Bag. 9

913 166 22
                                    

Kushina melipat kedua tangannya di depan dada dengan raut wajah masam yang dibuat-buat. Selain mengeluarkan deheman keras, ia juga menepuk pundak putranya tak kalah keras. Sepasang muda mudi yang sempat terhanyut imajinasi liar buatan mereka itu, langsung memutus kontak mata secara cepat. Hinata menunduk dan sesekali menyuap carbonaranya dengan kunyahan yang terkesan lambat, begitu pula Naruto. Wajah mereka berdua memerah layaknya kepiting rebus dan itu membuat Kushina tersenyum, senyum penuh ledekan.

Netra obsidian Kushina menyipit tatkala mendapati Hinata yang datang saat ini. Padahal ini bukan jamnya, 'kan ?
"Ada apa, Hinata ? Tumben datang kemari pagi-pagi," Kushina berbasa basi. Wanita berambut merah sepunggung itu menarik kursi di sebelah Naruto. Duduk dengan rapi dan tanpa dosa menyerobot sepiring carbonara milik Naruto. Tapi, tatapannya tetap fokus ke arah Hinata yang sudah meletakkan sendok dan garpunya di sisi piring.

Hinata menarik napas panjang. Tubuhnya sedikit bergetar karena takut. Ia mengerjapkan kelopak matanya dengan raut gelisah,"Ada apa hmm ?" tanya Kushina lagi, wanita paruh baya itu masih sibuk mengunyah carbonaranya. Jangan tanya reaksi Naruto, pria tampan itu menganga tak percaya. Mengerjapkan kedua kelopak matanya saat hidangan yang ia buat sudah berpindah ke mulut penuh sang ibu. Pria jangkung itu, tak bisa marah karena ia juga sering berbuat begitu dengan ibunya. Sikap jahil dan usil antara ibu dan anak itu sudah mendarah daging satu sama lain.

Dengan rasa gugup yang mendominasi, Hinata terbata,"Uumm..a-anoo..sa-saya..uuummm...ingin membatalkan..umm perjanjian kerja sama kita, Nyonya Kushina." ujar Hinata, semakin lirih terdengar di ujung kalimat. Ada rasa sungkan di sana.

Mendengar penuturan Hinata, membuat Naruto terkejut sedangkan Kushina langsung menyemburkan isi mulutnya yang penuh dengan air minum. Dan putranya lah yang menjadi sasaran semburannya, hingga separuh wajah tampannya basah.

Hinata mengulum tawanya saat melihat adegan konyol ibu dan anak itu. Naruto mendengus sekaligus menatap kesal sang ibu yang membuat paginya menjadi berantakan. Ia tak bisa berkata-kata lagi. Pria tampan itu berdiri dan beranjak pergi dari meja untuk membersihkan wajahnya ke kamar mandi, membawa sejuta rasa dongkol yang bercokol di hatinya. Daripada ia menjadi emosi dengan ibunya, lebih baik ia yang pergi. Ia juga tak pernah tahu, keusilan dan kejahilan apa lagi yang akan ibunya lakukan untuk benar-benar merusak harinya saat ini.

Kushina tak peduli dengan reaksi Naruto. Padahal dalam hati tertawa terbahak-bahak. Wanita paruh baya itu masih terbatuk pelan, ia menghembuskan napas panjang dan berujar dengan tenang,"Apa alasanmu membatalkan kontrak kerja kita, Hinata ?" Kushina menatap dalam ke iris keperakan Hinata. Begitupula Hinata, mereka saling menyelami satu sama lain melalui tatapan netra berbeda milik mereka berdua. Hinata menghela napas kuat dan.."Sebenarnya, saya keberatan karena banyak para konsumen saya yang tak bisa menyantap takoyaki buatan saya. Selain harganya menjadi naik, tentu juga mereka harus mengantri 'kan ? Dan itu dalam waktu yang lama, Nyonya. Saya ingin mereka tetap bisa menyantap takoyaki buatan saya seperti biasa. Jadi, saya berniat untuk berjualan lagi di luar restoran ini," papar Hinata panjang lebar tanpa ragu. Ia menautkan kedua jemarinya dengan erat.

Kushina menarik sudut bibirnya dan tersenyum penuh misteri,"Hinata dengar.." Kushina menyapu lembut punggung tangan Hinata. Ia menatap hangat sosok gadis si penjual takoyaki, calon menantu idamannya itu.

"Itu adalah resiko jika kita sudah berkecimpung di dalam dunia bisnis kuliner. Kami ingin mengangkat takoyaki unik kreasimu menjadi makanan yang berkelas. Bukankah kau pernah bercerita padaku kalau kau mempunyai mimpi untuk mengembangkan usaha takoyakimu ini ? Setidaknya di sinilah semua berawal Hinata, toh ibumu juga sudah merestui 'kan ? Jika kau kembali berjualan seperti biasa, itu tidak akan menghasilkan apapun kecuali hanya uang. Dan usahamu pun tak bisa berkembang. Untuk mewujudkan sebuah impian membutuhkan pengorbanan, Hinata," nasehat Kushina,terbesit rasa egois dalam benaknya untuk mempertahankan Hinata agar tetap berada di restoran miliknya. Terlebih, ia juga memiliki misi terselubung, yaitu menikahkan putranya dengan gadis sederhana di hadapannya ini.

Takoyaki Girl (End) ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang