"Buaya jantan saja kalau pasangannya mati lebih memilih sendiri sampai akhir. Kalau begitu kau termasuk dalam spesies yang mana? Kata pria yang melekat dalam dirimu itu patut untuk dipertanyakan."
Apyeon [ CANDU ] 2
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Lalice mendesah resah. Dua nama yang sekarang terngiang di kepalanya membuat otaknya nyaris pecah.
Kang Daniel dan Rose?
Demi Tuhan ... Apakah benar yang Namjoon laporkan padanya? Lalu bagaimana ceritanya mereka bisa jalan bersama?
Atau ...
Sial! Berbagai pikiran buruk sedang menambah kekacauan di otaknya.
Tidak. Tidak. Mana mungkin menghilangnya Rose selama hampir tiga tahun ini karena Kang Daniel?
"Kau tidak apa-apa?"
Lalice menggeleng pelan ketika Mingyu menyentuh pundaknya. Duduk di sebelahnya sembari memangku Ryujin.
"Sejak dua hari lalu, kau seperti banyak pikiran. Tidak mau cerita?" Tawar Mingyu.
Lalice menatap Hyujin yang tengah bermain lego di ruangan Mingyu. Menghela napas, dan menatap pria di sebelahnya.
"Iya ... Aku memiliki banyak pikiran. Sulit untuk diceritakan."
Mingyu mengangguk mengerti. Ia menurunkan Ryujin yang ingin mengikuti Hyujin bermain, sampai akhirnya mereka saling berebut lego. Namun Hyujin dengan pengertiannya memberikan semua mainan tersebut, dan mengambil mainan lain yang Mingyu sediakan di ruang kerjanya.
"Tidak apa-apa kalau sulit untuk diceritakan. Aku hanya mencemaskanmu saja."
Lalice tersenyum tipis. Menyilangkan kaki dan bersedekap.
"Nanti aku pulang lebih awal. Tidak apa-apa, 'kan?"
Mingyu mengernyit. "Tentu."
"Terima kasih, Mingyu."
Mingyu mengangguk, tersenyum kecil sembari berjalan mendekati kedua anak Lalice. Pria itu berjongkok dan melebarkan senyumannya ketika Ryujin menatap dirinya.
"Tidak perlu berterima kasih, Lalice. Aku mengerti kondisimu sekarang."
Tentu saja Mingyu harus mengerti Lalice. Wanita itu sedang ada dalam masa sulit pernikahannya. Mingyu juga tidak ingin terlalu berharap mengenai hubungan mereka. Lagi pula untuk apa? Lalice pasti akan tetap memilih suami amnesianya sampai kapan pun. Tapi, apa salahnya jika ia tetap berusaha?
"Bagaimanan pun juga berterima kasih itu perlu, Mingyu. Kita juga harus menjaga hubungan ini, 'kan? Aku tidak mau kau tersinggung karena kurangnya rasa terima kasihku atas kebaikanmu."
Mingyu mengusap rambut Ryujin dan Hyujin bergantian. Sembari menghela napas ia berdiri, memutar tubuh menghadap Lalice.