Happy Reading!
"Sayang, tadi kamu di anterin sama siapa?" tanya Maya kepada Septi.
"Kapan bun?" Septi bertanya balik, sambil terus memakan cemilannya.
Sekarang mereka sedang duduk-duduk santai di sofa ruang keluarga.
"Tadi pas pulang sekolah"
Septi pun mengangguk-anggukan kepalanya. "Oh itu, temen bun" jawab Septi.
"Boong tuh bun, tadi gebetannya Septi" tiba-tiba Mahesa datang bersama Wijaya, dan ikut duduk di sofa.
"Apaan sih lo, jangan percaya bun" ujar Septi kesal.
"Siapa namanya?" kini Wijaya ikut bertanya.
"Revan yah" jawab Mahesa yang sudah mengambil cemilan, dan memakannya.
Wijaya pun mengangguk. "Bener gebetan kamu?" Wijaya kembali bertanya, membuat Septi terus mengumpati Mahesa dalam hati.
"Bukan yah, bang Mahes boong" jawab Septi mengelak. Sementara Mahesa hanya tersenyum mengejek.
"Gapapa kali kalo kamu suka, berarti anak Bunda udah besar" sahut Maya dibalas anggukan oleh Wijaya.
"Iya sayang Ayah sama Bunda gak akan ngelarang kamu kok. Selagi kamu tau batasan. Asalkan kamu jangan sampai salah pilih pacar, kalo cari pacar itu harus yang baik, sopan sama orang tua, bertanggung jawab, gak kasar, pokoknya yang bisa jagain kamu" jelas Wijaya panjang lebar. Membuat Septi cengo.
Ini kenapa gue malah di ceramahin? -batin Septi.
"Tuh dengerin!" sahut Mahesa yang masih memakan cemilannya.
"Apaan sih, dia cuma temen Septi yah"
"Temen bisa jadi demen" ujar Mahesa.
"Berisik lo bang!. Udah ah Septi mau ke kamar aja" ujar Septi lalu melenggang pergi menuju kamarnya.
"Kok ngamok" balas Mahesa namun di abaikan oleh Septi. Membuat Wijaya dan Maya menggelengkan kepalanya.
***
Pagi ini Revan sudah sampai di depan rumah Septi, untuk berangkat bersama ke sekolah. Sambil menunggu Septi keluar, ia duduk di atas motor besarnya sambil bersenandung kecil.
"Ngapain lo?" tanya Septi menghampiri Revan.
"Jemput lo" jawab Revan.
Septi pun mengernyit "Gue kan gak minta di jemput"
"Bawel deh buruan naik, entar telat mau?, Di hukum mau?, Di__" belum selesai Revan bicara, Septi sudah memotong.
"Yaudah ayo" potong Septi. Memakai helmnya dan menaiki motor besar milik lelaki itu. Membuat Revan tersenyum di balik helm fullpace nya.
Di perjalanan menuju sekolah, tiba-tiba motor Revan berhenti. Membuat Septi turun dari motor besar itu.
"Motor lo kenapa?" tanya Septi sambil melepaskan helmnya.
"Gak tau kayaknya mogok deh"
"Terus kita gimana ke sekolahnya?"
"Kita cari bengkel dulu sekitaran sini" jawab Revan yang sudah mendorong motornya diikuti Septi.
Sudah hampir sepuluh menit mereka berjalan, tapi tidak ada tanda-tanda bengkel disana.
"Lo capek ya?" tanya Revan sambil terus berjalan.
"Capek sih, tapi pasti lo lebih capek kan dari tadi dorong motor" jawab Septi sesekali melirik Revan yang sudah bercucuran keringat, membuat ia tidak tega melihatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Revano (On Going)
Teen Fiction[FOLLOW SEBELUM MEMBACA] Revano Anggara, atau biasa di sapa Revan, seorang Kapten Basket di SMA Bima Sakti. Sangat dingin dan cuek kepada perempuan. Kecuali kepada Ibunya dan Adik perempuannya. Memiliki wajah tampan, nyaris sempurna membuat para per...