Penguntit (#part 3)

38 2 0
                                    

Saat tiba dirumah, Aku langsung membersihkan badan dan segera memakai minyak telon agar terasa hangat, wangi seperti bayi dan bisa meminimalisir alergi.

Setelah selesai, Aku merebahkan tubuh di tempat tidur dengan sprei bergambar Barcelona di sebuah kamar yang bercorak garis berwarna merah dan biru.

Beberapa menit setelah rebahan, Aku mendapatkan pesan Whatsapp dari Farid.

"Gimana, tadi dimarahin mamah gara-gara pulangnya kesorean engga?" Tanya Farid sambil mengeringkan rambutnya dengan handuk.

"Alhamdulillah ngga ko." Jawabku sambil tersenyum ke layar ponsel.

"Alhamdulillah kalo gitu." Jawab Farid sambil duduk di kursi yang ada di kamarnya.

"Kamu si? Dimarahin ga?" Tanyaku sambil merubah posisi tidur.

"Alhamdulillah ngga juga. Kamu lagi apa?" Tanya Farid sambil minum teh yang sudah disediakan ibunya.

"Alhamdulillah. Lagi rebahan aja." Jawabku sambil menarik selimut.

"Itu alergi nya dah sembuh belum?" Tanya Farid khawatir.

"Alhamdulillah udah.. biasanya ga gini tau. Kadang kambuh kadang ngga." Aku menjelaskan sambil tersenyum malu.

Dan seterusnya Farid menanyakan aktivitas, hal yang disukai, makanan/minuman favorit, hobi, dan masih banyak lagi.

Aku menjadi salah tingkah karena sikap Farid yang begitu perhatian.

Namun, Aku menganggap itu semua hanya perhatian layaknya seorang sahabat/ kakak.

...

Keesokannya, Aku menggendong tas dengan memakai batik sekolah, rambut di ikat 1, gelang hitam melingkar ditangan kiri dan kalung bertali hitam dengan bandul taring putih terpasang di leherku.

aku segera berangkat dengan senang hati karena akan bertemu dengan sahabat-sahabatku.

Kami memberi nama geng kami dengan sebutan "Waw".

Sesampainya di sekolah, Aku langsung menceritakan apa yang terjadi kemarin kepada Mala dan juga Puspa.

"Mal, tau ga? Kemarin Aku kan travelling sama sahabat-sahabat Aku plus temen laki-laki jajaran pojok, ya Pus. Puspa juga ikut kok. Nah, Difa berangkatnya bareng sama si Farid tuh yang duduknya di pojok belakang." Aku menjelaskan sambil mataku menuju ke arah tempat duduk Farid.

"Iya.. terus-terus gimana?" Tanya Mala penasaran sambil memukul pahaku berkali-kali.

"Terus.. dia tuh jadi sering nge whatsapp setelah kita main tuu. Heran aku." Sambungku sambil memukul meja dan menekukkan kaki kanan di atas kursi yang tengah Aku duduki.

"Wah.. chattan apa aja nih hihi." Mala berbisik sambil menggerakkan alisnya ke atas dan bawah dengan cepat.

"Dia nanyain kabar lah, makanan kesukaan, minuman kesukaan, film kesukaan, masih banyak lagii udah kek wartawan dah pokonye." Aku menceritakan sambil menghitung jari kemudian memegang kepala dengan kedua tangan.

"Terus kamu baper sama dia? Kayanya dia suka sama kamu Dif." Puspa melontarkan pendapatnya yang membuatku kaget.

"Hah? Dia? Suka Sama Difa? Hahahahahaha ga mungkin lah. Masih baanyak cewek yang lebih cantik, lebih pinter, lebih keren, ya pokonya lebih perfect lah dari Difa." Kataku sambil membulatkan mata lalu tertawa renyah.

"Eh liat dong dia sampe nge chatt kamu, nanya ini itu dah kek wartawan, masa kamu ga peka siii ihhh kesel deh dengernya." Kata Puspa sambil teriak karena kesal.

Yaa Allah, Aku DatangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang