Bag. 17

1.1K 136 8
                                    

Safir birunya berbinar senang tatkala melihat pintu kamar mandi bergeser. Tapi binaran itu hilang ketika sosok mungil itu terlihat masih menggunakan Tsumugi. Pria itu mendengkus."Apa kau yakin ingin memakai Tsumugi saat mandi, Hinata ?" protes Naruto, ia kini sudah berendam di dalam furo* yang berisi air dingin. Tubuh kekarnya terendam hingga sebatas dada, ia menyandarkan tubuhnya di sisi depan furo. Pria itu menyugar helaian pirangnya yang basah dan meraup wajahnya.

Hinata terdiam dan melirik ke arah Naruto yang sudah berendam terlebih dahulu di sana. Ia meneguk ludah dan tersenyum kaku. Sungguh, jantungnya berdebar saat melihat pemandangan yang errrgg vulgar di depan kedua netra keabuan miliknya. Terlebih saat melihat helaian pirang yang lepek dan wajah basah Naruto, benar-benar jauh lebih seksi dari pemandangan yang tadi. Hinata terus meracau didalam hatinya. "Apakah aku harus naked juga ?"

"Hei," Naruto menyipratkan air yang ada di dalam furo ke arah Hinata yang terdiam.

Hinata tersentak dan melangkah mundur untuk menghindari cipratan air yang Naruto berikan padanya. Tentu saja ia menghindarinya, agar Tsumugi yang ia kenakan tidak basah.

"Sampai kapan mau melihatku di situ ? Kemarilah, sayang. Dan buka Tsumugimu, bagaimana kau mau memandikanku jika kau masih mengenakan pakaian lengkap seperti itu ?" tutur Naruto blak-blakan. Perlahan seringai jahilnya muncul."Apakah perlu aku yang membukakan kimonomu itu, sayang ?" goda Naruto.

Hinata semakin gelagapan terlebih saat Naruto berdiri dari furo dan benar-benar menampakkan tampilan tubuh telanjangnya di depan Hinata. Netra keperakan milik Hinata melebar sempurna dan tertuju pada benda tabu Naruto yang sudah berdiri tegak. Hinata buru-buru berbalik dan ingin keluar, rasanya sangat memalukan jika harus membuka kimononya di depan pria yang berprofesi sebagai chef itu. Terlebih diajak untuk mandi bersama. Tentu saja ia malu. Ia juga tak menyangka, jika ajakannya tadi melebihi ekspektasinya.

"Mau kemana hem ?" Naruto secepat kilat turun dari furo dan menjejakkan langkah lebarnya ke arah Hinata yang hendak pergi ke luar.

Hinata membatu saat lengan kekar itu melingkar diperutnya dengan erat.
"Jangan pergi kemanapun, Hinata " titahnya lembut. Perlahan tapi pasti jemari nakal Naruto mulai membuka satu per satu lapisan Tsugumi Hinata. Gadis cantik itu tak kuasa menolak. Terlebih saat ada sedikit sentuhan-sentuhan nakal di sana. Walaupun sentuhan kecil tapi mampu membuat kinerja otak Hinata membeku.

Gadis penjual takoyaki itu menarik napas saat jemari Naruto berhasil meloloskan pakaian tradisional Jepang yang ia kenakan. Naruto tidak menjatuhkan pakaian Hinata ke lantai kamar mandi, melainkan langsung menggantungnya di hanger khusus yang terdapat di salah satu dinding kamar mandi.

Di detik berikutnya, tubuh Hinata dibuat polos oleh Naruto. Pria itu memandang takjub pada tubuh Hinata yang tanpa sehelai benangpun. Gadis itu menundukkan kepalanya, kakinya sedikit gemetar. Ia menggunakan kedua tangannya untuk menutupi aset berharganya yang telah terekspos dengan bebasnya. Dan itu sukses membuat Naruto terkekeh geli. "Tidak usah malu, tak ada siapapun di sini, kecuali diriku, Hinata.." Naruto berjalan mendekati gadis yang wajahnya sudah memekat itu. Suaranya juga mulai berubah lebih serak dan dalam. Pria bernama dapur Kitsune itu menepis lembut tangan Hinata yang sedang menutupi aset berharganya. Jemari Naruto bergerak untuk menaikkan dagu Hinata agar menatap lurus ke safir birunya yang berkilat penuh gairah.

Naruto mulai mendekatkan wajah dan menutup kedua kelopak mata sewarna madunya, Hinata mengerti dan ikut  melakukan hal yang sama. Kini bibir mereka saling bertemu. Naruto menangkup kedua pipi Hinata dan memagut benda kenyal milik gadis itu. Hinata belum membalas, ia masih membaca permainan yang Naruto berikan padanya.

Naruto memagutnya kian intens, bahkan sesekali menggigit kecil di sana. Di saat mulutnya sedikit terbuka, Naruto menggunakan kesempatan itu  untuk melesakkan lidahnya agar masuk lebih dalam. Dengan lihainya Naruto menarikan lidah, mengobrak abrik dan menyesap rasa manis yang ada. Hinata sangat menikmati permainan Naruto, kini ia mulai berani membalas apa yang telah Naruto berikan padanya. Tubuh mereka saling merapat satu sama lain hingga menimbulkan percikan panas yang siap untuk membakar kewarasan mereka.

Takoyaki Girl (End) ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang