasti bisa melakukan segala cara agar mendapatkan biaya untuk mengurus anaknya.”

Jungkook melepas kaca matanya dan menghentikan laju kendaraan mobil di depan restoran mewah yang berdiri megah di sana. Ia benar-benar sudah mengendarai mobil tanpa tujuan, dan sekarang berada sangat jauh dari area perkantoran.

Ia mengusap dahi serta wajahnya dan bersiap untuk menancap gas kembali. Namun ketika ia melihat jalan sekitar yang ternyata padat, tak sengaja ia menangkap siluet dari benalu menyebalkan yang bernama Lalice.

“Sial!”

Pandangan menajam untuk memastikan. Dan saat ia melihat sesosok laki-laki tinggi menghampirinya dengan menggendong anak kecil, dahinya mengernyit.

“Bukankah itu pria yang semalam keluar dari dalam rumah si benalu?” gumamnya tidak yakin.

Alih-alih melanjutkan laju mobilnya ke jalan menuju kantor, Jungkook membelokkan setir mobil dan memarkirkannya di depan restoran megah tersebut.

Ia memakai kembali kaca matanya dan turun keluar memasuki restoran. Mengambil tempat duduk di paling ujung untuk mencari aman.

Jadi, sudahkah Jeon Jungkook tertarik dengan masalah hidupnya sendiri?

“Apakah mereka merepotkanmu? Sini, biar aku saja yang menggendong Hyujin.”

Kening Jungkook mengenyit samar sementara tangannya sibuk memainkan ponsel. Jadi anak laki-laki itu namanya Hyujin?

Pandangan Jungkook menerawang jauh untuk berasumsi secara paksa. Dari mulai mempertanyakan siapa laki-laki itu sampai hubungan antara Lalice dan si laki-laki. Apakah dia sosok suami yang sebenarnya?

Tapi jika masih ada suami, kenapa perempuan itu justru mengaku-aku bahwa dia istrinya?

Sudut bibir Jungkook tertarik sinis. Jadi benar, dia adalah benalu yang ingin memanfaatkan kekayaan di balik lemahnya ia setelah sadar dari koma?

“Mau pesan apa, Tuan?”

Senyum itu sirna tergantikan dengan wajah dingin ketika ia membuka kaca matanya. Ia tahu betul itu suara Lalice, dan ia pun mendongak. Sejak kapan perempuan itu berdiri di sisi mejanya?

“Menu terbaik di sini,” jawabnya pelan sembari mengamati setiap reaksi yang Lalice keluarkan.

Perempuan itu membelalak sebagai reaksi pertama, namun respons selanjutnya nyaris membuat Jungkook mendorong keras meja yang terbuat dari kaca di hadapannya.

“Baik. Silahkan tunggu dengan nyaman sementara kami mempersiapkan hidangan Anda.”

Si benalu itu memasang wajah ramah seolah tidak mengenalnya setelah semalam menghinanya. Bahkan berbalik memperlihatkan punggungnya dengan gaya acuhnya. Ogah menanggapi maksud tatapannya yang menginginkan dia duduk di hadapannya sekarang juga.

Oh, apa?

Jungkook menginginkan Lalice duduk di satu meja yang sama? Tidak salah?

Iya. Sangat tidak keliru karena yang Jungkook inginkan adalah penjelasan mengenai kebohongan yang dia buat satu tahun lalu.


***

To_be_Continued_

Salam sayang

^Selin^

CANDUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang