Sebuah keputusan (#part 14)

2 0 0
                                    

Terdengar langkah kaki seseorang dari luar

'ngeeeek'

Bu eva membuka pintu kelas berjalan menuju bangku guru.

suasana kelas menjadi hening seketika.

"baiklah. Hari ini ibu akan membagi kelompok ya. Dan diskusikan dulu dengan kelompoknya akan menganalisis apa."

Aku duduk melingkar dengan kelompokku. Dan Farid pun duduk melingkar dengan kelompoknya. Kami duduk saling membelakangi satu sama lain.

Ketika Bu Eva selesai menjelaskan, Farid mencolek pundakku pertanda ingin mengobrol.

"beb..liat ini nih..ngakak banget ga sih." Kata Farid sambil menunjukkan kerecehan  yang ada di ponselnya.

"Hahaha kamu ko gitu si parah bat dah." Aku refleks tertawa terbahak-bahak sambil memukul lengan Farid.

"Asli inimah. Gatau aku juga heran." Jawab Farid sambil menyimpan ponselnya di saku baju.

"heh apel wae." Ujar Tia sambil melempar kertas padaku.

"uwwu mentang-mentang jadi 1 kelas. Apel terus dikelas huuuu." Nabila bersorak sambil tertawa kecil.

"Apaansi lo pada. Sirik amat. Wlee." Kataku sambil meledek kedua teman kelompokku.

✨✨✨

Suasana kelas tertib karena menghadapi pelajaran fisika.

Baru minggu pertama masuk sekolah, Pa Yoyo sudah memberikan soal latihan.

"Yang mengumpulkan paling pertama akan diberikan nilai A+." ujarnya.

Aku sangat berambisi untuk bisa mengumpulkan paling pertama latihan soal itu. Karena memang dari sejak SD, Aku paling suka pelajaran-pelajaran eksak apalagi soal menghitung.

Aku beranjak dari tempat dudukku menuju meja guru untuk bertanya rumus nomor terakhir.

Pa Yoyo hanya mengangguk dan mengatakan "Iya bener gitu caranya. Lanjutkan."

Kalimat itu seakan membuatku semakin bergairah untuk menyelesaikannya.

Akhirnya, Akupun berhasil mengumpulkan paling pertama.  Pa Yoyo memintaku untuk menjelaskannya di depan kelas.

Saat istirahat, aku berpikir bahwasanya aku sudah salah masuk jurusan.

Aku menyukai berhitung, namun kenapa memilih jurusan IPS yang justru lebih banyak membaca, menganalisis, menulis dan sebagainya.

Aku mendapatkan info dari kakak kelasku bahwa di kelas IPS terdapat 1 guru yang supper killer, sering memberikan banyak tugas, ditulis tangan dan tulisannya harus super rapi.

Aku semakin ragu dengan jurusanku dimana menulis adalah hal yang paling membosankan bagiku.

"guys..pengumuman-pengumuman." Kata Satria, si ketua kelas terkocak.

Suasana hening.

"Ini kan ada penambahan kelas MIPA, yang mana akan mengambil dari siswa jurusan IPS. Ini ada daftar nama yang bisa pindah ke kelas MIPA dari kelas IPS 4 ini. Nanti di share di grup ya."Satria menjelaskan sambil membuka ponselnya.

'tring'.  Notifikasi masuk ke ponselku.

Terlihat daftar nama anak kelas IPS 4 yang bisa berpindah ke kelas MIPA. Dan aku adalah salah satunya. Aku sangat senang karena bisa pindah ke kelas MIPA.

"Oh iya untuk konfirmasi, paling lambat nanti hari kamis ya, langsung aja dateng ke kantor. Masih ada 4 hari ke depan untuk pikir-pikir lagi." Ujar Satria sambil menyimpan ponsel di saku celana.

"Difa jangan pindah dong. Nanti akunya sama siapa ih duduknya. Jangan pindah pliss pliss plisss ya jangan pindah." Kata Tia sambil menggenggam tanganku.

'Aku pengen jadi guru matematika. Sementara di IPS, tidak terlalu mendalami matematika. Hm.. sepertinya harus pindah. Ditambah lagi, anak-anak IPS keknya pada gaul, anak orang kaya gitu, ga norak kek aku. Duh aku minder kan jadinya. Dahla pindah aja. Takut terbawa arus.' Ucapku dalam hati.

Akupun meminta saran dari mamah. Mamah menyerahkan semuanya padaku.

Begitupun kakakku, menyerahkan semua keputusannya padaku. Aku semakin dilanda dengan kebingungan.

"Rid, Aku pindah jangan ya? Tapi aku basic-nya ke MIPA. Apalagi Aku pengen jadi guru matematika. Harus ke MIPA dong kalo itu mah kan?." Tanyaku pada Farid sambil menyimpan jari di dagu.

"bebas..gimana kamu aja. Semoga itu yang terbaik." jawab farid lemas.

"oke. Bener nih gapapa aku pindah?" tanyaku sekali lagi.

"ya kalo kamu sanggup silakan. Asal nanti jangan salahkan aku kalo hubungan kita kenapa-kenapa." jawabnya sambil tidur di meja.

✨✨✨

Kami berjalan bergandengan menuju sebuah toko mainan untuk membeli barang yang dibutuhkan.

"beb.. Makasi ya." Ucap Farid sambil melirik ke arahku.

"untuk?" tanyaku sambil terus melihat ke arah depan.

"makasih udah bikin aku sakit hati setiap hari." jawabnya sambil menatap langkah kaki.

"maksudnya?" aku menoleh.

"iya. Makasih udah bikin aku sakit hati setiap hari. Liat kamu becanda sama cowo lain, asik sama cowo lain, curi - curi pandang ke cowo lain, ngobrol sama cowo lain. Sementara aku dikacangin. Komunikasi pun kita terkadang lewat chatting padahal 1 kelas." Farid menjelaskan sambil terus menunduk.

"Ya, aku temenan biasa sama mereka. Lagian hati aku tetep buat kamu ko. Aku bercanda ya karena mereka ngajak bercanda. Merekanya bikin ngakak terus, Rid. Untuk masalah chatt padahal 1 kelas, kan kamu sendiri yang bilang malu kalo mau apel dikelas ?" Jawabku pelan sambil melihat ke arah Farid.

"oh.. Akumah gabisa bikin kamu bahagia sih ya. Ga humor, ga ganteng, ga perfect." Jawabnya lemas.

"ga gitu, Rid. Kenapa ko ngomongnya kek gitu?" Tanyaku heran.

"gapapa. Heran aja kenapa kamu sebegitu akrabnya dengan temen cowo kamu. Padahal ada aku disana." Jawab Farid sambil melihat ke arah senja.

"ya maaf. Ga bermaksud ko. Maaf ya." Jawabku sambil memegang tangan Farid.

Farid hanya terdiam.

✨✨✨

Keheningan menemani malamku. Aku masih kepikiran dengan ucapan Farid tadi sore.

'Farid sakit hati setiap hari gara-gara aku akrab dengan temen cowo kelasku. Sementara, dari dulu aku sudah sering berbaur dengan teman lelaki. Bisa dibilamg aku adalah gadis tomboy. Aku pastkan, akan berpindah kelas saja. Biar aku bisa jaga perasaan pacarku, dan tetap bisa berbaur dengan lelaki teman kelasku tampa menyakiti perasaan siapapun. Dan kalopun pindah kelas MIPA, aku jadi bisa melanjutkan cita-citaku menjadi guru matematika.' Ujarku dalam hati.

'eh tapi... Besok kan hari jumat. Sementara, pengumuman dari ketua kelas, katanya yang akan pindah kelas ditunggu sampai hari kamis. Aduhh.. Bagaimana ini. Aku gamau nyakitin Farid dan ingin mengejar cita-cita dengan berpindah ke kelas MIPA.' aku berdialog dengan diri sendiri sambil beranjak dari kasur.

📌 membaca Al-Quran lebih utama
📌 Tandai jika ada kesalahan mengetik (typo)
📌 Apakah kamu sudah vote cerita ini?
📌 Apakah cerita ini seru? vote jika menurutmu seru!
📌 Terimakasih!

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 15, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Yaa Allah, Aku DatangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang