BUNYI rambahan di tengah belukar itu semakin mendekat. Keringat dingin membasahi tubuh Jupe dan kedua temannya. Dalam pikiran mereka terbayang gambaran berbagai makhluk aneh... gergasi dan raksasa gentayangan di dalam rimba... monster-monster berwujud seram, yang menyebabkan seorang pertapa lari menuruni gunung sambil berteriak-teriak ketakutan... sosok-sosok gelap dan misterius, mengendap-endap di balik bayangan malam, saat bulan purnama....
Tiba-tiba bunyi itu lenyap. Belukar di seberang kali tidak kelihatan bergerak-gerak lagi. Anak-anak menahan napas. Apakah makhluk itu hendak menyerang?
"Wah, wah! Maaf, ya." Mereka mendengar suara yang sudah pernah mereka dengar. "Nyaris saja kau terinjak."
Pete mengembuskan napasnya. Baru saat itulah ia sadar bahwa sejak tadi ia menahan napas. Ia megap-megap, menghirup udara pegunungan yang sejuk dan segar.
"Itu kan Mr. Smathers!" kata Jupiter dengan suara seperti tercekik. Kerongkongannya terasa kering. Ia menyandarkan punggung ke meja piknik. "Uhh-leganya hatiku!"
Bob tertawa. Tapi bunyinya bernada histeris.
"Kau menyangka yang datang itu makhluk misterius dari Gunung Monster?" katanya. "Untuk sesaat, begitulah sangkaanku."
"Itu karena pengaruh sugesti," kata Jupe. "Kita tadi mendengar kisah seram, dan karenanya langsung setengah mati ketakutan begitu mendengar ada yang datang tapi tak nampak wujudnya." Ia melantangkan suaranya. "Mr. Smathers?"
Wajah Mr. Smathers yang kurus muncul dari balik semak di seberang kali. Ia memandang ke arah anak-anak. Pria bertubuh kecil itu memakai topi dari kain terpal. Ia rupanya tidak sadar bahwa hidungnya merah karena terbakar sinar matahari, sedang keningnya luka karena tergores sesuatu.
"Kalian mengganggu ketenangan hutan," katanya. Ia mengatakannya dengan nada galak. Tapi sambil tersenyum sekilas.
"Anda mengejutkan kami," kata Pete. "Kami tadi menyangka Anda beruang-dan itu sudah yang paling tidak menakutkan."
"Aku tidak keberatan jika siang ini aku seekor beruang," kata Smathers. "Aku tadi menemukan sarang lebah pada sebatang pohon. Coba aku ini beruang, pasti sudah berpesta pora tadi!" Ia keluar dari tengah belukar, lalu berdiri di tepi kali. Saat itu anak-anak melihat bahwa ia menggendong seekor skunk*. Ia menggendongnya dengan hati-hati sekali, seperti ibu menggendong bayinya. (fn=sejenis sigung, seekor binatang yang dalam keadaan terdesak akan menghamburkan bau busuk) "Ihh!" seru Pete kaget.
Smathers memperhatikan binatang berbulu hitam dengan jalur putih di punggung, yang sedang digendong olehnya. "Cantik, ya?" katanya.
"Aduh, Mr. Smathers!" kata Bob dengan gugup. "Cepat, letakkan kembali ke tanah!" Tapi Smathers malah tertawa.
"Kau takut melihat temanku ini?" Dielus-elusnya dagu binatang itu dengan telunjuk. "Konyol, ya?" katanya pada binatang itu. "Anak-anak itu takut bahwa kau akan menyemburkan isi kelenjar baumu ke arah mereka. Padahal kau tidak berniat melakukannya, kan? Kecuali jika terpaksa."
Smathers meletakkan binatang itu ke tanah.
"Sana, pergilah," katanya. "Tidak semua orang mengenalmu sebaik aku." Binatang itu berjalan beberapa langkah, lalu berhenti dan menoleh ke belakang. Seolah-olah bertanya pada Smathers.
"Ya, pergilah," kata Smathers lagi. "Aku hendak bercakap-cakap sebentar dengan ketiga remaja teman kita ini, dan kau menyebabkan mereka gugup. Maaf ya tadi, aku mengganggu ketika kau sedang enak- enak tidur, karena kecerobohanku berjalan. Tapi aku berjanji, itu takkan terulang lagi."
Skunk itu nampaknya seperti puas mendengar janji itu. Ia menghilang ke tengah belukar, sementara Mr. Smathers menuruni tebing kali, lalu menyeberanginya.
![](https://img.wattpad.com/cover/260962986-288-k802866.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
(20) TRIO DETEKTIF : MISTERI GUNUNG MONSTER
Science Fiction"Ada kasus baru lagi untuk Trio Detektif," katanya kita akan menyelidiki suami orang. itu akan aneh!!!! Alih bahasa by Agus Setiadi .Edit & Convert: inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi