SEPANJANG pagi itu anak-anak sibuk mencari dengan cermat. Hamparan-hamparan di lantai mereka balikkan. Mereka mengintip ke bawah meja di semua kamar. Mereka meraba-raba sisi atas bingkai jendela dan pintu. Pete naik ke atas kursi, lalu menurunkan piring-piring dari rak-rak paling atas di dapur. Bob mengguncang-guncang semua botol yang ditemukan, membalik cangkir-cangkir, serta mengaduk-aduk tempat tepung dan gula dengan sendok panjang. Jupe memeriksa setiap kasau yang nampak di tingkat dua. Setelah itu ia pergi ke ruang bawah tanah, lalu menyodok-nyodok setiap celah dan relung dinding semen di situ. Sepatu-sepatu Anna dikeluarkan dari dalam lemari, lalu diperiksa. Kantung-kantung jas dan mantelnya diteliti, begitu pula isi semua tasnya.
"Anda yakin anak kunci itu Anda simpan si sini?" tanya Jupe, ketika ia serta kedua temannya menghentikan pencarian untuk makan siang. "Anda tahu pasti tidak tercecer-misalnya saja di bank, ketika Anda ke sana?"
Anna yakin.
"Aku menyerah," kata Pete dengan lesu.
"Seluruh tempat ini sudah kami periksa dengan cermat. Mana mungkin Anda menyembunyikannya dengan begitu baik, tapi sekarang tidak ingat lagi tempatnya? Itu benar-benar luar biasa!"
Anna mendesah. Diletakkannya sebuah piring besar berisi sejumlah roti panggang berisi keju ke meja.
"Sebaiknya kalian beristirahat saja dulu sekarang-dan besok baru mencari lagi," katanya mengusulkan. "Sementara itu aku akan berusaha mengingat-ingat. Aku sebenarnya sudah berusaha selama ini, tapi tetap saja tidak ingat lagi."
"Jangan dipaksa," kata Jupiter menasihati. "Bahkan jangan dipikirkan. Nanti dengan sendirinya akan teringat lagi." Anna tidak ikut makan dengan anak-anak. Ia pergi ke kantornya, lalu menutup pintu.
"Kenapa soal ini begitu diributkannya?" kata Bob. "Padahal ia kan bisa minta anak kunci lain, atau menukar kunci peti besinya dengan yang baru."
Jupiter hanya bisa mengangkat bahu. Mereka makan tanpa berbicara. Setelah itu mereka buru-buru mencuci piring, lalu pergi ke pekarangan belakang. Di situ Jupiter berdiri sambil memperhatikan tanah yang sudah disapu bersih. Kini jejak kaki yang nampak di situ berasal dari semua yang sejak pagi mondar-mandir dari losmen ke kolam renang. "He, Jupe!"
Ternyata Hans yang memanggil. Pemuda Jerman itu berdiri di tepi lubang galian yang akan dijadikan kolam renang. Anak-anak mendengar bunyi berdebum-debum. Ada orang sedang memukul-mukul sesuatu di dasar lubang itu.
Jupe, Pete, dan Bob bergegas menghampiri, lalu memandang ke bawah. Mereka melihat Konrad di dalam lubang itu, sedang sibuk memaku papan, untuk dijadikan cetakan beton yang kemudian akan dituang.
"Ada yang berhasil kalian temukan?" tanya Hans pada anak-anak. Konrad langsung berhenti memaku. Ia menunggu jawaban.
"Kami tadi mencari anak kunci Anna yang hilang," kata Jupiter. "Tapi kami tidak berhasil menemukannya. Dan kini kami bisa memusatkan perhatian pada Havemeyer. Aku yakin, kami akan bisa memperoleh informasi mengenai dirinya. Bob masih harus menelepon dulu. Tapi mana Havemeyer?"
Hans menuding ke arah puncak lereng tempat bermain ski.
"Ia tadi naik ke atas sana, dengan membawa senapan, serta beberapa barang yang diangkut dengan ransel. Katanya, ada pekerjaan yang harus dilakukannya di padang rumput. Tapi nanti ia akan kembali lagi."
Jupiter mengajak kedua temannya pergi ke desa. Dengan segera mereka sudah sampai di pompa bensin, tempat Hans dan Konrad sehari sebelumnya menanyakan alamat Anna Schmid. Pegawai yang kemarin tidak nampak saat itu. Tempat penjualan bensin itu kelihatannya sedang tidak dibuka. Di satu sudut pekarangan pompa bensin itu ada bilik
telepon. Bob masuk ke dalam, menutup pintu, lalu menelepon ayahnya di kantor redaksi surat kabar tempat ia bekerja.
"Bagaimana?" tanya Pete, ketika Bob ke luar lagi beberapa saat kemudian.
KAMU SEDANG MEMBACA
(20) TRIO DETEKTIF : MISTERI GUNUNG MONSTER
Fiksi Ilmiah"Ada kasus baru lagi untuk Trio Detektif," katanya kita akan menyelidiki suami orang. itu akan aneh!!!! Alih bahasa by Agus Setiadi .Edit & Convert: inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi