Bag. 7

885 167 2
                                    

Hinata dan Hanabi telah datang. Mereka berdua membawa jerigen putih 5 liter yang berisi saus khas racikan kedai Hinata. Kushina yang sedang duduk di dekat jendela kaca pun berdiri dan menghampiri mereka yang baru melangkahkan kakinya di pintu masuk.

"Akhirnya, kau datang, Hinata." sambut Kushina sumringah, ia merangkul pinggul Hinata dan menuntunnya untuk mengikuti dirinya. Mereka bertiga berjalan melewati beberapa pengunjung yang datang. Hinata dan Hanabi merasa  sungkan, terlebih saat Kushina menunjukkan dan menjelaskan secara detail isi restaurant mewahnya. Hal itu membuat dua Hyuuga tak henti-hentinya memandang takjub.

Terlebih saat melihat fire kitchen alias dapur utama restaurannya. Hinata dan Hanabi hanya senyum sedih yang terukir di bibirnya, karena ia ingat dengan dapur kedai milik ibunya di Osaka yang ukurannya tidak sebesar dan semewah ini. Di tambah lagi, Air conditioner yang berada di atas lemari tempat penyimpanan barang pecah belah, membuat ruangan itu semakin nyaman walau hawa panas sedang menyerang ketika sedang bertempur dengan peralatan memasak.

"Untuk dapurmu, di sebelah sana, Hinata," tunjuk Kushina. Wanita paruh baya itu kembali menuntun Hinata untuk pergi ke bagian timur restaurant ini. Di situlah Kushina menyiapkan dapur khusus untuk Hinata dan Hanabi. Dapur dengan dinding bercat warna baby pink. Dengan set dapur model L line berwarna pastel. Terdapat lemari pendingin besar di pojok kiri dan juga 1 set meja dan 2 kursi untuk mereka beristirahat. Di sisi kanannya, terdapat tong berwarna silver dengan kapasitas 50liter. Di situlah, Kushina meletakkan tepung berkualitas baik.

Di tengah area L line kitchen counter terdapat meja kayu berbentuk bulat untuk meletakkan takoyaki yang sudah dibuat. Di bawah meja bulat itu juga terdapat tumpukan piring aneka macam bentuk berwarna putih bersih yang digunakan untuk menyajikan takoyaki ke pengunjung. Peralatan masak mereka pun tergolong lengkap dan mahal. Terdapat dua takoyaki pan yang bertengger manis di atas dua kompor tanam infra red dapurnya. Takoyaki pannya berukuran lebih besar dari yang mereka punya. Kalau milik Hinata hanya 12 lubang setengah lingkaran dengan diameter 4cm per lubang. Kalau milik Kushina sebanyak 20 lubang dengan ukuran yang sama. Tapi tetap saja alat masak milik dapur restaurant Kushina berbeda jauh kualitasnya dengan milik Hinata.

"Kalian suka ?" Kushina mengenggam lembut bahu Hinata dari samping. Netra obsidiannya menatap dua bersaudara itu secara bergantian, tentu dengan raut wajah penasaran. Penasaran dengan jawaban apa yang akan mereka lontarkan. Dua ekspresi berbeda yang ditangkap oleh duo beradik ini. Hinata yang semakin canggung dan Hanabi yang sangat antusias. Terlebih ada AC di dalam ruangan ini. Makin membuat Hanabi betah dan merasa nyaman.

"Suka, nyonya. Terima kasih ya, he he he.." itu jawaban dari Hanabi, ia mengeluarkan cengiran khas dirinya.

"Maaf, ini mungkin terlalu berlebihan, Nyonya," ungkap Hinata, ia menatap sedih Kushina sekilas dan menggulirkan netra rembulannya menuju ke tempat kompor berada. Ia mulai berjalan pelan ke tempat takoyaki pan di dapur itu berada. Ia mengambil dan mengelusnya. Ia menatap sedih benda itu karena ia teringat dengan tako-pan di rumahnya yang tak sebagus dan sebesar ini. Walaupun bukan benda yang mahal tapi berharga karena itu adalah pemberian dari ibunya untuk berjualan takoyaki di Tokyo.

Kushina tersenyum haru, belum pernah dia bertemu dengan gadis sebaik dan selembut Hinata. Hal itu semakin membuat Kushina bernafsu untuk menjadikan Hinata sebagai menantunya. Sedangkan Hanabi, ia mulai mengecek semua pekakas yang ada di dapur pribadinya itu. Ia terlihat sangat bersemangat.

"Pesanan meja no 12. Takoyaki taro original + keju 1 set dan 3 set dibungkus. Ting !" salah satu pelayan wanita yang bernama Guren menekan bel tanda pesanan masuk yang terdapat di pinggir pintu dapur. Di sana terdapat semacam jendela terbuka dengan meja khusus dan bel di sebelah kanannya, yang akan digunakan untuk menandai dan meletakkan piring pesanan pelanggan.

Ketiga wanita cantik itu pun sontak menoleh bersamaan. Dengan langkah cepat, Kushina mengambil kertas pesanan dan menyerahkannya kepada Hinata,"Ini pesanan pertamamu, Hinata," Kushina menyerahkan secarik kertas yang dibawa Guren ke tangan Hinata. Gadis cantik yang sudah mencepol rambutnya itu, membacanya sekilas dan mengangguk.

"Hanabi, ayo !" ajak Hinata, ia mulai bersiap untuk membuat adonan takoyakinya, sedangkan Hanabi membuka kulkas besar dan membawa potongan gurita beserta keju mozarella yang sebelumnya sudah dipersiapkan oleh karyawan Kushina. Wanita berambut merah sepunggung itu, berjalan santai menuju kursi kayu di ujung ruangan dekat pintu masuk dan menatap kagum kinerja kakak adik itu dari kejauhan. Wanita cantik itu bergumam seraya menopang dagu dan duduk dengan nyaman di sana.
"Mereka berdua mengingatkanku sewaktu masih muda dulu,"
.
.
.
.
.
Suasana di Nazu Family Restaurant masih ramai hingga menjelang petang. Karena selain untuk menikmati hidangan maincourse yang baru. Mereka juga disuguhi atraksi memasak secara live yang dilakukan oleh si chef tampan, dengan nama dapur, Kitsune. Wajar saja bisa melihat, karena posisi dapurnya berhadapan langsung dengan meja pengunjung, hanya berjarak 5 meter dan dibatasi dinding kaca yang tebal.

Pesona seorang Uzumaki Naruto memang sungguh luar biasa, mampu membuat mata para kaum hawa terpana sekaligus merona di kedua pipinya. Terlebih, Naruto selalu menyunggingkan senyum menawan saat memasak. Ia tampak bahagia karena akhirnya ia bisa kembali ke fire kitchen restaurant milik orang tuanya. Hal kecil yang sangat ia rindukan saat lama berada di Negeri Kangguru, Australia. Walau lelah melanda, itu tak mengapa karena Naruto tadi memberi jeda untuk mengistirahatkan dirinya selama 2 jam, sebelum bertempur kembali. Memasak dalam keadaan berdiri, terlebih untuk waktu berjam-jam butuh tenaga yang tak biasa alias extra. Di restaurant Kushina selalu diberi jatah istirahat selama 2 jam. Jam kerja karyawannya terbagi menjadi 2 shift, yaitu jam 8 pagi hingga jam 4 sore dan jam 3 hingga jam 10 malam. Minato dan Kushina memperkerjakan 20 orang chef handal + asistennya dan 30 orang pelayan laki-laki dan perempuan. Untuk para chefnya, jika tiba jam makan siang, mereka akan bergantian saat makan. Kushina tidak mau para karyawannya harus menderita sakit maag karena telat makan.

Ada pemandangan menarik saat ini, ada gerombolan anak muda laki-laki dan perempuan yang masuk ke restaurant tersebut.

"Apakah Takoyaki Taro Lavender pindah jualan di sini ?" tanya salah satu pelanggan setia Takoyaki buatan Hinata. Gadis manis berambut moka sebahu, Yukimaru, ia adalah teman sekolah Hanabi. Ia bertanya pada CS restaurant itu. Sesosok wanita cantik berambut jagung, Yamanaka Ino.

"Ya, mereka pindah ke sini. Itu dia, jika ingin memesan silakan panggil pelayan di restaurant ini," tunjuk Ino ke kaca tembus pandang di sisi timur resto, di situ terlihat Hinata sedang sibuk menata takoyakinya di atas piring.

"Kenapa begitu ? Kenapa tidak mengantri saja seperti kemarin ? Di sini pasti harganya lebih mahal.."

"Wah, kami jadi tidak bisa menikmati takoyakinya kalau begitu. Yaa...sayang sekali,"

"Wah, padahal aku ingin beberapa set tapi sepertinya uangku tak cukup kalau harganya naik,"

"Aku akan memberitahu Hanabi soal ini, siapa tahu mereka berubah pikiran untuk bisa berjualan seperti biasa,"

Keluhan demi keluhan pelanggan setia takoyaki Hinata terus berdatangan. Mereka kecewa dengan dua gadis penjual takoyaki yang sudah mau bekerja sama dengan salah satu Restaurant ternama di Tokyo. Selaku CS Ino hanya menanggapinya dengan santai sesekali menjawab seadanya. Karena walau bagaimana pun ketika makanan sederhana seperti takoyaki naik ke restaurant. Pasti semua akan berbeda, mulai dari harga, porsi serta tampilannya. Bisa disebut kalau takoyaki Hinata sedang naik kelas. Melihat perdebatan yang terus terjadi di meja CS restaurant ini. Membuat seseorang untuk bertindak cepat, hingga sebuah suara menginterupsi mereka,"Maaf..ada apa ini ?"
.
.
.
.
.
.

To be continue..

Takoyaki Girl (End) ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang