KETIKA mereka sampai di dataran tinggi, nampak asap tebal menyelubungi padang rumput. Napas Jupiter sesak, paru-parunya seakan-akan nyaris pecah karenanya. Ia berlutut di tengah rumput panjang, lalu memalingkan muka dari arah angin panas yang bertiup. Agak ke sebelah kanan di depannya muncul seekor puma dari dalam hutan. Singa gunung itu berhenti sejenak, seperti meneliti arah hembusan udara panas. Kemudian binatang itu lari menuju ke barat, ke bagian yang berbatu-batu di balik hutan.Konrad menarik lengan Jupe.
"Ayo berdiri! Cepat, tunjukkan di mana Anna!"
Jupiter berdiri. Ia agak terhuyung. Sementara itu Pete sudah lari melintasi padang, lurus ke arah hutan di seberang. Bob berusaha mengejar. Mereka disertai binatang-binatang yang juga lari. Jupiter melihat bahwa padang rumput itu penuh dengan satwa besar dan kecil, semuanya melarikan diri dari kobaran api yang mengancam.
"Cepat!" desak Konrad. Hans sudah lebih dulu, lari mengejar Pete dan Bob.
Jupiter mengangguk. Dipaksanya kakinya yang gemetar untuk berlari, melintasi padang rumput.
Kedua tungkainya terasa berat sekali. Jupiter bergerak seakan sedang mengarungi air. Dilihatnya Bob dan Pete berlari di depan, lalu menunggu
ketika sudah sampai di tepi hutan. Konrad cepat-cepat menyambar lengannya, ketika melihat Jupiter tersaruk.
"Di mana?" tanya Konrad.
Jupiter menuding ke suatu tempat, di mana nampak batu-batu putih bertonjolan di tengah rumput. "Tadi kulihat Havemeyer menuju ke arah sana."
Saat itu terdengar jeritan melengking. Hanya samar-samar saja kedengaran, tapi jelas bernada ketakutan. Kemudian menyusul bunyi berdebam-debam di kejauhan. Seperti bunyi pintu digedor-gedor dengan kepalan tinju. "Anna!" seru Konrad.
Seekor skunk melintas di depan kaki Pete, lalu menghilang ke dalam hutan. Jeritan tadi terdengar lagi. Kali ini lebih nyaring. "Kami datang, Anna!" seru Hans.
Bersama saudaranya dan diikuti Trio Detektif, Hans menerjang maju memasuki hutan, ke arah datangnya suara teriakan. Pete terbatuk- batuk, sedang Jupe merasa seperti lehernya tercekik karena menghirup asap kebakaran. "Anna!" seru Hans. "Di mana kau, Anna?" "Di sini! Siapa itu? Keluarkan aku dari sini!"
Kedua pemuda Jerman itu mendului Pete dan Bob, lari ke arah teriakan itu. Mereka lari sambil menggerak-gerakkan lengan, menerobos ranting- ranting yang merintangi. Anak-anak mengikuti dengan langkah tersaruk- saruk. Tiba-tiba mereka melihat sebuah pondok, di tengah suatu lekukan dangkal.
Bangunan itu terbuat asal jadi dari bahan papan yang ditutupi kertas ter. Ukurannya tidak sampai empat meter persegi, dengan sebuah jendela kecil yang letaknya tinggi, di dekat atap. Kertas ter yang menutupi sudah terkelupas di beberapa tempat. Tapi pada daun pintu yang kasar buatannya terpasang sebuah kait, yang dikunci dengan gembok. Baik kait maupun gembok itu nampak mengkilat, tanda masih baru. Sementara anak-anak bergegas menuruni sisi lekukan, Hans sudah berusaha mendobrak pintu dengan jalan menghantamkan bahunya.
Tapi pintu itu sedikit pun tidak bergerak.
"Kokoh juga pintu ini," kata Konrad, lalu berseru, "Jangan takut, Anna- gemboknya akan kami dobrak dengan batu!"
"Ada kebakaran." Suara wanita yang ada di dalam terdengar parau karena ketakutan. "Aku mencium bau kebakaran. Di mana tempatnya?" "Di bawah, di dekat tempat perkemahan." Sementara itu Konrad sudah menemukan sebuah batu. Ia menimang-nimangnya sejenak. "Kita masih punya waktu. Kau tidak perlu cemas."
Wanita yang ada di dalam pondok diam sebentar.
"Siapa yang di luar?" tanyanya kemudian. "Kaukah itu, Hans? Konrad?" Konrad meringis, mengucapkan beberapa patah kata dalam bahasa Jerman, lalu mulai menghantam gembok dengan batu yang digenggamnya. Angin berembus dengan tiba-tiba, menyebabkan asap menebal di sekeliling mereka. "Cepat!" desak Hans.
Konrad mengangguk. Diangkatnya batu tinggi-tinggi, untuk dihantamkan sekeras tenaga ke gembok. Tapi saat itu terdengar suara jeritan di belakangnya.
Hans, Konrad, begitu pula ketiga remaja yang ada bersama mereka berpaling dengan cepat. Mereka melihat sesuatu di tepi lekukan.
Sesosok tubuh mirip manusia, tapi jauh lebih besar! Makhluk itu mengayun-ayunkan lengannya seperti hendak mengusir udara panas yang menyesakkan napas, sambil memandang dengan mata melotot ke dalam lekukan. Jupiter melihat sepasang mata yang merah, serta sekilas taring yang panjang-panjang ketika makhluk berbulu tebal itu mendongak, lalu melolong ketakutan.
"Itu dia monster yang kulihat!" kata Bob tergagap. Mukanya pucat pasi. "Suara apa itu?" seru wanita yang ada di dalam pondok kayu. "Apa itu yang kudengar?"
"Ssst," desis Jupiter.
"Jangan ribut, Anna," bisik Hans.
Tapi makhluk yang sedang panik itu sudah mendengar suara Anna. Ia menundukkan kepalanya yang besar. Tangannya menyibakkan rambut kusut yang tergantung hampir menutupi mata. Ia memandang Konrad, di sela-sela asap yang mengambang.
Konrad berdiri seperti terpaku membelakangi pintu, dengan batu masih dalam genggaman.
Makhluk itu menggeram dengan suara berat, lalu melangkah maju. Kepalanya yang besar menyuruk ke depan. Ia bergerak dengan cepat - ke arah Konrad!
"Awas!" Pete meloncat dengan cepat ke samping. Makhluk yang menerjang maju itu lewat, lurus mengarah ke Konrad. Seakan-akan pemuda Jerman itulah yang menyebabkan udara di situ penuh asap! Konrad berteriak kaget, lalu cepat-cepat meloncat, menyingkir dari pintu. Makhluk bertubuh besar itu maju terus, terdorong kecepatannya menerjang. Pintu ditubruk dan langsung roboh ke dalam, diiringi bunyi kayu pecah. Makhluk besar itu ikut roboh, menimpa pintu.
Anna menjerit. Belum pernah Jupiter mendengar jeritan seseram itu. Jeritan yang seakan merobek kerongkongan, terdorong kengerian yang luar biasa. Jeritan Anna berbaur dengan suara lolongan makhluk aneh yang roboh di lantai pondok.
"Anna!" Konrad bergegas bangkit, setelah tadi jatuh karena menghindari terjangan makhluk itu. Hans maju dua langkah ke arah pondok. Walaupun takut, tapi ia merasa harus menolong Anna. "Anna! Monster itu akan mencederai Anna!" katanya.
"Tidak-jika kita tetap berkepala dingin," kata seseorang yang saat itu muncul, dengan nada ketus. Mr. Smathers ke luar dari pepohonan di ujung lekukan. Penampilannya saat itu sangat dekil. Matanya kelihatan semakin berair.
"Jangan bergerak," katanya dengan tegas. "Serahkan urusan ini padaku." Ia bergegas melewati orang-orang yang memandangnya dengan melongo, lalu masuk ke dalam pondok.
KAMU SEDANG MEMBACA
(20) TRIO DETEKTIF : MISTERI GUNUNG MONSTER
Science Fiction"Ada kasus baru lagi untuk Trio Detektif," katanya kita akan menyelidiki suami orang. itu akan aneh!!!! Alih bahasa by Agus Setiadi .Edit & Convert: inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi