KETIKA Jupiter bangun keesokan paginya, hawa dingin sekali. Tapi matahari sudah bersinar, dan burung-burung sudah berkicau ramai. Pete dan Bob masih pulas. Karenanya Jupe memasang sepatunya dengan diam- diam, lalu ke luar dari tenda tanpa menimbulkan suara. Ia melintasi pekarangan belakang, menuju ke pintu dapur. Dalam keadaan masih agak mengantuk, ia berpikir-pikir tentang kata-kata Havemeyer yang terdengar malam sebelumnya.Hans dan Konrad menyebabkan Anna merasa gelisah.
Sesampai di depan tangga beranda belakang, Jupe tertegun. Ia mendengar bunyi air mengalir ke dalam bak tempat cuci piring, di balik jendela dapur yang terbuka. Rupanya Anna sudah bangun. Jupiter membayangkan wanita itu di dapur, kedua belah tangannya bekerja dengan cekatan. Itu bukan tangan wanita yang takut-takut. Anna selalu bekerja dengan cepat dan cekatan, seperti Bibi Mathilda. Ia bahkan melepaskan cincin kawinnya sebelum mencuci piring. Persis seperti kebiasaan Bibi Mathilda-apabila ia sekali-sekali sedang berusaha melangsingkan tubuh, dan cincin menjadi agak longgar.
Jupe sudah hendak masuk untuk mengucapkan selamat pagi pada Anna, ketika didengarnya air berhenti mengalir. "Mana kopiku?" Itu suara Joe Havemeyer. "Sebentar lagi," jawab Anna. "Sabarlah sedikit."
"Jangan gugup," kata Havemeyer dengan nada menasihati. "Begini sajalah. Hans dan Konrad akan kusuruh mulai bekerja pagi ini, supaya kau tidak usah terlalu banyak berurusan dengan mereka. Ajak ketiga anak yang di luar itu sarapan di sini. Setelah itu siapkan bekal piknik, dan suruh mereka melancong-entah ke mana. Pokoknya, asal jangan ke padang rumput yang di atas. Harus kaupastikan bahwa mereka tidak akan ke sana."
"Kau sudah jadi pengatur pariwisata sekarang, ya?" tanya Anna dengan nada menyindir.
"Aku tidak mau mereka merecoki," kata Havemeyer. "Nanti aku akan naik lagi dan akan mencoba untuk terakhir kali. Tapi harapanku kecil. Jika kita sampai terdesak, kita akan terpaksa nekat ke bank. Saat itu kau harus benar-benar bisa diandalkan. Jadi lakukan tugasmu."
"Aku segan," kata Anna memprotes.
"Harus!" tukas Havemeyer dengan kasar. "Kau sudah pernah melakukan hal-hal yang lebih sulit-padahal untuk uang yang tidak sebanyak sekarang. Kau punya sesuatu yang bisa dijadikan pengisi roti untuk anak- anak nanti?" "Ada daging asap," kata Anna dengan nada sebal. "Itu sudah cukup."
Jupiter mundur beberapa langkah, lalu mendeham-deham dengan lantang. Setelah itu ia naik ke beranda, dengan langkah yang sengaja dihentak-hentakkan. "Selamat pagi," ujar Anna.
Jupiter membalas sapaan itu dengan riang. Ketika diajak sarapan, ia menolak. Tapi itu hanya untuk basa-basi saja. Kemudian ia naik ke tingkat atas, untuk membersihkan badan. Ketika turun lagi, dilihatnya Bob dan Pete sudah datang. Tampang kedua temannya itu masih kusut, karena baru saja bangun. Jensen dan Smathers sudah duduk di meja makan, menunggu sarapan untuk mereka dihidangkan.
Sarapan pagi itu diselubungi kesunyian. Masing-masing sibuk dengan pikiran sendiri. Ketika sedang membereskan piring dan gelas, Anna kelihatannya tiba-tiba mendapat gagasan baik.
"Pengembaraan kalian kemarin kan asyik," katanya pada Jupe serta kedua temannya. "Kenapa tidak pergi melancong lagi hari ini? Kalian kan sedang berlibur di sini, jadi sudah sepantasnya kalian bersenang-senang. Dari tempat perkemahan ada jalan setapak yang bagus ke arah menara pengawas api. Bagaimana kalau kalian kali ini mencoba jalan itu!" "Menara pengawas kebakaran?" kata Bob. "Ah-maksud Anda yang sudah tidak dipakai lagi, yang kami lihat waktu itu. Jauhnya dari sini, mestinya sekitar tiga sampai empat mil." Anna mengangguk.
"Dan letaknya tinggi. Dari menara itu, seluruh lembah akan nampak. Kadang-kadang aku naik ke sana, apabila sedang tidak terlalu sibuk. Untuk menyendiri, dan berpikir."
KAMU SEDANG MEMBACA
(20) TRIO DETEKTIF : MISTERI GUNUNG MONSTER
Science Fiction"Ada kasus baru lagi untuk Trio Detektif," katanya kita akan menyelidiki suami orang. itu akan aneh!!!! Alih bahasa by Agus Setiadi .Edit & Convert: inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi