Kami menelusuri anak tangga menuju Tribune penonton paling atas dan duduk berdampingan dengan jarak 500 cm.
Farid membuka tasku dengan sangat pelan.
Setelah itu, Farid mengeluarkan buku-buku Fokus UN dan meminta diajarkan beberapa soal.
Aku pun meraih dan membuka salah satu buku lalu membaca dan memahaminya.
Ketika Aku hendak mengajarkan salah satu materi matematika, tiba-tiba Farid memintaku untuk menyimpan kembali bukunya.
Aku mengabaikannya dan tetap mengajarkan matematika kepada Farid.
Farid pun merebut dengan pelan buku yang sedang ku pegang.
"Dif, boleh ga duduknya berhadapan?" Pinta Farid sambil menggaruk kepala yang tidak gatal itu
"Oh bole bole bole." Jawabku santuy sambil membenarkan posisi duduk.
"Dif, coba tutup mata bentaaar ajaaa yaaaa." pinta Farid sambil merubah posisi kakinya menjadi sila.
Namun bukannya memejamkan mata, Aku justru menyilangkan kedua tanganku di depan dada dan menatap Farid dengan tatapan yang tajam.
Farid tertawa lepas melihat tingkahku yang ketakutan itu.
"Hey. Ga akan diapa-apain sama akunya juga ih." Kata Farid sambil memeluk tasku.
Aku tidak percaya akan perkataan temanku itu dan tetap menyilangkan tanganku didepan dada.
Farid mengulangi perkataannya.
"Ayo tutup matanya Difaa." Kata Farid sambil sedikit tertawa dan tangannya tetap kokoh memeluk tas.
"Bener ya?" Jawabku sambil melirik tajam dan sinis.
"Iya Dif santuy ajaaa." Kata Farid dengan suara pelan dan tangannya sedikit demi sedikit melepaskan tasku dari pelukaannya
Farid menyimpan tas tepat ditengah-tengah kami.
Aku pun memejamkan mata dan menutup wajahku dengan telapak tangan.
Ketika Aku memejamkan mata, terdengar suara resleting tas yang sedang dibuka dengan sangat pelan oleh Farid.
Aku penasaran dengan apa yang dilakukan Farid dan berniat untuk mengintipnya.
Namun Farid sepertinya mengetahui niatku itu.
"hey. Jangan ngintippp yaaaa..bentar bentar bentarrrrr bentarrrr." Kata Farid sambil mengeluarkan sesuatu.
"Iyaa engga ih ga ngintip kok." Kataku sambil merenggangkan jari-jari tangan dan mencoba sedikit mengintip.
Tak lama dari itu, Farid pun mempersilakan untuk membuka mata.
Akupun membuka mata..
Terlihat sebuah cokelat berukuran besar ditangan kanan Farid, setangkai bunga plastik di tangan kiri Farid, senyuman tulus nan manis terukir di bibir Farid dan tatapan penuh pengharapan ditunjukkan oleh Farid.
Seketika, Aku menjadi salah tingkah dan pipi pun memerah karena pertama kalinya ada lelaki yang melakukan hal seromantis itu padaku.
Pipiku memerah. Aku mengalihkan pandangan ke sebelah kanan. Terlihat lapangan bola yang berada 100 m di bawah.
"Maksudnya apa ?" tanyaku dengan malu sambil menahan senyuman.
"Liat sini dulu atuh." Kata Farid yang sudah tidak sabar ingin menjelaskan.
"Ih gamau ah malu. Sok aja ngomong." Kataku sambil terus memandangi lapangan bola nan hijau itu.
"jadi gini.. kita kan udah temenan lama yaa. Udah saling tau juga. Aku pengen kita lebih dari sekedar temen. Kalo kamu terima, ambil cokelat sama bunga ini. Kalo kamu ga terima ya..." Farid tidak meneruskan pembicaraannya sambil melihat cokelat dan bunga.
KAMU SEDANG MEMBACA
Yaa Allah, Aku Datang
Teen FictionGimana perasaan kamu ketika diabaikan oleh orang yang selama ini kamu prioritaskan ? Sakit hati? Kecewa? Marah? Benci? Ya itulah yang dirasakan oleh Difa Britianty, seorang gadis tomboy yang rela meninggalkan dunia olahraganya hanya untuk seorang le...