BAB 11 BUKU CATATAN JURU FOTO

77 21 1
                                    

"ADA satu hal yang kita ketahui dengan pasti," kata Bob, ketika Pete sudah kembali dengan membawa tali, dan ia sudah ditarik ke luar dari dalam lubang di tanah. "Yang memukulmu tadi itu bukan beruang, Jupe." "Sudah pasti bukan," kata Jupiter Jones sependapat. "Beruang mana mungkin menyapu tanah dengan ranting yang dipatahkan dari pohon tusam! Kau dikejutkan oleh sesuatu-mungkin seseorang bertubuh sangat besar dan berkaki telanjang-dan boleh jadi makhluk tanpa alas kaki itu juga yang menonjok tengkukku, lalu kemudian menghapus jejak kakinya." Pete menatap kedua temannya, seolah-olah beranggapan bahwa mereka pasti sudah sinting.

"Manusia tanpa alas kaki?" katanya. "Mana ada orang berkeliaran di tempat setinggi ini dengan kaki telanjang?"

"Jupe menjumpai jejak kaki tanpa alas di tepi retakan," kata Bob menjelaskan.

"Jejak kaki yang sangat besar," kata Jupe. "Menurut taksiranku, panjangnya paling sedikit empat puluh lima senti." "Empat puluh lima? Jejak kaki manusia yang panjangnya empat puluh lima senti?" "Kelihatannya seperti jejak kaki orang," kata Jupe. "Yang jelas, bukan jejak beruang." Pete menggulung kembali tali jemuran. Tangannya agak gemetar.

"Gunung Monster," katanya. "Orang dulu menyebut tempat ini Gunung Monster. Dan kelihatannya di sini memang ada monster"

"Monster?" Suara bernada tajam itu terdengar dekat sekali di belakang Pete, sehingga menyebabkan ia nyaris terloncat karena kaget.

"Maaf-kaget, ya?" Ternyata yang datang itu Mr. Smathers. Ia datang tanpa ketahuan, dan kini memandang ketiga remaja itu sambil tersenyum. "Ada apa, kalian bicara tentang monster?" katanya ingin tahu. "Dan seperti apa wujud jejak kaki monster? Mana dia? Aku ingin melihatnya."

"Sudah hilang! Tadi ada yang menghapus," kata Jupiter menjelaskan.

"Ya, ya-tentu saja." Mr. Smathers mengatakannya dengan nada sopan, tapi tidak percaya.

"Sungguh-tadi ada jejak itu!" kata Pete berkeras. "Jika Jupe mengatakan begitu, maka itu benar."

Air muka Mr. Smathers nampak semu merah. Sikapnya tidak lagi ramah seperti tadi.

"Kalian pasti pernah bercakap-cakap dengan Richardson, yang melayani pompa bensin itu," katanya dengan nada menuduh. "Aku juga pernah mendengar ocehannya. Orang itu tidak tahu malu, menakut-nakuti anak- anak dengan cara begitu. Kurasa aku perlu bicara dengan dia."

Mr. Smathers kelihatan membulatkan sikap.

"Ya, itulah yang akan kulakukan," katanya dengan mantap. "Akan kukatakan padanya, jangan suka mengobral cerita-cerita hantu lagi pada orang-orang."

Mr. Smathers bergegas-gegas pergi, ke arah desa. Tapi kemudian ia menoleh lagi.

"Tapi itu bukan berarti tidak ada bahaya bagi kalian," katanya memperingatkan. "Kalian datang kemari seperti tamu tak diundang, dan satwa liar penghuni daerah ini tidak memahami kalian, seperti mereka memahami aku. Mereka bisa saja tidak bermaksud jahat, tapi kecelakaan bisa saja terjadi. Akan kukatakan pada kedua sepupu Mrs. Havemeyer agar melarang kalian pergi jauh-jauh dari losmen."

"Aku sependapat dengan dia-mengenai ucapannya yang terakhir," kata Pete ketika Mr. Smathers sudah pergi. "Kurasa memang sebaiknya kita menjauhi tempat ini. Bisa berbahaya, kalau berurusan dengan monster." "Sikap Mr. Smathers tadi sangat menarik," kata Jupiter. "Ia mengatakan secara tidak langsung bahwa ia berniat hendak mempengaruhi orang-orang agar jangan mau percaya jika kita bercerita tentang apa yang terjadi di sini tadi. Ia juga memperingatkan kita agar menjauhi tempat ini, karena itu bisa berbahaya. Sekarang aku yakin, ada makhluk aneh -mungkin manusia, tapi mungkin juga binatang-di sini, dan Mr. Smathers tahu tentang itu. Tapi ia tidak ingin ada orang lain tahu."

(20) TRIO DETEKTIF : MISTERI GUNUNG MONSTERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang