Part ini hanya ada percakapan sedikit yang tidak penting. Hanya ada adegan biasa saja yang mungkin akan sedikit membosankan.
.
.Suara itu kembali terdengar. Napas yang saling bersahutan, erangan serta geraman kasar menggema di sudut ruangan. Dua pasangan yang merindu itu kini tengah memperlihatkan bagaimana serasinya mereka ketika bersatu. Gerakan mengentak kasar yang dilakukan Jungkook terhadap Lalice membuat napas perempuan itu tercekat.
Lalice mencengkeram gorden keabuan yang sekarang menjadi kusut. Kedua matanya yang terlihat sayu sesekali memejam dengan mulut terbuka. Semua tubuh sensitifnya tengah dimainkan oleh Jungkook. Tubuh ringkihnya dipeluk begitu erat sementara Jungkook mengentak keras di bawah sana.
Lalice bergetar lemah, sementara Jungkook meremas dadanya dengan lembut. Lalu satu tangannya membelai kewanitaan Lalice yang begitu sensitif.
Jantung Lalice berdebar dan kepalanya terasa berat. Rasanya ia ingin menangis ketika Jungkook menaikkan temponya dengan entakan kasar. Lalice meracau tidak jelas dan menjadi lebih kuat. Tangan di kewanitaannya kini membelai semakin tajam. Lalice mencengkeram gorden lebih erat, kedua matanya memejam dan ia merintih. Kemudian satu entakan dalam membuatnya bergetar hebat. Perutnya terasa kaku dan desahan lega ia keluarkan.
Satu tarikan napas lagi, Lalice bersiap untuk menerima ultimatum kedua, namun Jungkook bergerak menjauh. Membalikkan tubuh Lalice hingga mereka berhadapan. Jungkook bersandar di tubuh Lalice dan menuntaskan miliknya sendiri.
Lalice tercekat. "Kenapa tidak dikeluarkan di dalam saja?"
Jungkook yang masih menetralkan napasnya kini menatap Lalice. Lelaki itu tersenyum dan mengecup sekilas bibir Lalice yang memerah.
"Anak kita masih kecil-kecil," katanya.
Lalice membelai lengan Jungkook dan mendongak, membalas tatapan lelaki itu dengan pengertian.
"Tapi kalau kau mau Hyujin dan Ryujin punya adik, aku masih kuat."
Lalice kembali tersentak. Dengan entengnya ia menampar lengan berotot Jungkook dan memberikan tatapan peringatan. Sebenarnya tidak usah dikatakan pun, Lalice tahu seberapa kuat Jungkook dalam urusan ranjang.
Sial. Kenapa gairahnya menjadi naik kembali?
"Masih mau lanjut?" Jungkook menggodanya.
Lalice membenarkan piyama yang menggantung di pinggang rampingnya dengan mendengus, pura-pura sebal meski sebenarnya jantung miliknya berdegup sangat kencang. Ia kemudian mendorong Jungkook agar menjauh dan berlalu ke kamar mandi. Namun gerakannya diikuti oleh Jungkook yang mengendap di belakang. Sontak Lalice berbalik dan mengambil ancang-ancang untuk kabur.
"Mau apa?" Lalice berseru.
"Sudah larut. Setelah menggempurmu aku jadi mengantuk. Kita mandi bersama saja biar cepat."
Lalice merotasikan kedua bola matanya dan menggeleng. Tidak ada perkataan Jungkook yang patut dipercaya. Dasar tukang kardus!
"Kalau kau mengantuk, kau mandi duluan saja."
Dengan keadaan masih telanjang Jungkook menghela napas dan memeluk Lalice manja, membuat perempuan itu mengernyit heran.
"Jangan aneh-aneh, aku baru satu hari di sini," Lalice mengingatkan.
Jungkook sendiri masih enggan melepaskan pelukannya. Laki-laki itu justru semakin erat dan mencumbui bahu serta leher Lalice.
"Lagi, ya?" Ia berbisik.
Lalice melepaskan paksa pelukan Jungkook dan menggeleng tegas. "Tidak ada," katanya.
"Di dalam atau di luar?"
"Jung ... ah!"
Tangan Jungkook mulai keluar jalur, meraba selangkan Lalice sementara tangan yang satunya meremas dadanya. Tentu saja Lalice kebingungan menanggapi sifat mesum suaminya. Gairah yang coba ia padamkan dibangkitkan kembali begitu mudah. Membuatnya merasa ingin diperlakukan lebih spesial dan menggairahkan. Lalice benar-benar candu oleh setiap rangsangan-rangsangan kecil yang Jungkook ciptakan.
"Katanya kau mengantuk," ingat Lalice dengan napas putus-putus.
Jungkook memainkan daun telinga Lalice menggunakan lidahnya. Dan kali ini ia melucuti gaun tidur Lalice hingga mereka sama-sama telanjang bulat. Jungkook menjadi lebih leluasa menjamah setiap inci bagian tubuh Lalice.
"Kau sudah tahu kalau itu hanya alasanku untuk melanjutkan sesi kedua bercinta denganmu. Jangan pura-pura bodoh di hadapanku, Sayang."
Lalice mendesis lirih mendengar bisikan rendah Jungkook di telinganya. Lalu setelah itu Jungkook menyentak tubuhnya ke dinding. Menciumnya penuh hasrat dan damba. Membelai lembut dengan tatapan memuja. Napas Lalice kembang-kempis memperhatikan setiap gerakan hati-hati Jungkook terhadapnya. Ia bahkan menahan napas ketika perlahan Jungkook merendahkan tubuhnya, berlutut membuka kaki Lalice dan mulai membelai kewanitaan perempuan itu menggunakan lidahnya.
Pada akhirnya Lalice menyerah. Ia meloloskan desahan yang membuat suasana menjadi lebih bergairah. Lalice bahkan sesekali merendahkan tubuhnya dan menekan kepala Jungkook untuk lebih dalam memanjakan miliknya. Menaruh satu kakinya di pundak Jungkook sementara lelaki itu menjemput puncak Lalice.
Ketika cengkeraman di rambutnya terasa semakin kencang, Jungkook membelai penuh penekanan titik paling sensitif Lalice, lalu menyapu keseluruhan area itu saat gairah dari ulahnya meledak.
Jungkook kembali berdiri dan menatap Lalice yang masih mengatur napasnya. Menggendong bridal perempuan itu lalu menidurkannya di ranjang. Tanpa menunggu lama Jungkook membuka paha Lalice, membelai sebentar sebelum akhirnya menyentak miliknya ke dalam sana.
Seketika fokus mereka buyar. Yang mereka pikirkan hanya mengejar kepuasan tanpa henti. Bermain begitu panas dengan desahan yang saling bersahutan.
Jungkook tahu ini sangat nikmat. Ia benar-benar tidak ingin berhenti di momen tersebut. Entakan keras dan dalam yang ia lakukan begitu cepat namun teratur. Setiap desakan membuat Lalice menahan napas, bahkan tak jarang desahan keluar meski ia tahan sembari mencengkeram punggung Jungkook.
Rasanya Jungkook ingin mengumpat begitu kasar. Lalice sangat sempit dan kencang. Kedutan spontan milik Lalice membuat Jungkook menggeram. Namun Jungkook tidak ingin malam ini berakhir sangat cepat. Laki-laki itu dengan gampangnya merubah posisi menjadi Lalice yang menguasi. Di saat itulah ia mulai memperhatikan setiap ekspresi dan wajah ayunya. Mata sayu dan bibir tebal yang terbuka, desahan sensual serta gerakan seksi namun sedikit lambat. Jungkook sangat tidak tahan, dan ia langsung menyentak keras miliknya dari bawah. Membuat Lalice terkejut dan langsung bertumpu pada kedua dadanya.
Belum puas, Jungkook kembali membaringkan Lalice namun dengan posisi menyamping. Dalam posisi ini ia dapat dengan brutal menyerang istrinya. Kedua tangan yang tak ia biarkan menganggur, serta entakan cepat dan keras yang selalu membuat Lalice mengerang.
Saat akan mencapai kepuasannya, Lalice meracau meminta Jungkook untuk lebih cepat. Dan dengan senang hati Jungkook menyanggupi, kebetulan juga ia hendak mencapai klimaksnya. Maka dengan membabi buta Jungkook menyentak keras, dalam dan cepat. Sementara tangannya mengangkat satu kaki Lalice lalu ia taruh di pinggangnya, kemudian beralih membelai dan menekan kewanitaan Lalice hingga membuat permmpuan itu menjerit.
"Di mana aku harus keluarkan?" Tanyanya Jungkook susah payah.
Lalice mencengkeram lengan Jungkook dan membasahi bibirnya. "Inside me, please," bisiknya tertahan.
Jungkook menggeram. Ia merasa benar-benar harus menuntaskan sekarang sebelum Lalice berubah pikiran. Maka ia menyentak dalam beberapa kali sebelum akhirnya mereka sama-sama keluar.
.
.
To be continue.....
Btw itu jawaban Lisa 'inside me' bener gasih?
Selin agak ragu soalnya.Jawaban yang bener harusnya apa, ya?
Yang tau komen tulungeunn...👇

KAMU SEDANG MEMBACA
CANDU
Romance"Buaya jantan saja kalau pasangannya mati lebih memilih sendiri sampai akhir. Kalau begitu kau termasuk dalam spesies yang mana? Kata pria yang melekat dalam dirimu itu patut untuk dipertanyakan." Apyeon [ CANDU ] 2