Bag. 13

888 153 2
                                    

"Aww...!!"

"Akh, panass..!!"

"Ouhhh, jariku ??!!"

Berulang kali Naruto mengaduh saat memasak. Entah itu saat terkena cipratan minyak saat menumis dan menggoreng, jemarinya tak sengaja tersayat pisau saat memotong bahan makanan atau punggung tangannya yang tak sengaja menyentuh pinggiran pan panas. Selalu, ada saja yang tidak beres saat ia berada di dapur utama saat ini.

Belum lagi, rasa hidangan dan plating artnya yang nyeleneh. Hal itu menjadi perhatian penuh Kakashi, sang Paman sekaligus Head Chef Executive di restoran ini,"Kau ini kenapa sih, Naruto ??" todong Kakashi, ia mengernyit heran dengan aksi sang keponakan yang tak biasanya. Naruto adalah sosok chef yang sangat cekatan dan bersih dalam hal apapun. Sangat jarang terjadi accident saat ia memasak. Tapi, apa ini ? Hanya selang waktu sedikit, ada saja yang terluka.

"A-aku sedang tidak fokus, Paman," Naruto berujar canggung, tangan tannednya masih lancar mengaduk cairan untuk menu Zuppa Soup yang berada di dalam panci berdiameter 18cm itu. Ia juga menambahkan garam, gula dan lada.

Melihat apa yang dilakukan Naruto, spontan mata Kakashi melebar sempurna, ia melongo tak elit,"Haaaaaa ? Apa yang kau lakukan, Naruto ??" pria bermasker itu teriak histeris. Kali ini, Kakashi tidak tinggal diam. Ia sedikit menarik tubuh Naruto agar menjauh dari kompor. Kakashi mengambil alih apa yang sedang Naruto masak. Pria bermasker itu mencicipi Zuppa Soup buatan Naruto dengan menggunakan tea spoon. Dan hasilnya, di luar dugaan. Ketika sampel supnya mendarat di ujung lidah Kakashi. Wajah Kakashi mendadak mengeriput tajam, ia mengerdikkan bahu. Tak lama, pria itu juga berlari kecil menuju ke westafel dan berkumur. Untuk menghilangkan rasa aneh yang ada di indra pengecapnya.

"A-ada apa, Paman ??" Naruto terkejut dengan apa yang sang Paman perbuat. Ia kembali mengaduk sup buatannya,tapi netra safirnya menatap sosok sang Paman yang tampak kacau di westafel.

Kakashi menghela napas supaya lebih tenang dan berujar setelah menyelesaikam ritual berkumurnya,"Coba saja kau cicipi hasil karyamu itu, Naruto,"

Naruto melakukan hal yang sama dengan Kakashi, mengambil tea spoon dan mendaratkan supnya sedikit di ujung lidah pria berambut kuning itu. Tak lama kemudian, matanya ikut melebar. Ia menahan sesuatu yang berada di mulutnya dan dengan cepat mengeluarkannya kembali di westafel. Ia juga berkumur,"Puihh, rasanya aneh," Naruto berbicara seraya mengeryitkan wajahnya.

"Bukan aneh, itu terlalu asin, Naruto. Kau mau menikah hmm ?" tutur Kakashi sebal, tapi terselip gurauan di akhir pertanyaannya. Ia mengambil alih pekerjaan Naruto dan memperbaiki rasanya agar lebih cocok dengan lidah pengunjung, seperti biasa.

Naruto hanya tertunduk lesu, ia menarik kursi plastik yang berada tak jauh darinya. Ia duduk dan melipat kedua tangannya di atas meja hidang, menenggelamkan wajahnya di sana.
"Maafkan aku, Paman.." gumamnya tanpa gairah.

Kakashi menoleh sekilas, tangannya masih sibuk mengaduk dan mengoreksi rasa supnya,"Kau...frustasi ?" tebak Kakashi. Pria itu mencoba fokus ke masakan yang ia buat sekaligus mendengar keluhan dari keponakannya.

Naruto mendongak dan menghembus napas berat,"Iya, Paman.." dagunya mendarat di atas meja.

"Jangan coba memasak jika moodmu sedang buruk. Rasanya akan kacau. Jika kacau, Minato dan Kushina bisa memarahiku," omel Kakashi, Naruto hanya diam dan tertunduk lesu. Pikirannya melayang entah kemana.

"Apa..gara gara gadis penjual takoyaki itu ?" terka Kakashi lagi yang dijawab anggukan lemah oleh Naruto.

"Iya,"lirih pria berambut kuning itu. Ia mengusap kasar wajahnya.

Takoyaki Girl (End) ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang