Bag. 14

920 155 10
                                    

Sudah lebih dari lima hari, dua Hyuuga, Hinata dan Hanabi tidak menampakkan batang hidungnya di restoran. Hal itu membuat Naruto, Minato dan Kushina terserang gelisah bersamaan. Terlebih, pendapatan restoran mengalami sedikit penurunan karena keabsenan Hinata, banyak para pengunjung yang menanyakan Takoyaki buatannya.

"Nyonya Kushina, di mana takoyaki dengan rasa dan warna unik itu ? Apakah kau tidak menjualnya lagi ?"

"Takoyaki restoranmu berbeda dengan di restoran lainnya. Takoyaki di sini rasanya berbeda,"

"Tuan Minato, adakah takoyaki ungu itu lagi ? Kalau tidak, wah..sayang sekali. Padahal aku sering membeli lebih dari 5 box untuk dibawa pulang. Istriku sangat menggilai takoyaki restoran ini karena rasanya sangat berbeda dari tempat kami biasa beli dulu,"

Keluhan demi keluhan mampir ke indra pendengaran Kushina dan Minato. Pasangan suami istri itu hanya mampu menjawab, "Jika takoyakinya sudah ada, kami akan segera memberitahu. Kami mohon maaf atas ketidaknyamanannya."
Begitulah yang hanya bisa dilakukan Minato dan Kushina. Mereka mengatakan seperti itu dengan nada sungguh-sungguh dan ekspresi yang meyakinkan. Hingga para konsumen menanggapi dengan senyum maklum.

Hari ini restoran sudah tutup. Tepat pukul sebelas malam, Minato, Kushina dan Naruto menghela napas lelah di ruang kerja milik Minato di mansion ini,"Bagaimana, ayah ?" cecar Naruto, ia menyandarkan tubuhnya di sofa kulit ruang kerja ayahnya, terduduk lesu tanpa gairah.

Dari singgasananya, Minato menghela napas berat. Ia juga meraup kasar wajahnya. Wajahya kusut berikut isi kepalanya. "Tidak ada pilihan selain menyusulnya ke Osaka. Aku sudah mendapatkan alamatnya," Minato menyeringai, ia menunjukkan secarik kertas dan memamerkan pada putranya. Naruto yang tadinya hanya ingin melirik, berubah drastis menjadi antusias dan berbinar-binar. Wajahnya mendadak cerah sumringah.

"Mana ? mana, ayah ?" tanya Naruto belingsatan, ia melompat ke hadapan ayahnya. Minato tersenyum jahil, ia berdiri dari singgsananya dan  menjunjung tinggi secarik kertas yang berisi alamat Hinata itu setinggi yang ia mampu. Naruto melompat, berusaha untuk meraihnya. Namun, Minato bergerak lebih cepat. Ia menjauhkan kertas itu agar tak dirampas oleh putranya.

Kushina yang duduk dengan bertopang kepalan tangan di sofa, menggeleng tak percaya saat melihat adegan kekanakan dari dua pria dewasa yang ada di hadapannya itu,"Hei, hei berhenti !!" Kushina berseru, tapi tak digubris sama sekali oleh dua pria yang berperawakan sama itu. Mereka sangat berisik, hingga seruan Kushina teredam oleh suara dan tawa mereka.

"Ayah, Ayah, kemarikan.." Naruto terus melompat tapi Minato terus menghalaunya agar kertas berharga itu tak jatuh di tangan putranya.

"Tidak, tidak, wee..ambil kalau kau bisa," ledek Minato, ia menjulurkan lidahnya, mengejek Naruto yang tak pernah berhasil mendapatkan secarik kertas yang berada di tangannya.

Kushina terus memperhatikan adegan itu hingga ia benar-benar merasa bosan. Setengah jam berlalu tapi tak membuat mereka untuk menghentikan aksinya, yang ada malah semakin menjadi. Kushina yang geram karena adegan itu tak kunjung usai akhirnya melerai kedua pria itu. Wanita berambut sepunggung itu juga menepuk telapak tangannya keras-keras supaya mereka mendengar. Tapi apa ? Ayah dan anak itu masih sibuk dengan adegan yang sama. Sang ayah selalu mempermainkan anak laki-lakinya, yang sedari tadi tidak mendapatkan apa yang ia mau.

Kushina menarik napas kuat-kuat, kobaran api yang menyala tampak di sorot obsidiannya, "HEI KALIAN BERDUA, BERHENTIIIIIIII !!!!!" lengkingan keras yang keluar dari bibir Kushina membuat kedua pria itu mati kutu. Mereka mendadak berhenti dan meneguk ludah. Memandang horor pada sosok wanita paruh baya yang wajahnya sudah memerah sempurna dengan rambut merah yang sudah berkibar seperti singa.

Takoyaki Girl (End) ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang