Masuk SMA (#part 13)

3 0 0
                                    

Hari senin, 15 Juli. Ini adalah hari pertama masuk sekolah SMAN 1 Cikeusik.

Kelasku berada di lantai 3 pojok.

Saat aku masuk kelas, terlihat sahabat kecilku yang tengah duduk di bangku belakang. Dia bernama septia prasetya yang akrab dipanggil tia.

Akhirnya akupun duduk dengan tia di bangku paling depan.

Aku dan Tia eksovert. Sifat yang sama-sama friendly, care, humble atau mudah dekat dengan orang baru itu membuat kami merasa menguasai kelas ips4

Sesuai kesepakatan bersama, besok adalah hari penentuan tempat duduk permanen selama 1 tahun full.

"oy, gua duduk dibangku paling depan dekat guru ya. Awas ye lo pada kalo nempatin tempat itu. Berhadapan ma gua." Aku mengirimkan pesan di grup ips4.

"Siapa cepat dia dapat dong." Jawab Satria.

"aku mau disana ah. Wkwk" Kata Fachraz becanda.

Keesokannya..

Saat masuk kelas, terlihat Satria sudah stay di bangku yang sudah Aku boking.

Aku mengusir dengan memukulnya, namun ga mempan. Sampai akhirnya, tia datang dan membantu mengusir satria dengan memukul pundak dan tangannya.

Akhirnya satria mengalah dan pindah tempat duduk. Aku dan tia pun tertawa sambil menyimpan tas di bangku itu.

Aku melihat teman-temanku asik semua, terlebih teman laki-laki.

Ada 2 orang yang aku taksir saat itu. Fadhil dengan kerecehannya. Dan Tino dengan ketampanannya.

Aku tidak ingin 1 kelas dengan pacarku sendiri, Farid karena Aku takut nilai-nilaiku kembali anjlok seperti UN kemarin dan aku tidak bisa modus ke 2 orang tadi.

Tak disangka, Tino duduk persis di belakangku.

Saat istirahat, akupun mengobrol dengannya. Menanyakan hal yang sewajarnya seperti asal sekolah, alamat rumah, alasan masuk SMA, dan masi banyak lagi.

Karena ketomboyanku ini, membuat teman laki-lakiku cepat akrab denganku.

Itu membuatku nyaman dikelas karena merasa banyak teman akrab.

Sehari dua hari aku beradaptasi dengan mereka, sehingga Fadhil tidak lagi merasa canggung untuk becanda denganku.

Terlebih dia adalah teman dekatnya Aidil, teman kecilku. Dan Aidil ini adalah teman saat tes masuk jalur prestasi.

Satu sisi, hatiku merasa ada yang mengganjal karena masuk ips. Sisi lain, Aku nyaman dengan teman-temanku di ips4, maka dari itu Akupun berusaha untuk menerima semua takdir Allah.

"Neng, ko rasanya aku pengen pindah ke ips ya.." Farid mengirimkan pesan pada malam hari.

"Loh kenapa? Bukannya bagus mipa ya.. Kan mau jadi polisi." Jawabku sambil duduk di tepian ranjang.

"Iya sih..tapi aku takut keseseret pelajarannya. Apalagi ada matematika, fisika, kimia, ..aduh takut otaknya ga nyampe." Farid mengetik seperti orang panik.

"Eh anak ips 3 ada tuh yang mau barter ke mipa katanya."Jawabku sambil mengingat.

"ih gamau ips 3. Maunya kelas kamu, ips 4."Jawab Farid.

"oh.. Yaudah bentar aku tanya dlu di grup kelas." Jawabku dengan cepat.

"Eh, disini ada yang mau barter ga ke mipa1 ? Gercep ya!" Tanyaku di grup kelas.

"Aku pengen barter Dif." Jawab Rizal si anak paskibra.

"Oke. Pc ya."Jawabku.

"Rid, ada nih yang pengen barter ke mipa, namanya Rizal. Aku kasih kontaknya kamu ke dia ya."Jawabku.

"alhamdulillah akhirnyaaa.. Okeoke..makasiii neng." Jawab Farid girang.

Esok hari, Farid sudah menjadi bagian anggota kelas ips 4. Kami sekelas. Ada bahagia, tapi ada sedihnya juga bagiku.

Bahagia karena aku bisa melihatnya setiap hari, tanpa rasa kangen atau apapun itu.

Sedihnya adalah, aku gabisa modus ke 2 orang tadi dan takut nilai pelajaranku anjlok karena tingkat percaya diri yang berkurang jika 1 kelas dengan pacar sendiri.

Aku duduk sambil memainkan ponsel dikelas.

Farid masih malu-malu untuk gabung ke kelas sehingga memintaku untuk keluar kelas terlebih dahulu melalui chatt Whatsapp.

"Neng, sini dong keluar kelas dulu. Malu." Farid mengirimkan pesan.

"oh iya wait." Jawabku sambil berlari ke luar kelas.

Terlihat Farid sedang melihat ke arah lapangan di dekat pagar dengan menyimpan tangan di saku celananya.

"Oy. Ayo masuk sini. Gausah malu-malu. Anggap aja kelas sendiri."Jawabku sambil sedikit teriak karena kegirangan.

"Malu eh. Tunggu jangan ninggalin." Farid membuntutiku sampai pada tempat duduknya.

Bagaimana kelanjutan ceritanya? Apakah saling canggung, atau justru menunjukkan keromantisannya dikelas?

Tunggu chapter selanjutnya ya readers🤗

📌 membaca Al-Quran lebih utama
📌 Tandai jika ada kesalahan mengetik (typo)
📌 Apakah kamu sudah vote cerita ini?
📌 Apakah cerita ini seru? vote jika menurutmu seru!
📌 Terimakasih!

Yaa Allah, Aku DatangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang