BAB 18 LAPORAN PADA MR.HITCHCOCK

106 24 6
                                    

DUA hari setelah kembali ke Rocky Beach, Trio Detektif mendatangi Alfred Hitchcock di kantornya.

"Kulihat nama kalian yang mengisi halaman koran-koran lagi," kata sutradara film kenamaan itu. "Dan kurasa kalian tentunya sudah menyusun naskah catatan tentang kasus yang menakjubkan ini. Apa judul yang kalian pilih? Misteri Wajah Kembar?"

"Menurut perasaan kami, Misteri Gunung Monster lebih cocok," kata Jupiter Jones.

"Gunung Monster?" Mr. Hitchcock mengerutkan keningnya. "Aku sudah sempat dengan teliti menyimak berita-berita tentang penculikan Anna Schmid, tapi sama sekali tidak kujumpai nama Gunung Monster."

"Kami tidak menceritakan segala-galanya pada para wartawan," kata Bob, sambil menyodorkan bundel naskah catatannya ke arah sutradara itu.

"Mestinya itu sudah kusangka," kata Mr. Hitchcock. Dibaliknya halaman depan naskah yang ada di depannya, lalu mulai membaca.

Anak-anak menunggu dengan tenang, sampai Mr. Hitchcock selesai membaca catatan Bob tentang kasus itu. Akhirnya ia mengangguk, lalu menutup catatan itu kembali.

"Penarikan kesimpulan yang kaulakukan di sini baik sekali, Jupiter Jones," katanya. "Dan monster itu memang benar-benar ada?"

"Kami melihatnya," kata Jupe. "Tapi kalau itu kami katakan, siapakah yang mau percaya? Hans, Konrad, dan Anna juga melihatnya. Tapi mereka tetap saja tidak bisa percaya. Hans dan Konrad cepat-cepat mengatakan bahwa mereka pasti salah lihat. Yang muncul waktu itu seekor beruang yang berdiri tegak. Anna memilih untuk melupakannya. Diajak bicara mengenai hal itu saja, ia sudah tidak mau. Sedang Mr.

Smathers pasti tidak mau membuka mulut." Jupiter mengangkat bahu. "Setelah Joe Havemeyer serta istrinya digiring pergi oleh petugas kepolisian, Mr. Smathers memanggil kami untuk berbicara sebentar,"

kata Pete menjelaskan. "Katanya, jika kami mengatakan apa saja tentang monster itu pada wartawan atau pada sheriff, ia akan memungkirinya. Ia akan mengatakan, yang kami lihat di pondok pertapa itu seekor beruang. Urusannya menjadikan cerita kami lawan keterangannya-dan sudah pasti takkan ada yang mau mempercayai laporan aneh yang diceritakan oleh anak-anak."

"Jadi itu tetap merupakan rahasia," kata Mr. Hitchcock. "Aku senang, bahwa kalian mau menceritakannya padaku. Kurasa tentunya Smathers yang memukulmu waktu itu dari belakang, Jupiter-serta yang kemudian menghapus jejak kaki makhluk itu yang ada di tepi retakan bekas gempa bumi?"

"Ya, itu diakui olehnya," kata Jupe. "Tapi ia kembali mengatakan akan memungkirinya, jika urusan itu kami ceritakan pada pihak yang berwenang. Apa pun juga makhluk itu, pokoknya Mr. Smathers hendak melindunginya. Dan satu-satunya cara yang paling baik ialah menyembunyikan kenyataan bahwa makhluk itu ada."

"Ya, memang," kata Mr. Hitchcock. "Jika orang sampai tahu bahwa di pegunungan sana ada monster, aku yakin bahwa banyak orang seperti Havemeyer akan datang ke sana dengan senapan pembius, dengan maksud untuk menangkapnya."

"Ditinjau dari satu segi, saya senang bahwa urusan itu berakhir seperti yang kami alami," kata Bob. "Tadi malam saya sempat menekuni sejumlah buku di perpustakaan, untuk meneliti cerita-cerita rakyat kawasan California. Selama bertahun-tahun pernah dilaporkan tentang ditemukannya jejak-jejak kaki yang aneh di pegunungan Sierra Nevada, serta di Cascade Range. Nampaknya di California sini juga ada makhluk sejenis Manusia Salju-namun selama ini belum pernah ada yang bisa membuktikan bahwa makhluk itu benar-benar ada. Ia selalu hidup mengasingkan diri di daerah liar, menjauhi manusia."

"Bisa kita asumsikan bahwa yang kami lihat itulah makhluk yang turun dan mendatangi losmen untuk mencari makanan, seperti yang dilakukan kawanan beruang," kata Jupe. "Mr. Smathers melihat jejak kakinya di pekarangan, dua hari sebelum kami tiba di Sky Village. Hari itu juga

Havemeyer membeli senapan pembius, lalu keesokan harinya didatangkannya pekerja-pekerja dari Bishop untuk menggali lubang, yang menurut alasannya akan dijadikan kolam renang. Smathers langsung bisa menduga niat Havemeyer yang sebenarnya. Ia pun langsung mengembara ke dataran tinggi, berusaha mencari makhluk liar itu serta memperingatkannya agar berhati-hati. Beberapa kali ia lewat di dekat pondok pertapa. Tapi karena ia tidak berbicara, Anna yang ada di dalam tidak tahu bahwa di luar ada orang."

"Anna yang malang," kata Mr. Hitchcock. "Ia pasti sangat menderita, karena pengalaman buruknya."

"Sewaktu kami meninggalkan Sky Village, keadaannya bisa dibilang sudah pulih seperti biasa lagi," kata Pete. "Ia membuatkan kue yang enak-enak untuk Hans dan Konrad. Kedua sepupunya itu jauh lebih suka padanya, dibandingkan dengan pada Anna yang palsu. Mereka membongkar papan-papan cetakan beton yang sudah terpasang, lalu lubang itu mereka timbun kembali dengan tanah. Kolam renang tidak jadi dibuat. Takkan ada lubang tempat mengurung beruang. Mr. Smathers senang sekali."

"Itu bisa kumengerti," kata Mr. Hitchcock. "Dan Mr. Jensen tentunya juga sangat puas, melihat orang yang menipu saudara perempuannya dimasukkan ke penjara."

"Tentu saja," kata Pete. "Ia merasa seram apabila membayangkan apa yang bisa terjadi dengan Anna Schmid yang asli, sementara ia sibuk berusaha melindungi Anna gadungan. Sedang Havemeyer, ia ternyata memang sejak dulu penipu. Ia pernah ditangkap karena melakukan perampokan bersenjata. Ia juga pernah menembak seorang penjaga keamanan bank. Orang yang ditembaknya itu tidak mati-tapi itu mungkin karena Havemeyer yang tidak jitu bidikannya. Orang itu ternyata tidak segan-segan menggunakan kekerasan untuk mencapai maksudnya."

"Mr. Jensen juga mengucap syukur bahwa penyamarannya tidak sampai ketahuan oleh Havemeyer," kata Bob menambahkan. "Kalau itu sampai terjadi, keselamatannya bisa sangat terancam! Kata Mr. Jensen, ia merasa sudah

cukup banyak berurusan dengan tindak kekerasan, setelah dipukul dari belakang sewaktu malam-malam memotret beruang."

"Untuk apa sebenarnya ia memotret waktu itu?" tanya Mr. Hitchcock. "Dan siapa yang memukulnya?"

"Seperti sudah saya duga," kata Jupiter, "Mr. Jensen memotret beruang itu untuk mempertahankan samarannya bahwa ia juru foto kehidupan alam liar. Ia bercerita pada kami, bahwa malam itu ia melihat dari jendelanya ketika ada beruang datang lalu mengorek-ngorek tong sampah. Ia tidak mau melewatkan peluang baik untuk memotretnya.

Menurut dugaan kami, ia dipukul oleh monster itu. Mr. Smathers mengatakan bahwa makhluk itu kaget ketika lampu blitz menyala secara tiba-tiba, dan karenanya lantas memukul. Tapi ini hanya dugaan belaka. Sekarang Jensen menyalahkan beruang lain. Katanya, ada beruang lain yang muncul dari belakang, lalu memukul tengkuknya."

"Jensen itu rupanya tidak tahu-menahu tentang rahasia yang ada di atas Gunung Monster?" tanya Mr. Hitchcock.

Bob menggeleng.

"Tidak ada perlunya ia diberi tahu," katanya. "Dan kemungkinannya jika diberi tahu pun, ia takkan mau percaya! Saya rasa kecuali Anda, takkan ada yang mau percaya!" Ketiga remaja itu memandang Mr. Hitchcock sambil nyengir lebar.

"Dan kalian nampaknya senang bahwa keadaannya begitu," kata Mr. Hitchcock. Bob mengangguk.

"Saya rasa, Mr. Smathers berhasil meyakinkan saya," katanya. "Terus terang saja, tampang makhluk liar itu tidak enak dipandang. Tapi kan kasihan, jika ia dikurung di dalam kandang, lalu dipertontonkan. Lagi pula kan asyik, ada sesuatu di pegunungan yang belum pernah diselidiki, dicatat di dalam katalog, dan disensus. Maksud saya... yah..."

"Kau ini manusia romantis," kata Mr. Hitchcock menyimpulkan. "Kau ingin melestarikan rahasia alam yang belum pernah disibakkan selama ini. Tapi aku sependapat denganmu. Tidak banyak daerah tersisa yang belum pernah diselidiki, dan tinggal sedikit hal-hal yang belum berhasil dijelaskan. Kita memerlukan hal-hal yang tak dikenal, serta makhluk-

makhluk yang hanya dikenal dalam kisah-kisah lama. Kita memerlukan kesemuanya itu, guna menggerakkan daya imajinasi kita."

Mr. Hitchcock berdiri, lalu mengembalikan naskah catatan pada Bob. "Semoga lestari kehidupan monster di Gunung Monster," katanya, "dan jika aku jadi kalian, aku takkan segan-segan menerbitkan laporan kasus Anna Schmid ini. Monster itu akan tetap merupakan legenda. Seperti kalian kemukakan tadi, takkan ada yang mau percaya!"

-TAMAT-

Dah selesai ,,, em masih bingung mau lanjut series berikutnya apa enggak ini? niatnya mau revisi dulu yang series bayangan tertawa tapi entahlah, hedeh....

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 31, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

(20) TRIO DETEKTIF : MISTERI GUNUNG MONSTERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang