Nostalgia (#Part 10)

5 0 0
                                    

Hari ini adalah jadwal Ujian Nasional sekolahku.

Sekolahku melaksanakan ujian di sekolah SMA karena sekolahku belum mempunyai komputer.

Farid mengajakku berangkat bersama karena dia membawa kendaraan pribadi.

Dia menjemputku di depan gang memakai switer dengan warna yang senada denganku.

Ketika Aku dan Farid berjalan dari parkiran menuju kelas, Aku melihat pandangan mata yang tak biasanya dari teman dekatku saat kelas 8, yaitu Suci Bentari yang akrab disapa Suben.

Suben dan teman-temannya melirik tajam ke arahku dan Farid. Mereka tidak membalas senyumanku sedikitpun.

"Rid, Aku heran sama Suben dan kawan-kawan. Kenapa mereka ga senyum sama sekali? Kenapa mereka kek yang gasuka gitu sama Aku? Aku ada salah apa ya ke mereka? Perasaan, Aku ga pernah bikin masalah sama mereka." Tanyaku sambil fokus pada 1 titik tanpa kedipan mata.

"Suben itu mantan Aku, Aku mutusin dia karena kesalahan dia sendiri. Makanya dia itu iri sama kita sayang." Jawab Farid sambil membenarkan poniku.

"oh dia mantan kamu? Pantes aja. Yaudah nanti kita harus romantis depan dia. Oke?" Pintaku sambil melihat mata Farid.

"Iyaa siap sayangg." Jawab Farid sambil tersenyum dan mengelus poniku.

Ujian dimulai, jariku mulai menari diatas keyboard.

Namun, Ahmad yang duduknya tepat di depanku terus menggangguku. Aku berteriak kesal dan akhirnya 1 kelas melihat ke arahku.

"Ahmad diem coba! Bu, ini ada yang rese, keluarin aja dari kelas bu. Meresahkan!" Teriakku sambil mendelik ke arah Ahmad.

Tak lama dari itu, Aku melihat ke arah Farid yang sedari tadi melihat tingkahku. Mata kami saling beradu. Dia tersenyum sambil mengepalkan tangan dan berkata 'semangat' dengan pelan  untuk menyemangati.

Aku membalas dengan mengacungkan jempol seraya berkata 'siaaaap'.

Setelah ujian selesai, Aku dan Farid menuju ke parkiran.

Ketika motor kami keluar dari parkiran, Aku melihat Suben dan kawan-kawan ada didalam angkot yang melintas ke depan kami.

Lalu, ketika kami lewat ke belakang angkot, mereka semua melihat Aku dan Farid dari kaca belakang mobil angkot. Aku melihatnya dan sengaja ku lingkarkan tangan kananku ke badan Farid.

Aku merasa sedang menjadi pemeran utama dalam sebuah cerita. Dan ini sangat membuatku puas.

✨✨✨

Hubungan kami lambat laun tersebar sampai 1 sekolahan.

Kabar inipun sampai ke telinga adik kelasku bernama Vinsa. Ya, sebelum Aku jadian dengan Farid, Aku sudah dekat dengan Vinsa. Namun karena Vinsa tidak segera memberi kepastian, Akupun menerima Farid sebagai kekasihku saat ini.

"Difa, cie pacarnya Farid."Vinsa menggoda lewat ketikan.

"Hehe. Maaf ya Aku malah jadian sama Farid."Jawabku sambil merebahkan tubuh.

"Difa tau ga. Akutuh lagi les gitar tau, buat nembak kamu. Kan katanya kamu suka sama gitaris, jadi Aku les gitar deh. Pas Aku udah bisa, eh kamunya udah sama yang lain hehe."Vinsa menjelaskan.

"Serius???" Jawabku kaget sambil duduk kembali.

"Iya beneran. Kapan sih vinsa boong." Jawab vinsa meyakinkan.

"yah Aku gatau... Abisnya kamu gada kabar beberapa minggu sebelun Aku jadian. Aku kira kamu jauhin Aku. Yaudah Aku jadian aja sama Faird." Aku menjelaskan dengan jari yang bergetar.

Yaa Allah, Aku DatangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang